Rabu, 27 Juli 2022
Pekan Biasa Ke-XVII
Bacaan Pertama: Yer. 15:10, 16-21
Mazmur Tanggapan: Mzm. 59:2-3, 4-5a, 10-11, 17-18
Bacaan Injil: Mat 13: 44-46
Hidup manusia dapat diibaratkan seperti sebuah roda yang berputar, di mana terkadang berada di atas, terkadang pula berada di bawah. Ketika manusia mencapai titik di atas, seringkali mereka ‘lupa diri’ bahkan sering bersikap angkuh terhadap sesama. Namun ketika manusia berada di posisi bawah, hal yang paling sering dilakukan adalah mengeluh dan menyalahkan situasi yang ada. Penderitaan merupakan situasi yang tak dapat dihindari oleh setiap manusia. Penderitaan hadir akibat ketidaksiapan manusia dalam menanggapi situasi yang ada. Padahal, penderitaan itu dapat menjadi sesuatu yang positif jika manusia tidak hanya melihat dari satu sisi saja.
Saudara-saudari yang terkasih, bacaan pertama hari ini menampilkan sosok Yeremia yang mengeluh kepada Tuhan akibat situasi di sekitarnya yang membuatnya merasa tidak nyaman. Tuhan tahu akan segala sesuatu yang akan menimpa Yeremia. Namun apakah Tuhan membiarkan Yeremia merasa terpuruk dan putus asa? Tuhan sebenarnya ingin melihat betapa tulus dan setia Yeremia akan tugas yang diembankan kepada dirinya. Yeremia tahu bahwa ia tak mampu tanpa Tuhan. Ia sadar bahwa Tuhanlah yang mampu memberikan petunjuk bagi dirinya dalam menghadapi situasi yang ia hadapi. Tuhan bisa saja mengubah situasi yang dialami Yeremia, namun Tuhan ingin Yeremia sendirilah yang mampu mengatasi situasi yang ia hadapi.
Terkadang dalam menjalani hidup ini, kita pun sering merasa putus asa dan mengeluh terhadap situasi yang ada, bahkan menyalahkan Tuhan. Terlalu banyak ekspektasi yang tak sesuai dengan realita yang kita hadapi. Namun, apakah kita hanya akan terus diam dan terpuruk dalam situasi itu? Tak sadarkah kita bahwa Tuhan sedang menguji kesetiaan kita dalam menghadapi situasi sulit itu? Kita sering kali tak berani untuk keluar dari zona nyaman kita dan melihat begitu banyak orang yang bahkan lebih menderita dari kita.
Teman-teman yang terkasih, Tuhan tidak pernah memberikan tantangan dalam hidup kita melebihi batas kemampuan kita. Ia tahu akan segala sesuatu yang kita hadapi. Yang diperlukan oleh kita adalah meminta kekuatan dariNya agar kita dapat melewati situasi sulit itu. Kita tak perlu merasa takut untuk melangkah karena percayalah bahwa Tuhan senantiasa hadir dalam setiap derap langkah hidup kita. Maka dari itu kita semua hendaknya menyadari bahwa kita mampu jika bersama Tuhan. Pertanyaannya, apakah kita selalu menjadikan Tuhan sebagai poros hidup kita? Apakah kita masih sering mengandalkan kekuatan kita sendiri dalam menghadapi setiap situasi sulit dalam hidup kita? Tuhan memberkati kita semua.
Fr. Wilhelmus Fenyapwain