Senin, 16 Oktober 2023
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVIII
Bacaan I: Roma 2:1-7
Mazmur Tanggapan: Mazmur 98:1-2-3ab.3cd-4
Injil: Lukas 11:29-32
Tanda atau simbol kerap kali membantu kita semua untuk membaca, memahami, atau mengerti akan sesuatu. Biasanya juga melalui tanda ini manusia juga seringkali berupaya untuk memprediksi akan masa yang datang. Tanda atau simbol ini juga ditangkap oleh manusia melalui inderanya. Melalui matanya manusia dapat menilhat, melalui telinganya manusia dapat mendengar dan seterusnya untuk indera yang lain. Apakah ini menjadi arti bahwa hanya yang tertangkap oleh indera manusia saja yang menjadi tanda?
Saudara dan saudari yang terkasih, tentu saja kita mengerti bahwa indera yang kita miliki merupakan sempurna sekaligus terbatas. Ada saja yang terlewat meski mata ini memandang dan ada saja yang terlepas meski telinga ini mendengarkan. Segala kesempurnaan dalam keterbatasan indera manusia ini tentu saja hanya akan disempurnakan oleh pengetahuan yang Ilahi. Pengetahuan yang bukan berasal dari dunia ini.
Melalui kesadaran akan kesempurnaan sekaligus terbatas ini, kerap kali manusia bertegar hati. Manusia merasa bahwa apa yang tidak mampu ditangkap oleh inderanya berarti tidak nyata atau bahkan tidak ada. Hanya karena keterbatasan ini manusia menggeneralisir segalanya. Hanya karena manusia tidak mampu mengerti, membaca atau memahami tanda dan simbol yang ada lantas manusia menganggap bahwa tidak ada apa-apa.
Saudara dan saudari yang terkasih, sesungguhnya perlulah untuk menjadi waspada akan ketegaran hati ini. Hati yang tegar memanglah tidak buruk namun bertegar hati dapat menjadikan diri ini sombong. Ingatlah bahwa kesombongan datang sebelum kejatuhan. Bacaan Injil pada hari ini mau menunjukkan kepada kita, bagaimana manusia ini bertegar hati untuk menuntut suatu tanda yang dapat dibaca oleh manusia. Seringkali manusia justru berusaha mengatur Allah, menuntut tanda yang dapat ia baca.
Bacaan Injil pada hari ini mau menunjukkan kepada kita bagaimana cara untuk belajar rendah hati. Bagaimana kita diajarkan untuk menerima apa yang sesungguhnya terjadi alih-alih menuntut tanda yang hanya dipahami oleh manusia. Ingatlah bahwa Allah tidak terbatas hingga tidak dapat dirumuskan. Jika manusia dapat merumuskan-Nya, maka Allah terbatas oleh perumusan itu. Saudara dan saudari yang melalui bacaan pada hari ini, marilah kita bersama-sama belajar untuk rendah hati tanpa perlu menuntut akan suatu hal yang bekerja dalam cara yang kita pahami. Ingatlah bahwa Allah selalui bekerja melalui cara-cara yang luar biasa untuk hal-hal yang mungkin kita anggap “sepele” dalam hidup kita. Semoga melalui bacaan hari ini, kita semua boleh disadarkan bahwa Allah selalu menyertai kita di sepanjang perjalanan hidup ini.
Fr. Yohanes Steven Ageng Wicaksono