Keuskupan – Komsos : Hari ini SAGKI 2015 memasuki hari kedua. Pukul 06.15, kegiatan diawali dengan doa pagi dan kemudian kegiatan dilanjutkan dengan diskusi keluarga dengan pembicara Romo Aristanto, MSF – Direktur Family Centre MSF dan sebagai moderator adalah RD. Edy Purwanto. Dalam ‘sharing’ keluarga, dihadirkan 3 pasangan suami-istri. Pasangan pertama berasal dari Makassar, yaitu Bapak Vincent dan Ibu Vonny. Mereka membagikan pengalaman ketika sempat menjalani hidup berkeluarga dengan jarak terpisah karena pekerjaan. Sebagai kepala keluarga, Bapak Vincent pernah mengalami kegagalan dalam usaha. Tetapi kegagalan yang ia alami terhapuskan berkat dukungan seluruh anggota keluarga. Sebagai keluarga, mereka mengambil kutipan dari Yesaya 43:1-4 dan Matius 7:7. Kutipan Kitab Suci itulah yang mampu meneguhkan perjalanan hidup mereka sebagai keluarga.
‘Sharing’ dilanjutkan pasangan kedua, yaitu Pasutri Frans Saragih dan Nurti Manurung. Mereka mempunyai 4 orang anak dan dua dari mereka menjadi Imam hingga sekarang. Pasutri ini berprofesi sebagai guru. Mereka merasakan bahwa hidup di dalam keluarga meskipun tinggal di dalam gubug bambu nan mungil, namun mereka selalu merasakan keramaian, melebihi keramaian metropolitan. Mereka selalu membiasakan untuk makan bersama di dalam keluarga. Ibu Nurti selalu memberikan perhatian yang sama bagi anak-anaknya, bahkan dalam berpakaian, sengaja dijahitkan pakaian yang sama, juga untuk sandal jepit dan model cukur rambut. Untuk kedua anaknya yang menjadi Imam, beliau selalu menyerahkan mereka dalam bimbingan Roh Kudus dan penyelenggaraan Tuhan. “Kuterima anakku dariMu dan kuserahkan kembali kepadaMu ya Tuhan”, itulah sepenggal kalimat yang beliau ucapkan kepada Tuhan. Selain itu mereka juga menceritakan bahwa sebenarnya masih ada 1 lagi anaknya yang menjadi imam, tetapi sudah mengundurkan diri. Awalnya sangat sulit menerima kenyataan ini, namun berkat dukungan dari semua pihak, mereka mampu melewatkan peristiwa tersebut.
Pasutri ketiga yang membagikan pengalaman hidupnya adalah Bapak Hugo dan Ibu Merlinda. Awalnya mereka menceritakan pengalaman saat bertugas sebagai dokter di pedalaman. Bagaimana mereka juga mengalami tinggal di dalam masyarakat mayoritas muslim, dengan hanya ada dua keluarga katolik. Dr. Hugo mendapatkan pengalaman berharga tinggal bersama kemiskinan. Bersama istrinya, mereka berusaha memberikan yang terbaik dalam pelayanan medis kepada masyarakat. Meskipun profesi dokter selalu erat hubungannya dengan hidup kecukupan, namun dr. Hugo mengalami bagaimana sulitnya ia bersama istrinya menjalani hari-hari. Mereka hanya mempunyai 1 buah sepeda motor butut yang dibeli dengan harga 400 ribu rupiah. “Saya tetap tulus melayani mereka tanpa pamrih”, itulah yang disampaikan dr. Hugo jika dihadapkan pada kenyataan pelayanan medis tanpa bayaran. Pengalaman hidup paling luar biasa mereka rasakan saat dr. Hugo mengalami sakit pendarahan otak dan Ibu Merlinda mengidap penyakit kanker. Jika sampai pada hari ini mereka masih merasakan nafas kehidupan, itu adalah karena kasih karunia dari Tuhan.
‘Sharing’ ketiga Pasutri memberikan inspirasi luar biasa bagi hidup berkeluarga di jaman modern ini. Romo Edy kemudian memaparkan rangkuman hasil ‘sharing’ ketiga pasangan. Sukacita keluarga dapat ditemukan dalam hidup berkeluarga, meskipun mengadapi hidup yang sulit. Kekuatan iman bahwa Tuhan selalu menyertai terlihat dari kuatnya kepercayaan akan apa yang dituliskan dalam Matius 7:10. Setiap keluarga mempunyai buah-buah sukacita yang tidak sama dengan keluarga yang lain. Beliau melihat dan mengungkapkan buah-buah yang telah diterima oleh ketiga pasutri. Setelah pemaparan dari Romo Edy, dilanjutkan dengan pemaparan dari Romo Aristanto mengenai Sukacita. Beliau mengungkapkan bahwa Sukacita adalah perasaan positif. Muncul dari dalam hati dan tidak cepat berubah. Ada tiga sukacita: a. Sukacita karena tindakan positif, perjumpaan dengan Tuhan, b. Sukacita dibebaskan dari perasaan negative, cemasm hampa, gelisah, dll, c. Sukacita itu selalu berkembang, semisal pasutri yang makin lama usia perkawinannya selalu mengakui penuh sukacita dalam hidupnya. Beliau juga mengungkapkan 4 sumber sukacita, dan kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Para peserta SAGKI dibagi dalam 17 kelompok dengan pertanyaan: Apa saja bentuk sukacita keluarga yang dialami/dirasakan/dilihat dari dimensi spiritual, relasi, dan sosial? Dan bagaimana keluarga mengembangkan sukacita?
Setelah acara diskusi dan pleno, kegiatan dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Agustinus Agus. Dalam homilinya, beliau mengajak untuk meneladani sikap Maria dan Yusuf. Bahwa Tuhan akan selalu setia pada janjinya. Kegiatan bersama hari ini diakhiri dengan peluncuran Film 7 Sakramen pada pukul 20.00. Satu kalimat yang terngiang dari pengalaman hari ini adalah: “dalam ketidakberdayaan, Tuhan adalah andalan kita”
(Taru Guritna – RD. Yustinus Joned)