Bogor-Keuskupan : Gereja Santo Ignatius Loyola Semplak Siang itu (9/10), tidak seperti biasanya, suasana terasa berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya. Umat yang biasanya langsung meninggalkan gereja usai mengikuti misa terlihat tetap bertahan di pelataran gereja. Seperti dikomandoi mereka berkelompok dalam kelompok-kelompok kecil di seputaran pelataran gereja. Suasana semakin ramai menjelang siang tak kala beberapa umat berseliweran dipelataran gereja dengan membawa peralatan memasak. Ada yang membawa kompor, gas, piring, gelas berbagai ukuran, ada yang mondar-mandir membawa umbi-umbian. Pelataran gereja disulap menjadi arena perlombaan. Ternyata siang itu diadakan perlombaan memasak makanan tradisional sebagai bentuk partisipasi umat dalam memperingati Hari Pangan Sedunia tahun 2016 yang diselenggarakan seksi PSE dan Seksi Keluarga Paroki Iglos tersebut.
Keriuhan umat berlanjut saat panitia mulai mengatur meja – meja yang akan dipergunakan 7 kelompok peserta dari lingkungan dan 2 kelompok kategorial. Masing-masing peserta diwakili 4 juru masak. Bahkan sempat terdengar beberapa kali panitia diprotes peserta karena kurang antisipasi akibat minim komunikasi. Jalannya lomba siang itu dipandu oleh Bapak Adolf Parhusip dan Kang Dinar, lomba masak siang itu diawali bersama dan dilanjutkan dengan mengolah berbagai jenis masakan sehat tradisional.
Sebelumnya para peserta harus terlebih dahulu mendaftar ulang untuk mendapatkan nomor peserta juga nomor meja. Kemudian para peserta dibrefing terlebih dahulu sebelum perlombaan dimulai, dipimpin oleh MC Pak Adolf dan Kang Dinar yang berpakaian tradisional sesuai dengan tema acara lomba saat itu. Tepat pukul 10.30, perlomban dimulai. Para peserta berlarian menuju mejanya masing-masing. Mereka terlihat begitu antusias mengikuti perlombaan dan menunjukan kebolehan mereka memasak dalam tim kerja lomba masak. Panitia memberi waktu untuk memasak selama 1 jam 15 menit dengan 15 menit untuk menyajikan hasil masakan.
Aroma sedap dan harum masakan seperti menghipnotis umat yang menyaksikan perlombaan. Untuk mencairkan suasana lomba, panitia menghibur peserta dengan tari-tarian tradisonal ja’i dan gemufamire. Dipandu Roni dan Dominik umat larut dalam dua tarian masal asal Flores tersebut.
Agnes Pinky Ketua PSE yang hadir dalam acara tersebut menyatakan bahwa Berbagai bahan pangan local non beras, non daging dan non tepung adalah makanan sehat yang harus bisa diolah oleh para peserta menjadi menu makan siang dan minuman yang tidak hanya enak tetapi juga harus sehat dan murah. “ Lomba ini bertujuan untuk menyadarkan kita akan bahan pangan lokal kita yang kaya. Ada begitu banyak jenis umbi-umbian yang bisa kita olah menjadi sumber karbohidrat pengganti nasi, dan tentunya tidak kalah enak dan sehat. Dan juga berbagai jenis sayuran yang juga dapat diolah menjadi masakan yang enak tetapi tidak menghilangkan sumber vitamin yang terdapat didalamnya. Begitu juga buah-buahan yang diolah menjadi minuman yang menyegarkan di cuaca yang lumayan panas saat itu dan yang pastinya juga menyehatkan,” ungkap ibu Agnes.
Ibu Prof. Dr. Ir. Fransiska Rungkat Zakaria, MSc Juri pad perlombaan tersebut mengatakan,” Ibu-ibunya kreatif, ada macam-macam jenis ubi…bagus-bagus, ini lomba yang sangat bagus”, hal ini disetujui oleh kedua juri lainnya yaitu Prof.Dr. Clara M. Kusharto, MSc dan Indri Indrawan. Hal ini dibuktikan dengan berbagai macam masakan yang tersedia di atas meja masing-masing peserta dan terlihat sangat cantik.
Setelah menghabiskan waktu sekitar 30 menit untuk penjurian, umat yang masih setia mengikuti jalannya lomba dipersilahkan untuk ikut mencicipi masakan para peserta lomba, dan hanya dalam hitungan menit, semua masakan habis ludes. Dan hanya ada satu komentar yakni Enak……
Dan akhirnya tibalah pengumuman pemenang dan pemberian hadiah, dimana pemenang lomba akan mengikuti perlombaan masak antar paroki di katedral bogor. Hasil yang diperoleh adalah juara I dari Lingkungan St. Christophorus, juara II dari Lingkungan St. Lucia dan juara III dari Lingkungan St. Rafael. “dalam lomba ini tidak ada yang menang atau kalah, semuanya enak, nilainya juga beda tipis banget”, kata Ibu Fransiska sebelum menyerahkan hasil penjurian kepada MC. Ibu Yeni Puspita, ketua lingkungan St. Christophorus mengatakan, “saya tidak menyangka akan menang, team hanya berusaha melakukan yang terbaik dan juga tidak lupa berdoa sebelum melakukan segala sesuatu, seperti tadi doa dulu baru masak”.
Agnes Pinky, ketua Seksi PSE sebagai penyelenggara lomba ini mengatakan, “ Saya puas dengan acara lomba ini, dapat terselenggara dengan baik dan lancar, walaupun di awal-awal agak sedikit kacau Karena peserta lomba sangat bersemangat dan panitia belum siap semua, dikarenakan semuanya baru disiapkan setelah selesai misa mengingat tempat yang digunakan untuk lomba juga adalah tempat misa. Ini sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya bisa lebih baik lagi.”
Akhirnya selamat untuk lingkungan St. Christophorus yang akan mewakili Paroki St. Ignatius Loyola Semplak Bogor untuk mengikuti lomba masak pada hari Sabtu, 15 Oktober 2016, di Aula Puspas Katedral Bogor. Dan juga terima kasih untuk partisipasi lingkungan dan kategorial yang mengikuti lomba ini. (Ari da Rato)