ROMA-Vatikan, 20 September 2014
Terima kasih dan menaruh harapan.
Selamat datang dan selamat menjalani Seminar. Semoga seminar ini menghasilkan buah berlimpah secara rohani dan pastoral bagi Anda sekalian.
Kalian telah menjawab dengan iman dan penuh kesediaan akan panggilan Tuhan yang telah memilih kalian sebagai Gembala-gembala dari kawanan dombaNya. Ingatlah, kalian tidak ditinggalkan sendirian dalam ketakutan akan menghadapi kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan dunia masa kini (Surat Apostolik kami, Evangelium Gaudium, 52-57), yang sungguh menantang misi perutusan sebagai uskup, tetapi kalian perlu menempatkan kepercayaan kalian pada Tuhan, dengan mengikuti teladan para rasul awali dan santo Petrus, yang berseru kepada Yesus: “Karena Engkau yang menyuruh, maka aku menebarkan jala ini” (Luk 5:5).
–Misi Dasariah Gereja: Mewartakan Injil–
Selama dua minggu ini, kalian memandang kehidupan dan pelayanan seorang Uskup dari berbagai dimensi, yang selaras dengan misi dasariah Gereja: Mewartakan Injil.
Sebagaimana saya tekankan dalam Wejangan Pastoral Evangelii Gaudium (The Joy of the Gospel), disadari bahwa sekarang amat perlu suatu pertobatan misioner (pertobatan untuk suatu perutusan) (Evangelii Gaudium, 19-49). Maksudnya, suatu pertobatan yang mesti terjadi dalam diri setiap orang yang dibaptis dan setiap paroki, tetapi tentu saja pertama-tama para Gembala yang dipanggil untuk menghidupi dan memberi kesaksian sebagai pemimpin Gereja partikular. Karena itu, saya mendorong kalian untuk menata hidup kalian dan pelayanan sebagai uskup menjadi suatu transformasi misioner (transformazione missionaria) yang menarik dan mendorong Umat Allah untuk ikut serta dalam transformasi misioner itu.
Inti dari pertobatan untuk suatu perutusan ini (transformasi misioner ini) ialah melayani kemanusiaan, dengan meniru teladan Yesus yang mencuci kaki para rasulnya. Gereja sebagai komunitas (persekutuan) yang menginjili dan diinjili, dipanggil untuk bertumbuh dalam semangat persaudaraan, mempersatukan yang berjauhan, merendahkan diri sampai dihina jika perlu dan mempertahankan kehidupan lebih manusiawi, dengan menyentuh manusia Kristus yang menderita dalam kehidupan umat manusia (Surat Apostolik, Evangelii gaudium, 24).
Dalam perspektif ini, Konsili Vatikan II, ketika berbicara tentang kewajiban seorang Uskup sebagai pemimpin Keluarga umat Allah, menggarisbawahi bahwa Uskup-uskup dalam pelaksanaan pelayanan mereka sebagai bapa dan gembala di tengah umat mereka mesti bertingkahlaku sebagai “orang yang melayani”, dengan selalu mengikuti teladan Gembala yang baik, yang datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberi kehidupan mereka bagi semua orang (Wejangan Apostolik sesudah sinode, Pastores gregis, 16 Oktober 2003, hal. 42).
–Wajah para gembala yang dibutuhkan Gereja masa kini–
Gereja membutuhkan para Gembala, yakni pelayan-pelayan, para Uskup yang tahu menundukkan diri dihadapan orang lain agar mencuci kaki mereka. Para gembala yang dekat dengan umatnya, bertindak sebagai seorang bapa dan saudara yang lemah lembut, bersabar dan penuh belaskasih; yang mencintai kemiskinan, sebagai kebebasan untuk mengasihi Allah baik melalui kesederhanaan dan keugaharian hidup sehari-hari.Kalian dipanggil untuk membangunkan tanpa henti kawanan domba yang dipercayakan kepada kalian, untuk menjaganya agar mereka tetap bersatu dan percaya pada Injil dan Gereja.
Kuatkan dan doronglah Gereja Keuskupanmu dengan dorongan misioner yang autentik, agar mereka bertumbuh selalu dengan tambahan anggota-anggota baru, sebagai pengaruh dari kesaksian hidup kalian yang baik dan berkat pelayananmu sebagai Uskup dengan semangat melayani Umat Allah. Hendaklah kalian berada dekat dengan para imam kalian, memelihara dan mengembangkanlah kehidupan religius dan mengasihi orang-orang miskin.
–Gereja yang menderita–
Sementara saya berbicara dengan kalian saat ini, saya teringat pula akan para saudara rekan Uskup yang karena berbagai alasan mereka tidak dapat hadir disini bersama kita. Kepada mereka semua, saya menyampaikan salam persaudaraan dan berkatku. Sebagai contoh, adalah para Uskup dari Cina yang ditahbiskan dalam tahun-tahun terakhir ini semestinya hadir. Saya berharap semoga keadaan ini akan tiba saat berakhirnya. Tetapi saya ingin memberi kepastian kepada mereka selain solidaritas kita, tetapi juga kesatuan Uskup sedunia dengan mereka, agar dalam kesatuan iman, mereka merasakan kesatuan dengan Gereja Universal, pun tatkala mereka merasakan kesendirian, penderitaan demi kebaikan umat beriman mereka, masyarakat dan seluruh Gereja.
–Sinode tentang Keluarga–
Saudara-saudariku! Kita sedang berada dalam perjalanan sinode tentang Keluarga. Saya mempercayakan doa-doa kalian untuk pertemuan Sinode tentang Keluarga ini. Tetapi selain itu, saya hendak menegaskan bahwa keluarga adalah dasar bagi suatu karya penginjilian-perutusan, melalui tugas setiap keluarga untuk mendidik dan partisipasi aktif mereka dalam kehidupan komunitas parokial.
Kami mengajak anda sekalian untuk memajukan pastoral keluarga, agar keluarga-keluarga yang didampingi dan dibina dapat memberikan suatu sumbangan yang lebih baik bagi kehidupan Gereja dan masyarakat.
Semoga Bunda Maria, Bintang Kejora Penginjilan, menemani kalian dengan kelemah-lembutan keibuannya. Berkat Tuhan turun keatas kalian dan keuskupan kalian!
————————————————————————————————–
Beberapa bahan tawaran untuk diskusi bersama atau refleksi pribadi
1. Menyongsong Sinode tentang Keluarga: 5 Oktober- 19 Oktober:
– Apa yang anda pikirkan agar tema Sinode ini bergema dalam kehidupan paroki ? Keuskupan?
– Paus meminta agar kita menggunakan doa kepada Keluarga Kudus: apakah doa ini bisa digunakan sebagai doa sesudah komuni.
2. Wajah para gembala yang diharapakan demi menerapkan eklesiologi yang menyapa, yang berbelaskasih, bersaudara.
3. Pertobatan misioner dikaitkan dengan visi-misi Keuskupan Bogor:
-
Visi: “Keuskupan Bogor menjadi “communio” dari aneka komunitas basis yang beriman mendalam, solider dan dialogal, memasyarakat dan misioner.
-
Misi: “Keuskupan Bogor menghadirkan Kerajaan Allah, dengan mengabdikan diri secara aktif dalam meningkatkan keimanan dan martabat manusia melalui pemberdayaan semua potensi”.
4. Transformasi misioner: tugas Mewartakan Injil: Evangelisasi.
5. Hubungan yang menyuburkan kesaksian injili antara Uskup dan para imam; Uskup-Imam dan umat Allah.
Ketika banyak rakyat di berbagai negara/pemerintahan merasa kesepian ditinggalkan pemimpinnya ,seakan menjadi hilang kesabaran(dan ingin mengumpat) terhadap pemimpinnya, di saat demikian kehadiran Gembala dari Tahta Suci Vatikan Bapa Sri Paus melalui Para Hamba Suci Bapa Uskup senantiasa ,membangkitkan harapan baru , Tuhan hadir meringankan tiap langkahku.Puji Tuhan ,Haleluyuia.