Selasa, 4 Oktober 2022
PW S. Fransiskus dari Assisi
Bacaan Pertama : Galatia 1:13-24
Mazmur Tanggapan : Mzm. 139: 1-3, 13-14ab, 14c-15
Injil : Lukas 10: 38-42
Saudara-saudari yang terkasih, ada sebuah kalimat yang sudah tidak asing lagi dan sering diungkapkan dalam banyak kesempatan. Kalimat tersebut yaitu homo prosponit sed Deus disponit (manusia yang merencanakan tetapi Tuhan yang berkehendak). Apabila kita menyimak kembali bacaan-bacaan pada hari ini dan tentu saja dikaitkan pula dengan peringatan wajib Santo Fransiskus dari Assisi, kita akan menyadari bahwa tidak ada masa depan yang pasti, kecuali kematian. Hal tersebut tampak dalam bacaan hari ini dan kisah dari Santo Fransiskus bahwa kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi ke depannya, seperti Santo Fransiskus dan Paulus yang mengalami pertobatan serta Marta yang mempersoalkan Maria yang ‘hanya duduk diam’ mendengarkan Yesus.
Apa yang terjadi dalam kedua bacaan pada hari ini dan juga kisah dari Santo Fransiskus adalah sebuah perjumpaan dengan Yesus, yang mengubah cara pandang mereka sehingga dengan kepenuhan yang diperoleh, mereka mengambil bagian dalam peranan masing-masing. Apa yang terjadi merupakan bentuk keaktifan dalam melayani Yesus, yakni Santo Paulus yang bertobat dan menjadi pewarta tentang iman tersebut; Santo Fransiskus yang juga bertobat dan berusaha memperbaiki Gereja yang hidup, bukan sekedar bangunan saja, dari dalam dan juga luarnya; serta Marta yang disadarkan bahwa ia dan Maria telah memiliki peran masing-masing dalam cara melayani Yesus sehingga keduanya memiliki kepenuhannya tersendiri. Kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan memanggil kita, tetapi saat kita dipanggil oleh Tuhan, maka berarti kita masuk dalam kehidupan pemuridan.
Saudara-saudari yang terkasih, dalam kehidupan pemuridan tersebut, kita akan melakukan, mempelajari, mematuhi dan mewartakan. Apa yang ada dalam sisi pemuridan tersebut tampak jelas dalam kedua bacaan pada hari ini dan kisah dari Santo Fransiskus. Menghidupi kehidupan pemuridan tersebut dimaksud agar kita dapat menjadi teladan bagi orang lain sehingga dalam upaya keselamatan dan kasih Tuhan yang universal dapat diterima dan dirasakan semua orang. Maka dari itu, jangan lah takut untuk menerima dan mengalami pertobatan serta ikut mengambil bagian dalam peranan masing-masing sebagai pelayan Tuhan.
Fr. Thomas More Yuven Raga Teda