Rampak Sekar Tingkat Keuskupan Sufragan Bogor; Kalau Burung Saja Bisa Bernyanyi Mengapa Kita Tidak?

Loading

Masih dalam rangka perayaan 75 tahun Keuskupan Sufragan Bogor yang diisi dengan berbagai kegiatan, mulai dari pertandingan olahraga, lomba paduan suara, hingga Kirab Misi yang bergiliran di tiap-tiap Paroki.

Salah satu kegiatan yang dilombakan adalah paduan suara, yang dalam kegiatan ini disebut sebagai Rampak Sekar. Rampak Sekar diadakan di tiap Paroki di Keuskupan Sufragan Bogor, kemudian 3 pemenang favoritnya, maju ke babak selanjutnya di tingkat Dekanat. Lalu, pemenang favorit pertama dan kedua di tingkat Dekanat, maju ke Rampak Sekar tingkat Keuskupan. 

Setelah melalui tahap-tahap demikian, maka diperolehlah masing-masing dua pemenang favorit di tiap Dekanat, yaitu:

Dekanat Utara:

  • Wilayah Santo Agustinus, Paroki Santo Paulus, Depok 
  • Wilayah Santo Antonius, Paroki Santo Matheus, Depok 

Dekanat Selatan:

  • Wilayah Santo Yohanes, Paroki Santo Joseph, Sukabumi
  • Wilayah Santo Petrus, Paroki Santa Maria Ratu Para Malaikat, Cipanas

Dekanat Tengah

  • Wilayah Santo Antonius I, Paroki Santo Fransiskus Asisi, Sukasari, Bogor
  • Wilayah Santo Paulus, Paroki Santa Faustina Kowalska, Tajurhalang, Bogor

Dekanat Timur

  • Wilayah Santo Gerasimos, Paroki Keluarga Kudus Cibinong
  • Wilayah Santo Louis, Paroki Santo Vincentius a Paulo, Gunung Putri

Dekanat Barat

  • Wilayah Santo Rafael 3, Paroki Kristus Raja, Serang
  • Lingkungan Rafael & Santo Fransiskus Asisi, Paroki Santa Maria Tak Bernoda, Rangkasbitung

Tentu saja, Tim Rampak Sekar yang menjadi dua favorit di Dekanat masing-masing itu pun kembali berlatih mengolah dan memadukan suara untuk tampil memberikan yang terbaik dalam Pagelaran Tingkat Keuskupan. 

Burung Saja Bisa Bernyanyi, Mengapa Kita Tidak?

Minggu, 14 Juli 2024, bertempat di Graha Bina Humaniora (GBH) Sentul City, sebanyak sepuluh finalis Rampak Sekar bersama para suporternya hadir untuk kembali menunjukkan suara emas mereka di hadapan para juri dan umat Keuskupan Sufragan Bogor.

Meskipun kegiatan baru dimulai pukul 13.00 WIB, namun sejak pukul 09.00 WIB sudah mulai terlihat kedatangan sepuluh tim Rampak Sekar yang akan tampil dalam Pagelaran Rampak Sekar Tingkat Keuskupan Sufragan Bogor, dimulai dari tim Rampak Sekar dari Paroki Santo Joseph Sukabumi.

Pada saat kedatangan tim Rampak Sekar disambut oleh panitia Rampak Sekar tingkat Keuskupan untuk kemudian diarahkan ke living room  yang berada di lantai 1 dan lantai 2, yang kemudian tempat ini menjadi base camp dari masing-masing tim peserta Rampak Sekar dari sepuluh paroki.

Peserta yang belum melakukan uji coba panggung (UCP) pada hari sebelumnya diberi kesempatan untuk itu, terutama yang tempatnya jauh dari Sentul, lalu disediakan tempat untuk latihan vokal di ruang Lucia dan Pricilla di lantai 2.

Rangkaian Kegiatan Pagelaran Rampak Sekar Tingkat Keuskupan Sufragan Bogor dibuka dengan doa oleh RD Marselinus Wisnu Wardhana.

Ketua peringatan Hari Ulang Tahun ke-75 Keuskupan Sufragan Bogor, RD Ignatius Heru Wihardono, dalam sambutannya mengatakan bahwa antusiasme umat sangat luar biasa dalam menyambut kegiatan Rampak Sekar mulai dari tingkat Paroki, yang merasa kesulitan mencari peserta.

Namun karena Bapak Uskup menginginkan peserta Rampak Sekar terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia, akhirnya setiap Paroki pun antusias mengikuti kegiatan Pagelaran Rampak Sekar ini dengan baik.

Diharapkan dengan adanya kegiatan Rampak Sekar, maka lagu Mars Keuskupan Bogor makin menggema di setiap Paroki-paroki karena semakin dikenal oleh umat Keuskupan Bogor.

Bapak Uskup Keuskupan Sufragan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur mengatakan bahwa sukacita kegiatan Rampak Sekar merupakan rangkaian dalam perayaan ulang tahun 75 tahun Keuskupan Sufragan Bogor.  Untuk memberi perhatian pada anak-anak dan remaja di Keuskupan maka Perayaan Ulang Tahun ke-75 Keuskupan Sufragan Bogor dirayakan selama satu tahun mulai 9 Desember 2023 hingga 7 Desember 2024 dan ditutup di Paroki Santo Joseph Sukabumi.

Perjalanan Keuskupan Sufragan Bogor secara legal dimulai dari Sukabumi. Maka perjalanan perayaan 75 tahun Keuskupan Sufragan Bogor nanti akan berakhir di Paroki Santo Joseph Sukabumi.Perayaan tidak hanya dengan perlombaan-perlombaan tetapi kunjungan ke Paroki-paroki dengan mengumpulkan ide bagaimana sebaiknya merayakan Perayaan 75 tahun Keuskupan Bogor, dan salah satu ide adalah mengadakan Pagelaran Rampak Sekar.

Sering kali Bapak Uskup ketika berkunjung Paroki-paroki, nyanyian hanya dimonopoli oleh kelompok kor, dan umat kurang terlibat dalam menyanyi. Bukan karena tidak bisa menyanyi, tetapi mungkin karena kesadaran untuk memuji dan memuliakan  Tuhan dalam peristiwa agung Ekaristi kurang diwujudkan. Maka dengan Pagelaran Rampak Sekar ini melibatkan seluruh unsur mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut.

Tujuan utama Pagelaran Rampak Sekar ini diharapkan agar umat terbiasa untuk bernyanyi terutama dalam Ekaristi, menyanyi untuk sungguh-sungguh untuk memuliakan  Tuhan. Sesuai dengan moto Bapak Uskup, Magnificat Anima Mea Dominum, meniru Bunda Maria yang bernyanyi memuliakan Tuhan karena diberi kepercayaan besar untuk terlibat dalam karya keselamatan Tuhan. Bapak uskup menggunakan moto tersebut untuk menggerakkan umat memuji Allah, bisa bernyanyi tidak hanya di Gereja, tetapi di rumah masing-masing.

Melalui Pagelaran Rampak Sekar ini Bapak Uskup berharap agar tidak memandang kegiatan ini sebagai persaingan untuk menjadi juara, tetapi menghayati dan menghidupinya sebagai sebuah Festival, untuk dapat dinikmati bersama. Maka yang ada hanyalah pemenang terfavorit satu, dua, atau tiga.

Bapak Uskup mengajak kita untuk menghidupi iman Kekatolikan kita untuk bersukacita dengan bernyanyi. Kalau burung saja bisa bernyanyi, mengapa kita tidak?

Pagelaran Rampak Sekar tingkat Keuskupan Sufragan Bogor dibuka secara resmi dengan pemukulan gong oleh Bapak Uskup Keuskupan Sufragan Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur, dengan didampingi beberapa Pastor di Keuskupan Sufragan yang memegang dan membunyikan angklung, yaitu: RD. Thomas Peng An, RD Antonius Dwi Karyanto, RD Harry, RD Marselinus Wisnu Wardhana, RD. Ignatius Heru Wihardono, RD. Mikail Endro Susanto, RD Ridwan, RD Wahyu, dan RD Augustinus Hardono.

Bukan Sembarang Juri

Tiga juri hadir dalam Pagelaran Rampak Sekar Tingkat Keuskupan untuk menentukan siapa yang menjadi terfavorit kali ini. Tentu saja juri yang dipilih oleh panitia kali ini bukan sembaran juri, mereka sudah terbiasa menjadi juri dalam kegiatan aneka lomba paduan suara.

Juri pertama yaitu RP Onesius Otenieli Daeli OSC, Ph.D., yang adalah seorang rohaniwan dan dosen tetap di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Beliau berpengalaman menjadi juri dalam berbagai lomba paduan suara, antara lain Lomba Paduan Suara Jubilee 100 tahun CB di Indonesia, Pagelaran Paduan Suara 2023 dalam rangka Pesta Nama Paroki Santa Odilia Bandung, dan Pesparani tahun 2023 Jakarta. 

Dewan juri selanjutnya adalah Thomas Aquino Suhardjono, yang adalah pencipta Mars Keuskupan Bogor, lagu wajib dalam Rampak Sekar ini. Beliau pernah menjadi anggota komisi liturgi Keuskupan Bogor, menjadi penyusun komposisi atau aransemen lagu-lagu gereja, juga menjadi juri dalam berbagai lomba paduan suara, pemazmur, lektor, menjadi juri lomba cipta lagu Theme Song HUT 75 Keuskupan Bogor, serta menjadi salah satu anggota Paduan Suara Misa Penyambutan Paus Fransiskus di Jakarta nanti.

Juri ketiga adalah Fransiskus de Sales Onggo  Lukito, yang merupakan umat Paroki Santo Robertus Bellarminus, Cililitan, Keuskupan Agung Jakarta. Saat ini beliau menjadi Ketua Seksi Liturgi Paroki Cililitan, serta menjadi organis di Paroki tersebut. Beliau juga menjadi pencipta dan arranger kurang lebih 200 nyanyian gerejani.  Narasumber seminar dan pelatihan liturgi maupun musik liturgi di berbagai paroki di Keuskupan Agung Jakarta dan keuskupan lainnya, serta menjadi juri lomba cipta lag, lomba paduan suara, pemazmur, dan lektor di berbagai tingkatan termasuk Pesparani Provinsi Sumatera Selatan dan Pesparani Provinsi DKI Jakarta. Tidak hanya itu, beliau juga menerbitkan lebih dari 400 teks nyanian polifoni, gregorian, maupun nyanyian liturgi lainnya, dan 7 buku polifoni.

Siapa yang Terfavorit?

Setelah kesepuluh finalis tampil, sambil menunggu keputusan dewan juri, seluruh peserta termasuk para penonton, Bapak Uskup, dan para Pastor diajak untuk menyanyikan lagu Mars Keuskupan Bogor yang dipimpin oleh penciptanya, yaitu Bapak Thomas.

Sebelum memimpin, beliau menjelaskan makna dari setiap baris dalam syair lagu ‘Mars Keuskupan Bogor’.

Pada baris pertama dan kedua syair ‘Mars Keuskupan Bogor’ untuk mengenang Uskup Keuskupan Bogor yang pertama, yaitu Mgr. Nicolaus Johannes Cornelis Geise, karena beliau memiliki sesanti Laudate Montes Dominus  (Pujilah Tuhan, hai Gunung-gemunung). Baris ketiga dan keempat syair ‘Mars Keuskupan Bogor’ untuk mengenang Uskup Keuskupan Bogor kedua, yaitu Mgr. Ignatius Harsono, yang fokus pada pengembangan sumber daya, mulai dari tua hingga muda untuk berkarya dalam mewujudkan komunitas karya.

Sementara pada refrain baris pertama ‘Mars Keuskupan Bogor’ merupakan sesanti Mgr. Michael Cosmas Angkur, karena beliau menyelenggarakan Sinode Pertama dengan merumuskan visi-misi Keuskupan Bogor adalah communio dari komunitas basis yang ada.

Pada baris terakhir dalam syair ‘Mars Keuskupan Bogor’ merupakan sesanti Mgr. Paskalis Bruno Syukur, yaitu Magnificat Anima Mea Dominum,  yang mewujudkan gereja yang selalu berdoa, sehati dan sejiwa, untuk menghadirkan kerajaan Bapa.

Itu berarti menyanyikan ’Mars Keuskupan Bogor’ adalah mengenang Mgr. Geise dan Mgr. Harsono, bersama Mgr. Cosmas Angkur dan Mgr. Paskalis, bergandeng tangan dan bersyukur setiap saat.

Setelahnya kami berfoto bersama seluruh peserta yang ada di ruangan aula GBH,  yang diambil dari panggung dan dari balkon.

Selanjutnya hiburan diisi dengan penampilan dari Gregorian Choir, yang bernyanyi dengan suara indah hingga menggetarkan aula GBH. Lalu, penampilan Tarian Sunda dari Sekolah Grafika Mardi Yuana yang menari dengan kompak. Terakhir, penampilan dari Stelina Children Choir yang bernyanyi dengan apik sambil memainkan alat musik angklung dan pianika.

Evaluasi juri disampaikan oleh Bapak Thomas bahwa empat kelompok dari Keuskupan Bogor memuji Tuhan dengan berbagai kreativitas yang luar biasa.

Meskipun hanya Festival, bukan hanya sekadar memilih siapa yang menjadi favorit, namun ada empat kriteria yang dinilai, yaitu:

  • Kualitas suara, berdasarkan keharmonisan suara.
  • Kualitas iringan, apakah iringan cocok dengan lagunya.
  • Kualitas kebersamaan, kekompakan antara dirigen dengan empat suara.
  • Aransemen yang digunakan, apakah cocok dengan lagunya, lagu Mars, atau lagu liturgi.

Beberapa masukan, khususnya di bidang liturgi, Romo Otniel, bernyanyi itu sehat, karena orang sakit tidak bisa bernyanyi, maka bersyukurlah masih bisa bernyanyi karena masih sehat. Musik merupakan bahasa universal di mana pun bisa ditemui, meskipun berbeda selera, sehingga bisa dimanfaatkan untuk memuji Tuhan.

Ada beberapa kelompok yang perlu lagi meningkatkan interpretasi lagu, agar ke depannya membaca lebih dahulu teks barulah membaca notnya.

Berkaitan dengan musik liturgi, sebaiknya dilihat kembali apakah aransemen tersebut cukup pantas bila dinyanyikan dalam Ekaristi. Maka bila dinyanyikan dalam Ekaristi sebaiknya menghilangkan bunyi-bunyi yang menciptakan kegaduhan atau tertawaan umat sehingga menghilangkan kekhidmatan pujian terhadap Tuhan

Tetapi pada dasarnya kesepuluh finalis mempersembahkan penampilan yang terbaiknya pada masing-masing kelompok. Lagu liturgi kita bila dinyanyikan dan dipersiapkan dengan baik akan membawa sukacita. Melalui lagu kita bersaudara, melalui lagu kita berjalan bersama, aspek sinodalitas dari lagu liturgi.

Evaluasi dari Bapak Fransiskus, mengharapkan agar setiap peserta Rampak Sekar untuk tidak berhenti di sini, karena memiliki tugas untuk menyanyikan lagu baru, bukan berarti menyanyikan lagu baru, tetapi menjadi ‘orang baru’ dengan latihan terus-menerus, sehingga terwujud menyanyikan ‘lagu baru’ dengan hati baru.

Dari segi aransemen, meskipun dibebaskan, namun para arranger tidak perlu menambah-nambahi lagu yang sebenarnya sudah bagus, jadi ketika dinyanyikan dengan umat tidak menjadi lebih baik.

Para arranger pun sebaiknya ‘jangan seenaknya’ mengubah aransemen lagu, seandainya mengubah atau membuat tambahan baru, maka ditulislah siapa yang membuat aransemen tersebut, sehingga pertanggungjawabannya menjadi jelas.

Bila ada gerakan, sebaiknya hati-hati karena ini akan mengganggu tempo dan kualitas suara dalam bernyanyi, meskipun itu gerakan yang sederhana.

Evaluasi Pagelaran Rampak Sekar disampaikan oleh RD Marselinus Wisnu Wardhana, seluruh peserta Pagelaran Rampak Sekar mulai dari tingkat paroki sangat antusias menyambutnya, dan hampir 7.000 jumlah seluruh peserta. Pada tahun 2024 ini, Mars Keuskupan Bogor paling banyak dinyanyikan di paroki-paroki.

Dan inilah hasil penilaian dewan juri.

Dibacarakan oleh Romo Heru, Pemenang favorit 3, dengan total nilai 80,00, nomor urut 8, dari Wilayah Santo Antonius, Paroki Santo Fransiskus Asisi Sukasari Bogor.

Dibacakan oleh Romo Marsel, Pemenang favorit 2, dengan nilai 80,38, nomor urut 10, dari Wilayah Santo Antonius, Paroki Santo Matheus, Depok.

Dibacakan oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur, pemenang favorit 1, dengan nilai 80,46, nomor urut 6, Wilayah Santo Agustinus, Paroki Santo Paulus, Depok.

Bagaimana keseruan Pagelaran Rampak Sekar Tingkat Keuskupan ini? Mampir yuk, ke kanal Youtube Komisi Komsos Keuskupan Bogor. (Katharina Tatik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Enable Notifications OK No thanks