SAGKI 2015 : Keluarga Katolik Sukacita Injil

sagki3Keuskupan – Komsos : Sidang Agung Gereja Katolik 2015 Hari ini dimulai. Bertempat di Via Renata Cimacan – Bogor, kegiatan yang diikuti delegasi dari seluruh keuskupan di Indonesia tanggal 2 – 6 November 2015 ini mengambil tema “Keluarga Katolik Sukacita Injil”. Lebih dari 500 peserta termasuk para uskup sudah mulai berdatangan sejak pagi hari.

Pada pukul 16.00, kegiatan dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Ignatius Suharyo. Bacaan Injil hari ini mengambil peristiwa Kidung Maria. Mgr. Suharyo mengungkapkan mengapa bukan liturgi peringatan Arwah Semua Orang Beriman? Bagi beliau, dalam iman semua bisa dikaitkan. Dengan merayakan hari arwah orang beriman, kita percaya adanya kebangkitan, adanya kehidupan setelah kematian, yang artinya percaya kerahiman dan kemurahan yang tiada batasnya. Kasih itulah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa keluarga merupakan tempat utama mengalami kerahiman Tuhan. Dari sanalah berawal pewartaan dan kesaksian kemurahan hati Allah.
Mengapa bacaan ini yang dipilih? Mgr. Suharyo mengungkapkan bahwa pertemuan Gabriel dan Maria membuahkan dialog. Saat Malaikat pergi, maka Maria bergulat dalam pikirannya sendiri. Ia memerlukan tempat untuk berbagi cerita, maka pergilah ia ke rumah Elisabeth sehingga terjadilah Kidung Maria itu. Maria harus merumuskan sendiri arti panggilannya dan Elisabeth juga mengalami keanehan kehamilan, sehingga peristiwa ini menjadi saat yang tepat untuk saling meneguhkan. Mereka adalah keluarga. Maka melalui inspirasi ini, keluargalah tempat peneguhan dan perjumpaan rencana Tuhan. Tepatlah jika ada ungkapan “Ecclesia Domestica”, karena isinya adalah keluarga besar, yaitu keluarga inti dan orang-orang terdekatnya. Gereja Rumah Tangga adalah tempat semua anggota keluarga bersama merayakan Ekaristi, tempat awal misi dan tugas perutusan untuk pelayanan pada sesama dimulai. Untuk mendukung hal ini, maka komunitas basis atau lingkungan harus dikuatkan karena ini merupakan tempat kiprah keluarga.

Dalam Acara sambutan, Pastor Heribertus Hartono menyampaikan bahwa ini adalah SAGKI ke IV. Tema yang diambil masih menyambung dengan SAGKI sebelumnya. Harapannya melalui perjumpaan ini, kita bisa bergerak bersama untuk mewartakan keindahan keluarga dan menjadi terang dan harapan bagi sesama. Benang merah dengan pertemuan sebelumnya adalah: SAGKI sekarang ini akan mendukung tema sebelumnya sehingga makin mantap manakala keluarga yang menjadi basis sukacita Injili bisa mewarnai masyarakatnya.

Mgr. Ign. Suharyo dalam kesempatan sambutannya mengucapkan terimakasih atas kedatangan Menteri Agama yang mewakili pemerintah dan Duta Besar Vatikan. Sehubungan dengan tema SAGKI 2015, beliau mengungkapkan bahwa Gereja Indonesia harus sehati dan seperasaan dengan Gereja Katolik Dunia (Sentire Cum Ecclesia). Paus memiliki perhatian yang besar tentang peran keluarga bagi kehidupan kemanusiaan di masa depan. Keluarga adalah sel masyarakat. Sehat tidaknya masyarakat tergantung keluarga-keluarga di dalamnya. Keluarga adalah sekolah kemanusiaan yang utama dan pertama. Anggota keluarga harus berkembang menjadi pribadi yang utuh, matang, dan berwatak mulia. Mengapa pribadi, bukan perorangan? Pribadi dalam bahasa latin ‘persona’ per/para artinya lewat, ‘sonus’ artinya suara atau sang sabda. Pribadi adalah mereka yang menggemakan sabda Allah. Kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup, sehingga dasarnya adalah saling percaya. Beliau lebih lanjut juga mengungkapkan dengan segala kerendahan hati dan semangat Injili, semoga SAGKI 2015 menjadi inspirasi bagi kreativitas pelayanan Pastoral, Perkawinan, dan keluarga dalam menyongsong masa depan gereja. “Terimakasih Kepada panitia, karena mereka mengerjakan pekerjaan Tuhan”.

sagki 7Setelah sambutan dari Mgr. Ignatius Suharyo, dilanjutkan sambutan dari Nuncio. Beliau mengungkapkan semoga SAGKI ini menghasilkan buah yang berlimpah bagi seluruh bangsa. Sasaran SAGKI ini tidak hanya keluarga katolik, tetapi juga keluarga umat yang lain juga. Gereja adalah keluarga Allah dengan basisnya keluarga-keluarga di dalamnya. Kedua saling berkaitan; manakala yang satu berkembang, yang lain akan mengikutinya. Keluarga menjadi sekolah kehidupan Kristiani dan kehidupan manusiawi. Orang tua menjadi pewarta iman. Mereka harus memenuhi panggilannyaseperti yang diucapkan saat janji perkawinan. Keluarga menjadi sel masyarakat, sehinggga kita harus selalu membangun dan membuat semua anggota keluarga merasa dekat akan kasih Allah. Sesungguhnya Konsili Vatican II mengajak untuk memahami misteri gereja; menekankan kepedulian pada sesama, menguatkan relasi, dialog dan saling memahami. Ketulusan dan kedalaman hidup berkeluarga harus ditingkatkan. Keluarga harus berani melawan ketidak-adilan sosial. Kita harus menghindari semangat menjauhkan diri dari nilai-nilai yang tidak kekeluargaan di dalam gereja. Gerak keseluruhannya harus mengarah pada Yesus sebagai kepala Gereja, Maria sebagai figur sentral gereja dan santo Yusuf sebagai penopang utama berkeluarga.

sagki2Sambutan terakhir diberikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Bapak Lukman Hakim Saifudin. Beliau mengawali dengan cerita bahwa sebelum berangkat, masih mengikuti rapat kabinet RI. Sehingga beliau meminta ijin kepada Bapak Jokowi untuk meninggalkan rapat. Tanpa diduga jawaban Bapak Presiden adalah; “Silahkan layani umat, layani umat!”. Selanjutnya Bapak Lukman mengungkapkan syukur atas kegiatan ini dimana temanya menyoroti keberadaan keluarga. “Sungguh mulia dan inilah tantangan masa depan”. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa keluarga adalah sekolah utama dan pertama. Kita lahir dari ibu . lewat dialah pengetahuan dan nilai kehidupan itu diajarkan. Keluarga yang mengajari mana yang baik , mana yang pantas dan mana yang tidak etis. Tantangannya dalam era revolusi komunikasi ini, apakah keluarga masih bisa diandalkan sebagai rujukan, sementara akses ke pusat-pusat layanan informasi begitu mudahnya digapai. Hakekat agama memanusiakan manusia. Keberagaman adalah berkat dan sisi positif dalam kehidupan. Namun masih ada saja yang melihat perbedaan sebagai masalah yang akhirnya berujung perang. Oleh karena itu, keluarga menjadi strategis perannya, sehingga orang tua harus mampu menerangkan substansi agama. Beliau melihat bahwa umat katolik sangat berpengalaman menjaga keutuhan keluarga, khususnya dalam mempersiapkan calon pasutri menuju hidup berkeluarga. Dengan Kursus Persiapan Perkawinan yang diadakan gereja katolik, hal ini menjadi inspirasi yang membuat kita harus menyiapkan lembaga perkawinan dengan lebih serius lagi. Bangsa kita adalah bangsa yang majemuk dan plural. Nilai agama sudah teruji ratusan tahun kebenarannya, maka marilah kita berkontribusi merangkai dan merajut keragaman supaya keutuhan bangsa ini terjawab. Semoga SAGKI ini bisa memberi rekomendasi tidak hanya untuk umat katolik, namun juga bagi Bangsa Indonesia.

Setelah pembukaan pertemuan SAGKI, esok hari para peserta akan bersama mengupas tuntas tema keluarga. Semoga seluruh harapan yang diungkapkan dalam sambutan-sambutan mampu diwujudkan. (Taru Guritna – RD. Yustinus Joned)

2 thoughts on “SAGKI 2015 : Keluarga Katolik Sukacita Injil

  1. frans widiyanto says:

    Proficiat…… semoga semua keluarga katolik menjadi tanda suka cita kehadiran Tuhan dlm setiap perjumpaan.

  2. Trikusumapr says:

    Selamat siang,

    Saya minta ijin mengcopy (mencantumkan dan membagikan) tulisan ini (oleh-oleh SAGKI) untuk dimuat dalam website paroki. Saya tetap mencantumkan sumber dan link website Keuskupan Bogor.

    Terimakasih,
    salam hangat,

    trikusumapr

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!