“Saya Cinta Keuskupan Bogor, Tetapi Kini Hati Saya Untuk Keuskupan Purwokerto”, Mgr. Tri Harsono

Loading

Sentul – Keuskupan Bogor: Ada rasa haru dan bangga yang tercipta pada sebuah ruangan di kediaman Bapak Jimmy dan Ibu Maria di kawasan Sentul. Bagaikan sebuah keluarga yang hendak melepas anggota keluarga yang dicintainya untuk pergi bertugas ke tempat yang jauh, demikianlah suasana saat itu. Para imam diosesan Keuskupan Bogor (UNIO) mengadakan audiensi bersama Mgr. Tri Harsono, Uskup terpilih Keuskupan Purwokerto. Bukan sebuah perpisahan, tetapi inilah pertemuan persaudaraan para imam diosesan Keuskupan Bogor. Mgr. Paskalis pun hadir melengkapi pertemuan ini. Tampak pula para diakon dan frater serta beberapa umat yang menjadi panitia kecil acara sederhana ini. Dalam pertemuan ini, Mgr. Tri Harsono mengungkapkan kisah dibalik terpilihnya beliau untuk menjadi seorang Uskup.

Mgr. Tri dan Mgr. Paskalis dalam Audiensi Dengan UNIO (Dok. Pribadi)

Takut Dipanggil Nuncio

Cita-cita bahkan mimpi sekalipun untuk menjadi seorang uskup tidak pernah terlintas di benak Mgr. Tri Harsono. Beratnya tugas dan tanggung jawab menjadi seorang uskup merupakan sebuah misi yang hanya bisa dijalankan oleh orang-orang yang menurut beliau pantas. Ada banyak imam-imam yang pantas menjadi Uskup. Mereka lebih baik dari saya. Terpilihnya Mgr. Tri Harsono menjadi seorang uskup, bagi beliau menunjukkan bahwa Tuhan lebih suka memilih orang yang tidak sempurna. Pandangan dan penilaian manusia jauh berbeda dengan pilihan Allah.

Ketika Kedutaan Besar Vatikan mengontak Romo Tri melalui telepon selularnya, beliau merasa ketakutan. Yang beliau ingat saat itu, bila ada imam yang dipanggil Nuncio pilihannya hanya dua ” dipilih menjadi uskup atau akan ditegur dan kena hukuman”. Menjadi uskup tidak pernah ada dalam benaknya. Maka kemungkinan besar adalah kena teguran. Saat itu, ada kabar angin yang mengatakan bahwa kebiasaan Romo Tri merokok telah sampai pada Nuncio. Dalam hatinya” masa iya saya dipanggil dan dihukum gara gara merokok?”.

Terdiam Tak Bisa Berbicara

Akhirnya waktu yang mendebarkan pun tiba. Dipanggil ke Kedutaan Besar Vatikan untuk berjumpa dengan Nuncio, Mgr. Piero Pioppo, pada Pukul. 16.00, Romo Tri (saat itu) sudah tiba dua jam sebelumnya. Tiba di Kedutaan Besar Vatikan, petugas keamanan yang berjaga saat itu harus menjalankan tugasnya untuk bertanya identitas, maksud dan tujuan kedatangan “tamu tak dikenal” ini. Meskipun sudah memberitahukan bahwa beliau adalah Pastor yang dipanggil oleh Nuncio, namun bukan berarti seorang pastor lolos begitu saja dapat memasuki ruangan. Di Pos Satpam, sambil menunggu menuju waktu yang ditentukan, Mgr. Tri mengobrol bersama petugas keamanan tersebut. Lima belas menit sebelum Pkl. 16.00, Mgr. Tri dihantarkan memasuki ruangan.

Sambutan hangat Mgr. Piero menyambut kedatangan Mgr. Tri. Diajaknya Mgr. Tri untuk bersantai sore menikmati teh atau kopi. Obrolan santai pun tercipta. Memasuki ruang kerja Nuncio, perasaan hatinya berubah menjadi berdebar-debar. Mgr. Pierro menyampaikan perihal terpilihnya Romo Tri Harsono (Vikjen Keuskupan Bogor) untuk menjadi Uskup Purwokerto. Tidak ada sepatah katapun yang bisa terucap saat itu. Lidah menjadi kelu dan kepala serasa berat. Maka, Nuncio pun membawa Romo Tri ke ruang doa. Di sana, Romo Tri diajaknya untuk berdoa pribadi sementara itu Nuncio meningalkan beliau di sana. Dalam sharingnya, Mgr. Tri menyampaikan bahwa baru kali itu beliau tak bisa tenang dalam berdoa. Doa-doa dalam berbagai bahasa diungkapkannya namun tak bisa membawa beliau untuk mampu menjawab kabar tersebut.

Mgr. Tri Harsono dan Romo Marcus Santoso berfoto bersama sambil memegang tanda kasih UNIO bagi Mgr. Tri (Dok. Pribadi)

Terpilihnya seorang imam menjadi Uskup harus ada jawaban kesediaan imam tersebut untuk menerima dan menjalankan tugas perutusan tersebut. Nuncio, menunggu cukup lama jawaban tersebut keluar dari Romo Tri. Secarik kertas dikeluarkan oleh Nuncio dan mengajak Romo Tri untuk menulis. Setengah jam berlalu dan satu paragraf lebih tertulis ungkapan perasaan beliau yang ditulisnya bercampur aduk antara Bahasa Inggris dan Bahasa Italia. Jawaban yang dinantikan pun muncul. Romo Tri menyatakan kesediaannya dipilih untuk menjadi Uskup Purwokerto. Kertas yang memuat jawaban itu pun segera dikirimkan oleh Nuncio ke Vatikan dan tanpa menunggu lama Vatikan pun memberikan jawaban atas surat tersebut. 

Solideo Nuncio

Begitu mendapat jawaban dari Vatikan, Nuncio pun segera memeluk dan meletakkan solideo (topi uskup) ke Romo Tri. “Anda cocok menggunakannya”, demikianlah ungkapan Nuncio kepada uskup terpilih Mgr. Tri Harsono. Usai pertemuan ini, Nuncio pun segera menanyakan perihal kepulangan Mgr. Tri Harsono ke Bogor. Lalu Nuncio pun hendak mengantarkan Mgr. Tri ke Bogor dengan kendaraan kedutaan. Mgr. Tri yang berangkat naik kereta ke Kedutaan Vatikan pun menolak untuk diantarkan. Akhirnya, Nuncio pun menghantarkan Mgr. Tri sampai ke depan pintu gerbang. Pengalaman dihantarkan Nuncio ini sungguh menjadi pengalaman yang menyentuh bagi Mgr. Tri Harsono. Demikianlah Mgr. Tri Harsono menceritakan pengalaman beliau saat dipanggil menghadap Nuncio. 

Motto Tahbisan Uskup dan Janji Keramat

Mgr. Tri Harsono memilih motto tahbisan uskupnya “ Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum” – “ Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”. Motto ini dipilihnya berdasarkan spiritnya bermisi di sebuah tempat yang tidak dikenal sebelumnya. Dengan inspirasi iman dari kisah Bunda Maria yang menerima perutusan Allah dalam kesediaan dan kepasrahan maka demikianpun Mgr. Tri Harsono pun siap menjalankan tugasnya dalam ketaatan dan kepasrahan pada kehendak dan kuasa Allah. Mg. Tri Harsono pun berjanji akan berhenti dari kebiasaannya merokok -“tapi nanti ya setelah tahbisan”, paparnya. Mendengar janji ini, Mgr. Paskalis dan para imam pun memberikan tepuk tangan. 

Ungkapan Rasa Mgr. Paskalis dan Rekan-rekan Imam

Dalam pertemuan penuh persaudaraan ini para romo-romo senior pun mengungkapkan rasa bangganya pada Mgr. Tri Harsono. Mgr. Paskalis mengungkapkan rasa  syukurnya karena boleh mendapatkan rekan imam yang menjadi vikjen dan sekarang menjadi Uskup. Empat tahun bersama dalam kuria telah menunjukkan sebuah kerja sama yang sangat baik. Romo Driyanto secara pribadi menyampaikan perasaan kehilangannya. Romo Driyanto pun menyampaikan “ Pergilah dengan damai” kepada Mgr. Tri Harsono. Sontak ungkapan ini disambut tertawa renyah semua imam. Sementara itu Romo Benyamin menyampaikan “ Semoga Mgr. Tri cepat kerasan di sana”. Sementara itu Romo Agus menyampaikan rasa bangganya bahwa dari Keuskupan Bogor terlahir seorang Uskup untuk keuskupan lain. Romo Agus menyampaikan dukungan dan doa restunya bagi Mgr. Tri Harsono. Lain lagi dengan Romo Marcus Santoso, rekan seperjalanan imamat (seangkatan) Mgr. Tri Harsono. 28 tahun menapaki jalan imamat bersama-sama. Romo Marcus Santoso yang dikenal apik dalam membangun tempat doa, lalu mengajak Mgr. Tri untuk berkunjung dan berdoa di Tempat Doa Sumber Kahuripan Cibadak. 

Kini Hatiku Untuk Purwokerto

“Datanglah ke Keuskupan Bogor bila suatu saat rindu pulang. Ada rumah unio yang kita bangun bersama di sana.” Demikianlah ungkapan Mgr. Paskalis dan rekan-rekan imam lainnya. Para imam-imam UNIO siap  mendukung dan membantu Mgr. Tri Harsono di tempat tugas yang baru. Meski demikian, Mgr. Tri menjawab “Saya cinta Keuskupan Bogor tetapi kini hati saya untuk Purwokerto”. Jawaban Mgr. Tr Harsono ini disambut tepuk tangan meriah. Mgr. Tri Harsono menunjukkan kesiapan diri beliau untuk mengemban tugas mulia di Keuskupan Purwokerto. 

Para Romo yang ulang tahun kelahiran dan ulang tahun imamat meniup lilin (Dok. Pribadi)

Dalam persiapannya untuk menggembalakan umat di Purwokerto, Mgr. Tri sudah berkunjung ke beberapa tempat di wilayah Keuskupan Purwokerto. Selain itu, Mgr. Tri Harsono juga telah menjumpai dan berbincang dengan Mgr. Julianus Sunarka (Uskup Purwokerto sebelumnya).  Audiensi antara Mgr. Tri Harsono dengan para rekan imam diosesan Bogor ini (UNIO) bukanlah sebuah perpisahan namun sebuah perjumpaan persaudaraan. Acara ini diakhiri dengan pemberian tanda kasih UNIO kepada Mgr. Tri Harsono berupa sebuah lukisan hitam putih Mgr. Tri Harsono  yang belakannya ditandatangani Mgr. Paskalis dan para imam. Makan siang melengkapi pertemuan persaudaraan ini dengan diselingi acara tiup lilin pada kue ulang tahun. Romo Tukiyo yang persis hari itu merayakan ulang tahun kelahirannya bersama Romo Marsel (sehari sebelumnya) juga Romo Monang dan Romo Wahyu yang keduanya merayakan ulang tahun imamatnya. 

Selamat menggembalakan umat di Keuskupan Purwokerto. Semangat, dukungan serta doa para imam serta seluruh umat Keuskupan Bogor menyertai Mgr. Tri Harsono. (RD. David)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks