Senin, 22 Agustus 2016 bertempat di Grha Oikoumene, Jakarta diselenggarakan Seminar : Radikalisme dan Terorisme di Indonesia. Penyelenggara kegiatan ini adalah Forum Umat Kristiani Indonesia (FUKRI). Kegiatan dimulai pukul 09.30 dengan doa pembuka, sambutan Ketua PGI, dan pengantar dari Romo Guido Suprapto (Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI) sebagai moderator seminar.
Seminar ini menghadirkan narasumber Bapak Solahudin, Peneliti dari pusat kajian terorisme dan konflik sosial Universitas Indonesia. Beliau memaparkan tentang Ideologi ISIS dan Deradikalisasi. Ada pergeseran model Terorisme dari ‘far enemy’ (musuh yang jauh/Amerika) adanya bom di Bali, dibawa kepada ‘near enemy’: dimana mewakili instansi pemerintah Indonesia sebagai pemerintah yang murtad yaitu polisi. Polisi menjadi sasaran karena banyak tersangka teroris yang ditangkap dengan ditembak mati. “Serang polisi dimanapun dan kapanpun”, inilah yang menjadi dasar teror yang dilakukan oleh teroris kepada polisi. Fenomena tahun 2016 dimana terdapat teror bom di Tamrin, menjadikan ‘near’ dan ‘far enemy’ sebagai perkembangan baru model terorisme. Sumber dana teroris sejak tahun 2010 – 2015 lebih banyak dari aksi perampokan. Tahun 2016 mengalami perubahan dimana ada sumber dana yang masuk dari luar (Syria). ISIS membiayai adanya teror di Indonesia. Gagasan teroris sangat ‘wuah’, tetapi hari-hari ini kualitas serangan teror di Indonesia masih sangat lemah berbeda dengan peristiwa Bom Bali dengan banyak korban. Secara kapasitas, teroris di Indonesia masih lemah, meskipun gagasannya besar.
Setelah pemaparan dari narasumber, acara dilanjutkan dengan tanya jawab. Antusiasme peserta untuk bertanya membuat Romo Prapto membatasi pada 5 penanya. Dalam kesempatan tanya jawab, Bapak Solahudin juga menyampaikan: “Kita harus tahu akar masalahnya terorisme Indonesia sebelum mengobatinya”.
Setelah rehat, acara dilanjutkan dengan sesi selanjutnya dari POLRI dengan moderator Romo Edy Purwanto (Sekretaris Eksekutif KWI). Bapak Kapolri yang diharapkan menjadi pembicara, pada kesempatan ini mengutus perwakilannya karena berhalangan. Bapak Joko Mulyono yang mewakili memaparkan sisi historis dari terorisme dan radikalisme. Diakhir presentasinya, beliau mengajak supaya anak-anak muda harus diberikan bekal yang kuat tentang pancasila. Bapak Joko dalam sesi tanya jawab memberikan banyak tambahan wawasan mengenai pergerakan teroris dan upaya-upaya POLRI mengantisipasi pergerakan mereka dimasa-masa mendatang. Diakhir sesi, Romo Edy menyampaikan sedikit benang merah dari narasumber yang hari ini memaparkan materi.
Setelah penyerahan cinderamata untuk pembicara dan moderator, acara dilanjutkan dengan doa dan makan siang bersama pukul 12.56 WIB sebagai penutup kegiatan seminar.(RD. Joned)