Berani seperti Yesus atau Angkuh seperti Ahli Taurat?

Loading

Renungan, Kamis 19 Oktober 2023

Pekan Biasa XXVIII

Bacaan Pertama          : Roma 3: 21-30
Mazmur Tanggapan     : Mazmur 130:1-2, 3-4b, 4c-6
Bacaan Injil                 : Lukas 11: 47-54

Saudara-saudari terkasih, Pernahkah kita selalu mencari menjatuhkan orang lain dengan terus mencari-cari kesalahannya? Terkadang hal demikian terjadi ketika kita memiliki perasaan kesal atau benci terhadap orang yang lebih unggul daripada kita. Namun, itu adalah perilaku yang salah. Sama halnya seperti perilaku para ahli taurat yang dikisahkan dalam injil hari ini. Para ahli taurat tidak menyukai Yesus yang terus berbicara mengenai kebenaran. Para ahli Taurat merasa bahwa mereka yang paling benar. Alhasil, mereka terus mencari kesalahan Yesus agar dapat dijatuhkan.

Saudara-saudari terkasih, Sikap bacaan pada hari ini mengingatkan kita kembali akan kelemahan kita yakni kesombongan. Seringkali kita merasa bahwa diri kita yang paling benar dari yang lain. Seringkali kita merasa sombong karena kita mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Akibatnya pun kita menjadi angkuh dan tidak ingin mendengarkan orang lain. Menjadi pertanyaan bagi kita semua, apakah kita ingin tetap menjadi seperti ini?

Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita dapat belajar dari sikap Yesus yang dikisahkan dalam injil hari ini. Yesus sama sekali tidak menunjukan perlawanan kepada ahli taurat melainkan ia pergi meninggalkan mereka. Yesus yang pergi bukan berarti ia tidak ingin memberikan perlawanan. Tetapi ia telah menunjukan kerendahan hati-Nya dengan mengingatkan mereka yang berdosa.

Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti menemukan orang-orang yang merasa sombong dan angkuh. Belajar dari Yesus, orang-orang seperti itu harus kita ingatkan dengan baik. Ketika kita mengingatkannya, tentu saja kita sudah mengetahui resiko yang akan kita terima. Namun, apakah resiko itu akan mengurungkan niat kita untuk melakukan tindakan yang benar? Resiko pasti kita dapatkan ketika kita memutuskan suatu hal. Tetapi jikalau apa yang kita putuskan itu adalah hal yang benar, mengapa kita perlu takut untuk melakukannya? Keputusan yang kita ambil bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, akan tetapi untuk keselamatan orang lain juga. Tuhan memberkati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks