Bogor, Keuskupan – Di tengah maraknya aplikasi permainan elektronik berbasis kemajuan teknologi yang membuat orang-orang kecanduan gadget dan miskin interaksi sosial personal komunal, kehadiran ruang terbuka publik khususnya arena bermain menjadi semacam oase yang menyejukkan. Taman Seminari St. Vincentius, yang berlokasi di Kapel Santo Vincentius, Jl.Gunung Putri Utama II, Gunung Putri, Bogor hadir menjadi sebuah arena bermain anak untuk menciptakan manusia yang berinteraksi dan bersosialisasi secara nyata. Bukan sekedar bermain, tetapi kehadiran taman ini ini juga mendorong anak-anak untuk tumbuh dalam semangat iman yang sejati.
Taman yang diresmikan oleh uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur pada kamis, 2 Juli 2018 ini merupakan yang pertama hadir di Keuskupan Bogor. Peresmian taman ini diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dirayakan bersama segenap umat dan tiga imam sebagai konselebran (RD. Agustinus Suyatno (Pastor Paroki Keluarga Kudus Cibinong), RD. Alfons Sombolinggi (Pastor Vikaris Paroki Keluarga Kudus Cibinong) dan RD. Markus Lukas (Pastor Deken Dekenat Bogor Tengah).
Dalam homilinya, Mgr. Paskalis menyinggung soal taman dalam Kitab Suci. Dua taman yang sangat familiar dalam alkitab adalah Taman Firdaus dan Taman Getsemani. “Ada dua taman terkenal dalam Kitab Suci, yakni Taman Firdaus dan Taman Getsemani. Tapi hari ini, tambah satu lagi yaitu, Taman Seminari St. Vincentius, Gunung Putri,” tutur Mgr. Paskalis, yang disambut dengan tepuk tangan sambil tertawa dari ratusan umat stasi yang hadir dalam misa pembukaan hari itu. Secara biblis, lanjut Mgr. Paskalis, kedua taman itu, memiliki makna simbolis. Taman Firdaus, lanjutnya, mengandung makna kehidupan abadi, di mana manusia hidup bahagia bersama Allah dengan penuh sukacita dan kekal. Sementara Taman Getsemani, sambungnya, adalah tempat di mana Yesus biasa datang untuk berdoa kepada Bapa-Nya, baik sendiri maupun bersama para murid-Nya.
Dalam konteks itu, lanjut Mgr. Paskalis, Taman Seminari St. Vincentius diharapkan bisa menjadi tempat di mana anak-anak di Stasi St. Vincentius Gunung Puteri ini bisa diajar untuk untuk berdoa, belajar untuk mencintai sesama dan belajar untuk mencintai dan menghormati orang tua mereka. “Supaya mereka bisa berdoa, mereka harus diajar untuk berdoa, supaya mereka bisa mencintai dan menghormati orang lain dan orang tua, mereka harus diajar. Dan taman ini adalah tempat untuk mengajarkan hal itu,” tandas Uskup yang dikenal sangat konsen pada pengembangan sumber daya manusia di Keuskupan Bogor ini.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Pastor Paroki Keluarga Kudus Cibnong, RD. Agustinus Suyatno, dalam sambutannya mengatakan, bahwa dirinya benar-benar sangat bergembira dengan hadirnya Taman Seminari di Gunung Putri yang menjadi bagian wilayah penggembalaannya. “Hatiku gembira dan berdeba-debar, karena peristiwa hari ini sungguh di luar yang saya bayangkan,” katanya mengawali sambutan singkat di akhir misa pembukaan. Kegembiraan Romo Yatno – begitu ia biasa disapa umatnya – tentu sangat beralasan. Pasalnya, Taman Seminari St. Vincentius Gunug Putri, ternyata menjadi yang pertama di Keuskupan Bogor. Dan sebagai yang pertama, Gunung Putri – yang merupakan wilayah pengembalaannya – justru dipilih sebagai lokasi berdirinya taman itu. Kegembiraan Romo yang enerjik ini, nampak jelas, saat Inakoran.com/Inako TV meminta waktunya untuk melakukan wawancara ekslusif di salah satu pojok Taman Seminari, usai santap siang bersama.
Selain Uskup dan tiga Romo di atas, misa pembukaan Taman Seminari petama di Keuskupan Bogor itu, juga dihadiri sejumlah tokoh penting seperti, Rosentina Lopes, SPd (mewakili Bimas Katolik Jawa Barat), Yustina Rostiawati (Ketua Presidium DPP WKRI), para Pengurus DPD WKRI Keuskupan Bogor, Pengurus DPC WKRI Paroki Keluarga Kudus Cibinong), Wiwin Pribadi, (Perwakilan DPP Paroki PKKC), pengurus Stasi St. Vincentus Gunung Putri, dan ratusan umat Stasi St. Vinscentius, yang juga menyempatkan diri menghadiri Perayaan Ekaristi pagi itu.
Sekedar diketahui, pemilihan kata Seminari, didasari pada makna dasar dari kata itu. Kata Seminari berasal dari kata Latin, semen, yang artinya bibit atau benih. Dengan demikian, Taman Seminari mengandung makna tempat atau taman persemaian benih atau bibit. Dalam konteks itu, anak-anak yang belajar di Taman Seminari ini dianalogikan sebagai benih atau bibit yang sedang dirawat dan dipelihara dengan tujuan agar kelak bisa menjadi manusia yang memiliki iman katolik yang kokoh dan sekaligus menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa nasionalis. Manusia yang 100% Katolik, 100 % Indonesia.
Semua tokoh yang tampil dalam sambutan usai misa pembukaan kemarin berharap, Taman Seminari St. Vincentius Gunung Putri bisa menjadi ladang yang baik dan subur bagi pertumbuhan puluhan anak yang kemarin sudah mulai belajar di tempat itu. Dari pantauan Inakoran.com/Inako TV, nampak jelas antusiasme yang tinggi dari umat stasi ini terhadap kehadrian taman belajar yang mengambil nama pelindung stasi ini yakni St. Vincentius. Ya, bersama umat Stasi St. Vincentius, Inakoran.com/Inako TV berharap, anak-anak dari taman ini kelak menjadi manusia yang berbakti kepada gereja dan tanah air (Pro Ecclasia et Patria). (Andin)