Renungan 23 Oktober 2023
Pekan Biasa XXIX
Bacaan I : Roma 4: 20-25
Mazmur Tanggapan : Luk 1: 69-70, 71-72, 73-75
Injil : Luk 12: 13-21
“Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja yang saya jaga. Terimalah dan periharalah mereka dengan sebaik-baiknya.” (St. Laurensius kepada Prefek Kota Roma)
Penggalan kalimat tersebut diucapkan oleh Santo Laurensius manakala ia diminta oleh penguasa Roma untuk mengumpulkan seluruh harta kekayaan yang dimiliki Gereja saat itu. Bukan uang dan emas yang diberikan, melainkan orang-orang yang miskin dan melarat yang dibawa serta oleh Santo Laurensius. Bukankah aneh, ketika menunjukkan kemiskinan sebagai sebuah kekayaan? Bahkan dalam Injil hari ini, hati sang empunya harta itu disimpan juga bersama dengan kekayaan yang ditimbun dalam lumbungnya. Lantas apa yang dimaksud dengan kekayaan?
Secara jamak kita sepakat bahwa kekayaan itu perkara jumlah uang dan harta benda yang dimiliki. Contoh, mobil Porsche, motor Harley Davidson, jet pribadi, fasilitas rumah yang mewah, dsb. Tidak ada yang salah bila kita memiliki kekayaan sebanyak itu. Menjadi masalah bilamana terjadi huru-hara mengenai harta, terlebih warisan gono-gini, sebagaimana Injil mengisahkan seseorang yang meminta Yesus menegur saudaranya itu untuk membagi hartanya kepadanya. Di akhir Injil, Yesus berkata, “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Kita diajak untuk memperkaya diri ‘bagi Allah’, dengan berbagi kepada yang membutuhkan, dan memberi derma. Apa gunanya bila kita rajin berdoa namun kikir kepada semua orang, bahkan Gereja? Uang bukanlah segalanya, dan kita tidak mati dengan membawa uang. Keyakinan kita perlu dilandaskan dalam nama Yesus, dan dengan kekayaan itulah kita mengusahakan kebaikan, sama seperti Yesus yang memberi diri kepada banyak orang dengan mati di salib. Layaknya Abraham yang percaya pada Allah walaupun dalam ketidakjelasan, kita perlu mendasarkan iman pada Yesus yang bangkit melalui harta kekayaan kita. Akhirnya, melalui perbuatan baik kita hari ini, kita berharap akan hidup dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup sesuai dengan janji yang Ia berikan kepada kita. Tuhan memberkati!
Fr. Agustinus Hary Tri Hanggara – Skolastikat II