Puncak Perayaan Pekan Misi Nasional dan Hari Pangan Sedunia di Keuskupan Bogor 

Loading

KEUSKUPANBOGOR.ORG- Rangkaian kegiatan Pekan Misi Nasional kini sudah sampai pada puncak perayaan yang diadakan pada hari Minggu, 22 Oktober 2023 di Kompleks Sekolah Regina Pacis, Bogor. Puncak perayaan Pekan Misi Nasional yang dirayakan sekaligus dengan perayaan Hari Pangan Sedunia ini diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr Paskalis Bruno Syukur beserta Mgr A. M. Sutrisnaatmaka. 

Mengawali Perayaan Ekaristi, RD Markus Nur Widi Pranoto menyampaikan bahwa Setiap Bulan Oktober, Gereja merayakan Bulan Misi, dan pada minggu kedua terakhir di bulan Oktober dirayakan Minggu Misi. Tema Minggu Misi ke 97 yang jatuh pada tahun ini adalah “Hati Berkobar-kobar, kaki bergegas pergi mewartakan Injil”. Melalui tema tersebut Paus Fransiskus ingin mengingatkan kita semua untuk hidup dari Sabda Allah serta merayakan Perayaan Ekaristi yang merupakan sumber dan puncak misi. 

Karya Misi adalah Tugas Bagi Kita Semua

“Tema Minggu Misi pada tahun ini adalah Hati Berkobar-kobar, kaki bergegas pergi mewartakan Injil. Dengan mengadakan perayaan Minggu Misi ini kita mendapatkan penguatan dan semangat baru dalam mewartakan Injil,” tutur Mgr A. M Sutrisnaatmaka di dalam homili yang disampaikan. 

Lebih lanjut, Ketua Komisi Karya Misioner Konferensi Waligereja Indonesia tersebut menyampaikan bahwa kita semua diajak untuk melaksanakan perintah khusus dari Yesus kepada murid untuk mengambil bagian dalam mewartakan Injil Kristus. 

Uskup Keuskupan Palangkaraya tersebut pun mengutip ayat Kitab Suci yaitu Matius 28:19-20, yang tertulis:

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. 

Melalui ayat tersebut, Monsinyur Sutrisnaatmaka merefleksikan bahwa bermisi adalah tugas bagi kita semua yang telah dibaptis. Bermisi bukan hanya tugas dari kaum Imam ataupun biarawan-biarawati namun juga tugas kita semua. 

“Karya Misi dilaksanakan dengan kekudusan melalui cara maupun metode yang disesuaikan dengan kebutuhan saat ini. Dalam melaksanakan Karya Misi pasti ada tantangan yang dihadapi, namun itulah yang menguatkan kita. Gereja yang pada hakikatnya adalah misioner, maka semua orang yang sudah dibaptis harus ambil bagian dalam Karya Misi sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan. Selain itu, dalam menjalankan Karya Misi hendaknya disesuaikan dengan sarana dan prasarana dalam menyesuaikan perkembangan zaman untuk bermisi” tutur Monsinyur Sutrisnaatmaka. 

Siap Diutus

Sebelum berkat penutup, Mgr Paskalis Bruno Syukur memberikan sapaannya. Ia mengatakan bahwa kita perlu memiliki semangat berkobar-kobar di dalam hati untuk mewartakan Injil. 

“Kita diajak untuk menghayati dan menghidupi iman Katolik kita. Kita semua yang dibaptis harus menjadi misionaris,” tegas Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia tersebut. 

Lebih lanjut, Ia menekankan bahwa semua yang dibaptis adalah orang yang sungguh-sungguh mencintai Kristus. Saat sungguh-sungguh mencintai Kristus maka selalu siap ketika diutus kemanapun untuk bermisi. 

Monsinyur Paskalis pun turut mengapresiasi tindakan misi dengan melakukan pertobatan ekologis yang pada hari ini turut dirayakan dalam Perayaan Hari Pangan Sedunia. 

“Cinta akan Allah akan sia-sia jika kita tidak mencintai sesama dan alam yang diciptakan oleh Tuhan,” tuturnya. 

Seturut dengan apa yang disampaikan oleh Monsinyur Paskalis, Direktur Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia, RD Markus Nur Widipranoto pun menyampaikan bahwa kedua perayaan yang dirayakan pada hari ini adalah hal yang perlu dilakukan bersama-sama karena saling berkesinambungan. 

Usai Perayaan Ekaristi, kegiatan dilanjutkan dengan penampilan dari BIA/BIR Paroki. Dimulai dari penampilan BIR Paroki Hati Maria Tak Bernoda Cicurug, Paroki Santo Fransiskus Asisi Sukasari, Paroki Santo Joannes Baptista Parung, dan Paroki Santa Faustina Kowalska Tajur Halang. 

Mewujudkan Pertobatan Ekologis, Upaya Menjaga Bumi

Dalam talkshow yang menghadirkan Mgr Paskalis Bruno Syukur, Mgr Aloysius Sutrisnaatmaka dan Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc sebagai pembicara ini dibahas tentang Misi dan Ketahanan Pangan. 

“Gereja tanpa misi artinya mati. Bermisi adalah tugas bagi setiap mereka yang dibaptis. Dan bermisi memiliki banyak cara untuk dilakukan” tegas Mgr Aloysius Sutrisnaatmaka memulai kegiatan talkshow pada hari ini dengan menjelaskan tentang misi. 

Lanjutnya, banyak hal yang dapat dilakukan untuk bermisi di Indonesia dengan berbagai situasinya, kita dapat berpartisipasi dengan bermisi di bidang kemanusiaan. 

Kemudian, Monsinyur Paskalis mengutip pernyataan dari Monsinyur Sutrisnaatmaka bahwa bermisi dapat dilakukan dengan banyak hal. Salah satunya adalah menjaga lingkungan hidup. Lingkungan hidup dapat menjadi karya integral akan iman kepada Tuhan yang menciptakan lingkungan yang tertata. Dalam perkembangan Gereja, peran lingkungan hidup dinyatakan dengan tegas bahwa segala ciptaan Tuhan adalah saudara-saudari manusia. 

“Kita tidak bisa hidup tanpa lingkungan yang mendukung hidup kita. Maka seperti apa yang dikatakan oleh Paus Fransiskus bahwa kita perlu bersahabat dengan alam ciptaan Tuhan untuk menjaga kelestariannya. Maka kita punya tugas untuk menjaga bumi, rumah kita bersama,” ucap Monsinyur Paskalis. 

Pertobatan Ekologis adalah pertama-tama kembali kepada Allah, dan wujud konkrit dari pertobatan tersebut adalah membangun relasi baik dengan Allah, sesama dan alam semesta. Maka, inti dari pertobatan ekologis adalah gerakan dari dalam hati untuk menata alam ciptaan Allah dengan sebaik-baiknya. Salah satu contohnya adalah mengolah hasil bumi dengan bijak. 

Misi Pertobatan Ekologis adalah tugas kita bersama sebagai upaya dalam menjaga Bumi, rumah kita bersama. Upaya tersebut perlu diwujudnyatakan bukan hanya melalui tindakan, namun juga langkah jalan bersama dari berbagai pihak.

Bahkan tindakan sederhana seperti menjaga ketahanan pangan bagi rumah tangga yaitu dimana kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan secara cukup dapat menjadi sebuah langkah nyata dalam mewujudkan pertobatan ekologis. 

“Proses pertobatan adalah hal yang berkelanjutan yang dimulai dengan hal-hal kecil namun dilakukan secara terus menerus dan setia pada proses yang dijalani. Permasalahan ekologis perlu menjadi kontribusi semua pihak untuk membangun jaringan dalam berjalan bersama memberikan perhatian,” tutur Monsinyur Paskalis.

Kini giliran Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc yang menyoroti tentang ketahanan pangan. Ia menjelaskan bahwa ketahanan pangan adalah ketersediaan sumber pangan baik mudahnya akses maupun jumlahnya yang stabil. Selain hal tersebut, ketahanan pangan perlu mencakup kandungan yang bernutrisi, sehat, enak dan terus berkelanjutan. 

“Dari aspek ekologis, kita memiliki misi untuk menghormati alam dan menghindari sikap ketamakan untuk mengeksploitasi alam hanya untuk diri sendiri, karena seluruh makhluk hidup di bumi memiliki hak untuk hidup di bumi dan makan minum dari hasil bumi,” tutur Prof. Anton. 

Menggali Ragam Manfaat Produk Turunan Eko Enzim Melalui Workshop  

Selain talkshow, kegiatan Puncak Perayaan Pekan Misi Nasional dan Perayaan Hari Pangan Sedunia turut diisi dengan workshop bertajuk “Pemanfaatan Produk Turunan Eko Enzim”.

Workshop ini diberikan oleh Maria Mediatrix Widjianto. Dalam pemaparannya, Ia menjelaskan tentang produk-produk turunan eko enzim yang dapat dimanfaatkan dalam penggunaan di keseharian. Contohnya saja pemanfaatan produk turunan eko enzim sebagai sabun.

Sharing Lingkungan Hidup

Ni Luh Amanda Ra Shanti, Putri Remaja Jawa Barat, di dalam kesempatan ini membagikan pengalamannya sebagai seorang putri lingkungan hidup yang menjalankan tugasnya dalam terlibat melestarikan lingkungan hidup. 

Siswi Sekolah Menengah Pertama Regina Pacis Bogor ini menceritakan pengalamannya mengunjungi bank sampah Marlin yang terletak di daerah Tajur, Jawa Barat. 

“Kita harus menjadi agen perubahan untuk menjaga lingkungan yang bersih. Sampah tidak dapat dihindari, namun kita bisa memiliki kesadaran untuk reduce, reuse dan recycle agar dapat ikut serta dalam menjaga lingkungan kita,” tuturnya. 

Pameran dan Perlombaan 

Ragam pameran ekologi dan pameran misi turut memeriahkan kegiatan yang melibatkan berbagai komisi, kategorial dan paroki-paroki di Keuskupan Bogor ini. Rangkaian Perayaan Pekan Misi Nasional dan Hari Pangan Sedunia ini pun ditutup dengan pengumuman pemenang perlombaan membuat snack berbahan dasar pangan lokal dan penyerahan plakat tanda terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks