Berkenan Bagi Tuhan

Loading

Senin, 03 Oktober 2022

Pekan Biasa XXVII

Bacaan Pertama          : Gal. 1:13-24

Mazmur                       : Mzm. 139:1-3,13-14ab,14c-15;

Injil                              : Luk. 10:38-42

“Pergilah, dan perbuatlah demikian!”(Luk 10:37)

Para saudara yang terkasih, suatu ketika Rina, yang sebentar lagi lulus masa SMA, hendak memilih jurusan dan universitas tempat ia belajar kelak. Sebelumnya, Rina sudah merencanakan untuk mengambil jurusan akuntansi di universitas yang ia dambakan. Namun, teman-temannya banyak yang mengambil jurusan Hubungan Internasional dan pariwisata di universitas lain. Walaupun di lubuk hatinya ia tidak mau untuk kuliah di universitas yang dipilih teman-temannya itu, akhirnya ia memilih bergabung bersama dengan teman-temannya di jurusan pariwisata agar bisa tetap bersama dengan mereka.

            Berdasarkan cerita tersebut, Rina memilih untuk ikut teman-temannya demi persahabatan, bukan untuk dirinya sendiri. Padahal, cita-cita yang ia dambakan telah di depan mata, dan siap untuk dilewati. Tidak jarang orang-orang hidup menjadi people pleaser, orang yang menyenangkan orang lain. Hal tersebut justru membuat otentisitas diri menjadi turun dan orang tersebut tidak lagi menjadi dirinya sehingga ia berada di ambang kegagalan.

            Paulus dengan tegas menegur setiap orang yang mudah dihasut oleh Injil sesat untuk berbelok dari jalan Iman kepada Kristus. Ia mengatakan bahwa Injil yang Paulus wartakan adalah Injil Kristus, dan tujuan ia mengajarkan Injil tersebut adalah demi kemuliaan atau agar berkenan di mata Kristus, bukan agar berkenan dihadapan manusia. Hidup yang berkenan dimata Kristus ialah hidup yang sesuai dan seturut dengan cinta kasih.

            Yesus dalam Injil menungkapkan hukum kasih, yakni, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”. Kasih tersebut, secara spesifik, ditujukan pada mereka yang miskin dan papa. Apapun suku, agama, ras dan budaya kita, kasih akan sesama merupakan keutamaan hidup seorang yang beriman. Refleksi bagi kita, perbuatan kasih apakah yang telah kita perbuat bagi mereka yang miskin dan papa?

Fr. Agustinus Hary Tri Hanggara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks