KEUSKUPANBOGOR.ORG- Perjalanan Kirab Misi kini telah sampai di Paroki Santa Maria Tak Bernoda, Rangkasbitung. Patung Bunda Maria dan Salib Misi sampai pada hari Sabtu (18/5/2024) siang diantar oleh Umat dari Stasi Parung Panjang kemudian disambut secara sukacita dengan tari penyambutan tamu agung dari adat Sunda yang dibawakan oleh penari remaja dan anak-anak dari Paroki Santa Maria Tak Bernoda.
Pada hari ini, diadakan pula audiensi antara anak dan remaja bersama Mgr Paskalis Bruno Syukur. Audiensi ini turut menjadi penanda bahwa rangkaian kegiatan Kirab Misi di paroki ini resmi dimulai selama satu minggu kedepan sebelum Kirab Misi dilanjutkan menuju ke paroki selanjutnya.
Rahmat dan Anugerah
RD Yohanes Anggi Witono Hadi selaku Pastor Vikaris Paroki Santa Maria Tak Bernoda yang hadir menyapa serta menyampaikan dalam sambutannya kepada anak-anak dan remaja bahwa pada hari ini adalah hari yang penuh rahmat dan berkat karena perjalanan Kirab Misi dalam rangka perayaan ulang tahun Keuskupan Bogor yang ke 75 telah tiba di Paroki Santa Maria Tak Bernoda, Rangkasbitung. Ia pun berpesan agar anak-anak dan remaja senantiasa mensyukuri kehadiran Bunda Maria dan Yesus yang hadir.

“Kirab Misi adalah sebuah peristiwa iman merayakan syukur dan berkat atas ulang tahun Keuskupan Bogor yang ke 75. Semoga dengan adanya Kirab Misi ini menjadi rahmat dan berkat bagi kita sekaligus menjadi anugerah bagi kita akan kehadiran Yesus dan Bunda Maria di tengah-tengah kita untuk kemudian kita dapat berjalan bersama Bunda Maria dan Yesus yang tersalib,” harapnya.
Kemudian, Uskup Keuskupan Bogor yaitu Mgr Paskalis Bruno Syukur menyampaikan kepada anak-anak dan remaja yang hadir dalam audiensi tentang penyertaan Bunda Maria di dalam hidup kita dan bahwa kehadiran Bunda Maria di tengah-tengah kita yang senantiasa melindungi kehidupan yang kita jalani.

“Hari ini Bunda Maria dan Yesus mengunjungi kita semua agar kita dapat semakin rajin berdoa. Hal ini adalah hal yang luar biasa, maka mari kita ikuti prosesi Kirab Misi di paroki ini untuk menghormati Bunda Maria dan Tuhan Yesus,” tutur Monsinyur Paskalis.
Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia tersebut pun mengajak anak-anak dan remaja untuk hadir dalam setiap ibadat yang dilaksanakan selama seminggu ke depan.


Usai sambutan-sambutan dilanjutkan dengan penampilan dari anak dan remaja seperti drama musikal dan tari-tarian. Sebelum memulai audiensi, dirayakan ulang tahun dari Monsinyur Paskalis ke 62 tahun. Suasana bertambah sukacita karena Monsinyur Paskalis membagikan kue serta es krim.


Audiensi Bersama
Memulai sesi audiensi, seorang anak bernama Angel menanyakan tentang bagaimana rasanya menjadi Sekretaris Jenderal KWI kepada Monsinyur Paskalis.

Kemudian dijawab oleh Monsinyur Paskalis bahwa menjadi Sekjen KWI memiliki tugas salah satunya adalah memberikan informasi terkait Gereja Indonesia.
“Bapak Uskup, kapan berdirinya gereja di Maja?,” tanya Gloria yang penasaran.
“Maja adalah bagian dari Paroki Rangkasbitung. Maka Keuskupan Bogor dan Paroki Rangkasbitung terus berupaya untuk segera mendirikan gereja disana. Saya meminta kepada Gloria dan kalian yang tinggal di Maja terus mendoakan agar rencana mendirikan gereja di Maja dapat terlaksana,” jawab Monsinyur Paskalis kepada Gloria.
Lalu ada pertanyaan dari Maira, “Bapak Uskup kenapa Bapak Uskup tidak menikah padahal saya pernah belajar bahwa Tuhan menyuruh kita untuk berkembang biak?”

Monsinyur Paskalis pun menanggapi dengan mengatakan bahwa tugas utama seorang Bapak Uskup atau Imam adalah melayani semua orang. Ini adalah sebuah pilihan panggilan yang dijalani, maka sebenarnya seorang Imam mengembangbiakan ajaran Tuhan kepada banyak orang.
Di akhir sesi audiensi, Monsinyur Paskalis menjelaskan bahwa Kirab Misi adalah semacam pawai yang membuat kita berjalan bersama untuk menjadi orang utusan Tuhan mewartakan tentang kebaikan Tuhan Yesus.
Doa Adalah Kekuatan
Rangkaian kegiatan pada hari ini ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Monsinyur Paskalis didampingi RD Marselinus Wisnu Wardhana, RD Yustinus Joned Saputra, RD Yosef Irianto Segu, dan RD Yohanes Anggi Witono Hadi.
Saat homili, Monsinyur Paskalis mengajak umat yang hadir untuk berlutut dan duduk hening di hadapan Bunda Maria, kemudian mengajak mengintensikan permohonan yang ditutup dengan doa Salam Maria.

“Berdoa adalah tindakan nyata dari orang yang percaya serta yang hidupnya senantiasa mengandalkan Tuhan. Yesus menjanjikan kepada kita bahwa Dia akan mengurus Roh-Nya untuk mengajarkan hal-hal kebaikan demi keselamatan bagi banyak orang. Saya amat yakin bahwa doa adalah kekuatan kita kalau kita mau berjalan bersama Kristus. Dalam doa, kita menyembah Tuhan dengan satu kesadaran bahwa kita menyembah Tuhan. Apa artinya kita menyembah Tuhan? Itu artinya kita membiarkan diri kita dituntun oleh Roh Kebaikan dan Kebenaran,” tuturnya.

Monsinyur Paskalis turut mengatakan bahwa ketika kita percaya kepada Tuhan maka kita tidak akan ragu-ragu untuk berjalan bersama-Nya. Selain itu, Tuhan pasti mengutus Roh Kudus untuk menuntun kita kepada kebenaran dan kebaikan. Ujian yang kita miliki adalah apakah kita dapat menjadi saksi Kristus dan apakah kita mau mengikuti Roh Kudus untuk mewartakan kebenaran dan sukacita.
“Kalau kita dituntun oleh Roh Kebaikan maka kita akan melakukan kebaikan-kebaikan kepada sesama dengan penuh kasih. Mari dalam Hari Raya Pantekosta ini kita meminta kepada Tuhan untuk menyalakan api cinta di dalam hati kita agar mampu mewartakan kasih dan kebenaran demi kebaikan kita dan sesama,” tutupnya.







