Kamis, 24 November 2022
Pekan Biasa XXXIV
Bacaan I: Wahyu 18:1-2.21
Mazmur: 100:2.3.4.5
Bacaan Injil: Lukas 21:12-19
Dalam bacaan injil hari ini, kita disuguhkan suatu pemandangan mengerikan yang akan menimpa Yerusalem. Yesus menyampaikan secara jelas dan tanpa perumpamaan mengenai kehancuran itu. Nyatanya, Yerusalem benar-benar dihancurkan oleh Tentara Romawi sekitar tahun 70 masehi. Seluruh kota diluluhlantahkan, para rakyatnya dibantai, dan Bait Allah dihancurkan. Nubuat yang begitu kejam menjadi nyata, sehingga membuat orang-orang di sana kehilangan harapan.
Dalam Lukas 21:20-26, kita disuguhkan sebuah gambaran yang cukup mengoyak hati. Ketika kita mendengar nubuat ini, mungkin kita akan berpikir bahwa Tuhan itu kejam. Kita memandang Tuhan begitu jahat dengan membiarkan pembantaian dan penghancuran Yerusalem. Di mana belas kasih Allah, ketika umatNya mendapat perlakuan demikian? Apakah Tuhan menutup mata atau tidak peduli sama sekali dengan keadaan umatNya? Gambaran terhadap Allah yang jahat dan kejam menjadi kentara dalam teks ini.
Akan tetapi, dalam ayat 27-28, Yesus menekankan suatu pengharapan baru dengan kedatangan Anak Manusia. Terdapat suatu perbedaan kontras antara kehancuran dan harapan. Perbedaan ini ingin memberikan perbandingan dan penekanan bahwa meski pun manusia dalam kesusahan sekali pun, Allah tidak akan pernah meninggalkan manusia. Entah manusia akan berpikir Allah seperti apa, tetapi yang terlihat jelas adalah Allah tidak pernah mencapakkan ciptaan yang dikasihiNya. Allah hanya memberi kesempatan manusia untuk menghancurkan keangkuhannya dan datang kembali kepada Allah yang selalu menunggu. Apakah kita sudah siap menghancurkan keangkuhan kita dan datang kepadaNya dengan ke-tidakpunya-an kita?
Fr. Jeremia Setiadi/Skolastikat II