Rabu, 9 November 2022
Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran
Bacaan I : Yehezkiel 47:1-2.8-9.12
Mazmur : 46:2-3.5-6.8-9
Bacaan II : 1Korintus 3:9b-11.16-17
Injil : Yohanes 2:13-22
Air kerap kali dilambangkan sebagai pemberi kehidupan. Kemana aliran air, di sana pulalah kehidupan itu bertumbuh dan berkembang. Jika kita semua mencoba kembali kepada masa yang lampau pada perjanjian lama, sesungguhnya air tidak selalu menandakan kehidupan. Tentu kita semua mengetahui bagaimana kisah air bah dan Nabi Nuh. Yang menjadi menarik adalah perjanjian Allah dengan Nabi Nuh. Dalam Kejadian 9:11, “Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi”, dilanjutkan pada ayat 13, “Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya menjadi tanda perjanjian antara Aku dan Bumi.” Sejak inilah air menjadi lambang kehidupan dan ketika kita melihat pelangi, mungkin itulah busur yang Allah berikan sebagai tanda perjanjian-Nya.
Sebagai pengikut Kristus, kita juga mengenal dengan air sebagai lambang kehidupan. Peristiwa Yesus dibabtis di sungai Yordan adalah tandanya. Ketika Yesus telah dibabtis Roh Allah turun menaungi-Nya seperti rupa burung merpati. Dengan dibabtis, kita dihantarkan menjadi manusia baru, kita diangkat menjadi anak Allah dan karena kita adalah anak, maka kita adalah pewaris Kerajaan Surga. Pembabtisan ini menjadi pintu masuk menuju sakramen-sakramen lainnya.
Saudara-saudariku yang terkasih, setelah mengalami pembabtisan, sesungguhnya tubuh ini bukanlah milik kita seutuhnya. Kita memiliki tubuh ini namun kita bukan pemiliknya. Dalam perjanjian baru, 1Korintus 6:19-20 telah ditegaskan bahwa, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, – dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Telah menjadi jelas bahwa tubuh ini adalah Bait Allah sebab Roh Allah mendiami tubuh manusia.
Saudara-saudariku yang terkasih, bacaan Injil pada hari ini menceritakan tentang bagaimana Yesus mengusir para pedagang dan penukar uang yang menjajakannya dalam Bait Allah. Yesus juga mengatakan bahwa akan membangunnya dalam waktu 3 hari. Bait Allah yang dimaksudkan Yesus adalah tubuh manusia dan memang benar adanya bahwa Yesus bangkit pada hari ke-3. Jika kita mau mencoba melihat kesinambungan dari sejak perjanjian lama, masa dimana Yesus hidup di dunia sebagai manusia dan perjanjian baru, maka ada benang yang tidak terputuskan. Bagaimana air yang mulanya memusnahkan menjadi lambang kehidupan, bagaimana air menjadi media pembabtisan, dan bagaimana melalui pembabtisan Roh Allah turun menaungi Yesus dan bagaimana kita yang diangkat menjadi anak Allah.
Saudara-saudariku yang terkasih, bacaan pada hari ini mau mengajak kita untuk membersihkan diri kita dari pedagang-pedagang dan para penukar uang yang menjajakan dagangannya dalam tubuh kita. Ingatlah bahwa meskipun kita memiliki tubuh ini namun kita bukanlah pemilik dari tubuh ini. Para pedagang dan penukar uang ini menjajakan hawa nafsu, egois, iri hati, cemburu, ingkar janji, pengkhianantan, keserakahan, dan ketidaksetiaan yang terkadang kita semua tergoda dan terbuai untuk membelinya. Yesus dengan tegas mengusir mereka semua sebab tubuh kita ini suci. Sungguh cinta akan rumah-Mu menghanguskan aku, karena seringkali kita dengan santainya terbuai dan tergoda untuk ‘jajan’ di Bait Allah.
Fr. Yohanes Steven Ageng Wicaksono