Rabu, 28 September 2022
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVI
PF S. Wenseslaus, Martir
PF S. Laurensius Ruiz dkk. Martir
Bacaan I : Ayub 9:1-12.14-16
Mazmur : 88:10bc-11.12-13.14-15
Injil : Lukas 9:57-62
Saat perjalanan dibayangkan selalu memiliki titik awal dan akhir, pada dasarnya manusia akan merasakan sesuatu saat mengawali perjalanan, saat sedang dalam perjalanan dan saat tiba di akhir perjalanan. Jika perjalanan ini adalah kehidupan manusia, apakah ketika manusia meninggal merupakan akhir dari perjalanannya? Saudara dan Saudari yang terkasih, tentunya sebagai pengikut Kristus telah memahami dan mengetahui bahwa ada kebangkitan. Dalam kebangkitan ini manusia kemudian masih melanjutkan perjalanannya.
Ketika manusia terus melanjutkan perjalanannya, kemudian ia mulai menyadari bahwa ternyata perjalanannya tidak memiliki garis akhir. Perihal ini lantas memicu suatu pertanyaan dalam dirinya, “Apakah aku akan terus berjalan ketika tidak ada garis finish yang harus kulewati dalam perjalanan ini?”, “Untuk apakah aku terus berjalan ketika titik pada masa kini dan masa yang nanti kulalui, sama-sama belum melewati garis finish?” dan akan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain bermunculan.
“Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu kepada orang lain Yesus berkata, “Ikutilah Aku.” Menjadi pengikut Kristus menandakan bahwa kita akan mengikuti kemanapun Kristus. Bukan hanya dalam arti mengikuti ke tempat Kristus pergi, melainkan juga mengikuti Kristus dalam setiap sikap, setiap tutur, dan setiap tindakan nyata. Pemahaman inilah yang kemudian menjadi suatu kritik untuk manusia yang telah memahami dan mengetahui akan kebangkitan. Apakah kita dengan memahami dan mengetahui bahwa ada kebangkitan, kita telah percaya akan kebangkitan ini?
Saudara dan Saudari yang terkasih, bacaan pada hari ini mengajak kita semua untuk sampai percaya kepada-Nya. Bukan saja kita mengetahui dan memahami, melainkan harus sampai pada percaya. Dengan kita mengetahui, kemudian kita memahami dan akhirnya kita percaya. Inilah yang menjadi tanda bahwa kita mengikuti Kristus dengan sepenuh hati dan tidak setengah-setengah. Ingatlah, “Setiap orang yang siap untuk membajak, tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Fr. Yohanes Steven Ageng Wicaksono