Bogor-Keuskupanbogor.org: Bertepatan dengan Hari Raya Semua Orang Kudus, Keuskupan Bogor mendapat anugerah enam imam baru. Kamis (1/11) sore, Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur dan Uskup Purwokerto Mgr. Christophorus Tri Harsono menahbiskan empat imam diosesan dan dua imam tarekat Carmelitae Sancti Eliae (CSE) di Gereja BMV Katedral Bogor. Keenam imam tersebut adalah RD. Paulus Pera Arif Sugandi, RD. Dionnysius Yumaryogustyn Manopo, RD. Agustinus Wimbodo Purnomo, RD. Andreas Arie Susanto, RP. Epiphanius Maria, CSE, dan RP. Hubertus Maria, CSE. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. Tri dengan Mgr. Paskalis sebagai konselebran, serta didampingi oleh Rektor Seminari Tinggi St. Petrus-Paulus RD. Nikasius Jatmiko dan Wakil Pimpinan Kongregasi CSE RP. Sergius Paulus, CSE. Puluhan imam Keuskupan Bogor serta beberapa imam dari Bandung, Purwokerto, dan Merauke juga turut hadir memberikan berkat dan dukungan bagi keenam imam. Kendati hujan deras, ribuan umat tetap berbondong-bondong datang untuk mendoakan para imam dan mengikuti acara ramah tamah yang dihadiri juga oleh Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto, serta para perwakilan dari Basolia Kota Bogor.
Sabda Bahagia sebagai Peluru
Dalam homili, Mgr. Tri menyampaikan pesan-pesan yang diangkat dari bacaan Injil hari itu mengenai 8 Sabda Bahagia bagi para neomis. Menurut Mgr. Tri, orang suci adalah mereka yang terus-menerus merasa berdosa, karena itu mereka selalu membutuhkan dan mengusahakan pertobatan. Untuk menuju kesucian itu, para imam perlu ‘menerjemahkan’ kedelapan Sabda Bahagia ke dalam hal-hal sederhana hingga dapat sampai kepada banyak orang: 1) Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah – miskin di hadapan Allah bukan hanya miskin harta benda, melainkan menjadi kosong, putih, polos; siap diisi (ilmu) apa saja. 2) Berbahagialah orang yang berdukacita – bukan hanya tentang bersedih, tapi ikut menderita dan prihatin pada orang-orang di sekitar kita. 3) Berbahagialah orang yang lemah lembut – menjadi imam adalah menjadi seorang pimpinan; jadilah imam yang sabar dan penuh senyum. Buatlah diri kita menjadi pembawa damai. 4) Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran – alih-alih hanya soal kebenaran, dalam Gereja Katolik, penekanannya adalah pada lapar dan haus akan kebaikan. Jika kita hanya terobsesi pada kebenaran, kita akan memaksakan kehendak kita akan apa yang kita anggap benar. Namun jika kita mengangkat kebaikan, maka orang lain akan menangkap kebenaran yang melatarbelakanginya, yakni Yesus Kristus sendiri. 5) Berbahagialah orang yang murah hati – pemberian tanpa kasih adalah omong kosong. Kemurahan hati adalah ketika kita memberi tanpa batas, tanpa syarat. 6) Berbahagialah orang yang suci hatinya – untuk dapat melihat Allah yang suci, kita perlu berkomunikasi melalui doa. 7) Berbahagialah orang yang membawa damai – Roh Allah ada pada kita kalau kita membawa damai, maka kita pun harus bekerja sama dengan Roh Kudus untuk membawa damai. 8) Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran – Salib, derita, dan pengorbanan adalah harga mati untuk imam, hierarki, dan katolisitas. Mgr. Tri mengingatkan para imam tentang sic transit gloria mundi – keagungan dunia yang berlalu dan hanya sesaat. Ia pun mengajak para imam untuk sama-sama berjuang menjadi pembawa damai, penyelamat dan pembawa kasih bagi sesama menuju kepada Allah. “8 Sabda Bahagia inilah yang menjadi pegangan kita. Inilah senjatamu, inilah yang disebut pelurumu, kuncimu untuk hidup. Hendaklah 8 Sabda Bahagia ini sungguh-sungguh diwartakan, dihidupi, dan dibudayakan sungguh,” tegasnya.Sosok Istimewa
Kehadiran Mgr. Tri sebagai penahbis ini menjadi bentuk dukungan istimewa bagi empat neomis diosesan yang merupakan alumni Seminari Tinggi Santo Petrus-Paulus Bandung. Sebelum ditahbiskan sebagai Uskup Purwokerto, Mgr. Tri sempat menjabat sebagai Rektor Seminari Tinggi Santo Petrus-Paulus selama 15 tahun. Oleh karena itu, Mgr. Tri berperan sangat penting dalam perjalanan mereka untuk menjadi imam. Di sela-sela homili pun, Mgr. Tri menyatakan beragam harapannya bagi para putra didiknya tersebut. Keistimewaan dan keakraban dengan Mgr. Tri juga diungkapkan oleh RD. Agustinus Wimbodo Purnomo, yang akrab disapa sebagai Romo Nanang. “Kami baru tahu tadi malam bahwa Mgr. Tri akan menjadi penahbis kami. Saya kira Mgr. Tri memang belum bisa move on, memang ada kerinduan,” seloroh Romo Nanang saat mewakili para imam tertahbis dalam menyampaikan sambutan di akhir misa. Romo Nanang menegaskan bahwa menjadi imam bukanlah pencapaian statis, apalagi soal karier dan jabatan. Tahbisan ini semata-mata rahmat dan anugerah dari Allah sendiri; mereka hanya mencoba tekun dan setia. Sisanya adalah bagian Allah yang mengerjakan dan menyelesaikannya. “Rahmat tahbisan ini bukan hanya soal euforia di 1 November ini saja. Ini adalah tentang mengenal lebih dalam tentang siapa Yesus Kristus yang dulu begitu memesona kami, hingga kami harus menjaga keterpesonaan itu hingga akhir hayat,” ujar Romo Nanang. Ia juga menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Mgr. Paskalis, Mgr. Tri, kerabat, dan seluruh umat yang telah mendukung dengan caranya masing-masing hingga mereka dapat mencapai tahap ini. Usai menerima rahmat tahbisan presbyterat, keenam imam baru ini akan segera menjalankan tugas di tempat perutusannya masing-masing:- RD. Dionnysius dan RP. Epiphanius menjadi formator di Seminari Menengah Stella Maris,
- RP. Hubertus menjalankan misi di Keuskupan Agung Medan,
- RD. Arie menjadi pastor vikaris di Paroki Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung,
- RD. Pera menjadi pastor vikaris di Paroki Santo Andreas Sukaraja, dan
- RD. Nanang menjalani studi kemiliteran di Angkatan Darat.
Pf untuk para imam baru semoga tahbisan ini jadi yg pertama sp akhir hayat BD