Sudah Cerdikkah Kita dalam Bertindak

Loading

Jumat, 4 November 2022

Peringatan Wajib   : St. Karolus Borromeus

Bacaan I                 : Filipus 3:17 – 4:1

Mazmur                  : 122:1-2,3-4a.4b-5

Injil                        : Lukas 16:1-8

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam injil hari ini Yesus memberikan perumpamaan mengenai kisah seorang bendahara yang cerdik. Terdapat sebuah kata-kata yang tidak asing di telinga kita, yaitu “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Markus 10:16). Pada kutipan ayat tersebut mengungkapkan bahwa kita perlu menjadi pribadi yang siap dalam menghadapi segala situasi hidup yang menghantam diri kita, baik secara internal dan eksternal.

Kata cerdik merupakan salah satu kata kunci yang dapat kita pegang dalam injil hari ini. Cerdik sendiri dapat diartikan sebagi kemampuan untuk membaca dan memahami situasi yang terjadi dan dari situasi tersebut mampu pula memberikan solusi untuk mengatasi. Dalam arti lain dapat dikatakan orang cerdik merupakan orang yang banyak akal. Setiap manusia sesungguhnya memiliki kemampuan tersebut dalam dirinya. Hanya pertanyaanya, apakah kita mau mengembangkan dan menggunakan secara bijak kecerdikan kita itu?

Setiap orang diberi karunia oleh Tuhan untuk bertindak dan berpikir cerdik. Akan tetapi, pada kenyataanya tidak semua orang menggunakan kecerdikannya tersebut sebagai langkah untuk mendekatkan dirinya pada Tuhan, tetapi malah menjaukan dirinya dari Tuhan. Bagaiana tidak? banyak manusia (bahkan diri kita pun mungkin pernah melakukannya) menggunakan kecerdikan hanya untu kepentingan dan kebahagiaan diri sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Misalnya, demi mendapatkan pangkat dalam pekerjaan kita rela menjatuhkan rekan kerja kita supaya ia kalah dan kitalah yang dapat naik pangkat.

Tindakan yang demikian tentunya tidak ada dalam daftar pengajaran Yesus, karena hal tersebut memang tidak benar untuk dilakukan. Seperti dalam kutipan ayat tadi, bahwa kita perlu cerdik tetapi juga harus tulus seperti merpati, artinya kita perlu memperjuangkan kecerdikan yang kita punya dan gunakan untuk mempertahankan kesucian diri. Jangan sampai dengan kecerdikan itu kita terbawa arus untuk masuk ke dalam dunia sijahat. Maka dari itu kita perlu membangun dan melatih diri untuk selalu menjadikan ajaran Yesus sebagai patokan hidup kita, supaya kita dapat menggunakan kemampuan kita untuk mengarahkan diri pada-Nya.

Fr. Marcelinus Dhion Carmelli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!