Rabu, 14 Juli 2022
PF S. Kamilus de Lellis, Imam
Bacaan I : Yes. 26:7-9,12,16-19,
Mzm. Tanggapan : Mzm 102:13-14ab. 15.16-18.19-21
Bacaan Injil : Mat. 11:28-30.
Saudara-saudari yang terkasih, tidak terasa beberapa hari lagi kita akan menyambut pekan suci dan Hari Raya Paskah menjadi puncak perayaan tersebut. Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang Yesus yang diruapi di Betania. Ayat 12:3 tertulis bahwa Maria meminyaki Yesus dengan Minyak Narwastu. Perlakuan Maria terhadap Yesus itu memberikan gambaran sebuah arti dari kata “istimewa”.
Mungkin sebagian atau mungkin semua orang memiliki suatu pengalaman mengenai perlakuan istimewa. Seperti halnya di beri kado special saat ulang tahun dari orang yang special, mendapat pujian dari semua orang tentang pencapaian atau keberhasilan kita, rasanya sangat menyenangkan bila mendapatkan perlakuan seperti itu. Akan tetapi, apakah kita pernah memberi perlakuan yang semacam itu dengan tulus kepada orang lain? Apakah perlakuan semacam itu sebagai hubungan timbal balik yang menguntungkan saja?
Melalui injil hari ini, tindakan Maria terhadap Yesus bisa menjadi inspirasi renungan kali ini. Seringkali kita terjebak dalam sebuah ide bahwa sesuatu yang berharga itu ternilai dari harga yang tinggi. Misalkan handphone A yang paling mahal memiliki kualitas paling tinggi dibandingkan handphone B yang murah. Perlakuan Maria terhadap Yesus menggambarkan sebuah persembahan yang total kepada Tuhan. Tindakan Maria yang mempersembahkan kepada Yesus yang terbaik itu yang harus diperhatikan saat ini. Terkadang mempersembahkan yang terbaik kepada orang lain hanya sebatas materi saja, bukan makna dibalik perbuatan itu.
Mari kita sadari tindakan sederhana yang kita lakukan kepada orang lain adalah perlakuan istimewa bagi orang lain. Seperti maria yang total dalam perbuatannya terhadap Yesus, kita juga bisa melakukan perlakuan istimewa yang sederhana terhadap orang lain. Menyapa, berbagi senyuman adalah contoh kongkrit yang sederhana, namun terkadang sulit kita lakukan. Saatnya untuk berani memulai, bukan menunggu orang yang berbuat baik terhadap kita.
Fr. Yohanes Ephifanisius Vinsen