UNIO–Keuskupan: SELASA dan Rabu, 30-31 Januari 2018, tampak pemandangan yang tidak biasa di ujung wilayah pastoral Keuskupan Bogor. Di Hotel Karang Sari, Pelabuhan Ratu, para Imam Diosesan Keuskupan Bogor berkumpul untuk mengikuti acara UNIO. Pertemuan persaudaraan para imam diosesan atau yang umum disebut dengan UNIO merupakan salah satu agenda rutin yang menjadi sarana membangun persaudaraan, saling berbagi pengalaman dan informasi bagi para imam.
Pada kesempatan pertemuan kali ini, pengurus UNIO Keuskupan Bogor mengundang Ketua Komisi PSE (Pemberdayaan Sosial Ekonomi) Keuskupan Bogor untuk menjadi pembicara utama. RD. Yohanes Maria Ridwan Amo (ketua komisi PSE Keuskupan Bogor) kemudian menyampaikan materi APP (Aksi Puasa Pembangunan) Keuskupan Bogor tahun 2018. Pada tahun 2018 ini, tema utama dari APP Keuskupan Bogor ialah “Mengimplementasikan Kesetiakawanan Sosial Demi Menyelamatkan Air Sumber Kehidupan”.
Air merupakan sesuatu yang mendasar dan sangat penting dalam hidup manusia. Bahkan tubuh manusia tersusun dari 55%-56 % air. Banyak kajian yang telah menunjukkan keterikatan hidup manusia dengan elemen air. Di sisi lain, dari sudut pandang Kitab Suci, tema air juga sering muncul dalam Kitab Suci. Bahkan, pembuka dan penutup dari Kitab Suci ialah kisah mengenai air. Akan tetapi, di masa kini krisis air telah menjadi isu dunia. Jutaan orang di seluruh dunia masih kesulitan mendapatkan akses ke air bersih, dan sumber-sumber air yang sudah ada sejak zaman dahulu kala pun semakin tercemar. Maka, melalui APP kali ini, Keuskupan Bogor ingin mengundang umat beriman untuk memberi perhatian pada air sebagai saudari yang harus diselamatkan. Ajakan perubahan ini didasarkan pada Sakramen Baptis yang telah diterima. Peristiwa Baptis menunjukkan simbol air yang menyelamatkan manusia. Dengan peristiwa Baptis itu pula, seseorang telah diubah dan diangkat menjadi Anak-Anak Allah. Oleh karena itu, di tengah krisis air yang dihadapi bersama, umat Katolik Keuskupan Bogor diharapkan dapat hadir menjadi pribadi yang menyelamatkan air. Secara singkat, pemahaman ini dapat dirumuskan menjadi “pribadi yang diselamatkan hadir menjadi pribadi yang menyelamatkan”.
Selain membahas mengenai APP, pertemuan UNIO Keuskupan Bogor kali ini pun memiliki agenda perpisahan. Perpisahan ini namun perlu dilihat dalam konteks perutusan. Pada waktu yang sama, RD. Bonifasius Heribertus Beke dan RD. Yohanes Driyanto untuk sementara waktu tidak akan tampak di wilayah pastoral Keuskupan Bogor. Hal ini dikarenakan RD. Boni akan diutus untuk menjadi misionaris domestik di Keuskupan Tanjung Selor. Sedangkan RD. Driyanto sendiri diutus untuk mengikuti kursus di Roma. Akhirnya, acara UNIO ini ditutup dengan doa serta dukungan bagi para imam yang akan menerima perutusan ini. (RDJU/FrDion)