Peran Iman Sebagai Anti Kekerasan

Loading

Senin 11 Juli 2022

Pekan Biasa XV (PW S. Benediktus, Abas)

Bacaan Pertama: Yes 1:11-17

Mazmur Tanggapan: Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23

Bacaan Injil: Mat 10:34-11:1

Setiap konteks penting dalam mehami maksud dari setiap perkataan. Demikianlah juga ketika Yesus berkata tentang “Aku datang bukan membawa damai melainkan pedang.” Perkataan ini bila dilepas dari konteks menjadi problematis. Namun kita perlu memahami maksud dari perkataan ini melalui konteksnya. Berangkat dari injil, diterangkan bahwa Yesus mengajar kedua belas murid. Sedangkan murid pada saat itu adalah orang-orang yang berketurunan Yahudi. Yesus mengerti orang-orang Yahudi sangatlah keras pada keyahudiaanya. Maka disinilah kita memahami maksud perkataan Yesus. Maksud dari perkataan Yesus adalah bagaimana konsekuensi ketika memilih mengikuti Yesus.

Perkataan damai Yesus bukanlah damai yang dipahami Yesus tetapi damai yang dipahamai oleh para Murid. Dengan kata lain damai yang dipahami Yesus berbeda dengan damai yang dipahami para murid. Artinya damai yang dimaksud Yesus bisa jadi bertentangan dengan damai yang dimaksud oleh para murid. Sedangkan perkataan itu ada penjelasan lebih lanjut. Penjelasan itu, seolah mempertentangkan dua pemahaman damai. Maka kita harus mengerti damai yang dimaksud Yesus dan Damai dimaksud orang Yahudi.

Damai menurut Yesus artinya damai untuk semua orang, tetapi damai orang Yahudi hanya damai untuk orang Yahudi. Sedangkan hukum Yesus adalah hukum cinta kasih berbeda dengan hukum Yahudi mata ganti mata. Yesus menginginkan para murid dalam hidup bersama sebagai pengikutnya tidak membawa tradisi lama Yahudi. Akan tetapi Yesus membawa mereka sampai kepada pengertian damai yang dimaksud Yesus. Damai yang dimaksud Yesus adalah mengasihi sesamanya, bahkan mengasihi musuhnya seperti dirinya sendiri.  Sebagai contoh ketika Petrus memotong telinga musuh. Yesus memarahi Petrus. Alasan-Nya bukan seperti itu damai yang dimaksud Yesus tetapi bagaimana mereka harus menjaga damai diantara mereka.  Artinya siapa yang melakukan kekerasan sesungguhnya dia bukanlah pengikut Yesus.

Hari ini kita memperingati Santo Benediktus, Abas sebagai pengikut Yesus yang setia. Dari kisah hidupnya dia menghadapi moralitas orang-orang Roma yang menurun. Moralitas yang dimaksud disini bagaimana orang-orang masih cenderung melakukan kekerasan. Sedangkan kekerasan sendiri bisa berupa kekerasan fisik, verba, dan psikis, atau arti lain tindakan yang amoral. Sedangkan dalam hidup doanya di gua pernah digoda oleh burung hitam. Dia mengusir itu dengan tanda kemenengan kita yaitu salib. Salib disini adalah simbol iman kita kepada Kristus. Maka iman kita sudah seharusnya berperan dalam menciptakan damai dengan anti kekerasan. Artinya orang beriman adalah orang penuh damai, sedangkan orang cenderung melakukan kekerasan adalah tanda, orang tidak beriman.

Frater Lamro Siregar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!