Cinere–keuskupanbogor.org: Kemeriahan Lustrum V Paroki Santo Matias, Cinere, masih berlanjut. Setelah Pentas Seni yang diadakan pada Sabtu (02/02/2019) malam, perayaan ulang tahun ke-25 kembali diadakan pada Minggu (03/02/2019). Acara ini diawali dengan Perayaan Ekaristi secara konselebrasi pada pukul 08.30 oleh RD. FX. Suyana selaku Pastor Paroki, RD. Thomas Slamet Riyadi selaku Pastor Vikaris, RD. Yulius Eko selaku Dekan Dekanat Utara, RD. Stephanus Sri Haryono yang pernah menjadi Pastor Vikaris di Paroki Santo Matias, Cinere, RD. Agustinus Nanang yang merupakan umat Paroki Santo Matias, Cinere, dengan selebran utama RD. Paulus Haruna selaku Vikjen Keuskupan Bogor yang juga pernah menjadi Pastor Paroki di Paroki Santo Matias, Cinere.
Dengan mengusung tema “Sehati Sepikir Hadirkan Kasih di Tengah Masyarakat”, umat dan para undangan nampak antusias dan khidmat mengikuti jalannya Perayaan Ekaristi syukur tersebut. Dalam homilinya, RD FX Suyana atau yang biasa disapa Romo Yono meminta umat untuk senantiasa mengenakan kasih dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat. “Dengan kasih itu, maka umat akan mengasihi sesama anggota paroki, anggota lingkungan, kelompok, keluarga dan masyarakat di sekitarnya,” ujarnya.
Menilik tiga dimensi
Usai Perayaan Ekaristi, pesta umat pun diadakan di Aula Gaudium et Spes yang juga dihadiri oleh Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur. Umat di Paroki Santo Matias, Cinere, terdiri dari beragam suku, bahasa, dan budaya. Itulah yang mendasari pesta umat diselenggarakan dengan beragam budaya. Pesta Bhinneka Tunggal Ika diharapkan mampu membawa umat dan para undangan turut merasakan kegembiraan yang satu dan sama. Panitia dan pengisi acara nampak ceria dengan mengenakan pakaian adat dari beragam suku bangsa di Indonesia.
Dalam kata sambutannya, Mgr. Paskalis Bruno Syukur mengatakan bahwa dalam setiap perayaan 25 atau 50 tahun, setidaknya terdapat 3 dimensi penting.
Pertama, dimensi masa lalu yaitu sebagai ajang terima kasih atas jasa orang-orang yang telah memungkinkan karya Tuhan ini dimulai. Hal itu misalnya terdapat dalam diri para sesepuh paroki yang telah terlibat dalam pendirian gereja tersebut. “Mereka itu masih tetap merawat tekad dan kesetiaannya dalam mengembangkan paroki ini. Saya ucapkan terima kasih pada mereka yang telah memungkinkan terwujudnya Kerajaan Allah di Cinere,” ungkap Mgr. Paskalis.
Kedua, dimensi masa kini, yaitu umat yang sehati dan sepikir menghadirkan antusiasme dan semangat untuk berjalan dan mengisi masa kini. Ia berkata, “Mari kita dengan penuh antusiasme membangun kebersamaan kita pada masa kini. Karena itu saya mengajak umat untuk berjalan pada masa kini.”
Ketiga, dimensi masa yang akan datang. Dengan membangun dan memiliki dimensi ini, maka kita akan memiliki harapan dan dapat mewujudkan cita-cita kita bersama Tuhan.
Perayaan kerukunan
Tidak hanya perayaan Lustrum V, namun pada hari itu umat turut bersukacita atas ulang tahun tahbisan presbyterat Mgr. Paskalis, RD. Thomas Slamet dan RD. Hary. Selain itu, Mgr. Paskalis juga berkenan untuk memberkati dan menandatangani prasasti peresmian Taman Bhinneka Tunggal Ika dan Aula Gaudium et Spes.
Selanjutnya beragam tarian daerah pun dipersembahkan untuk makin memeriahkan pesta budaya tersebut. Di antaranya Tari Tor-Tor yang dipersembahkan oleh Komunitas umat dari Sumatera Utara yaitu “Horas”, Tari Ja’i dari Komunitas umat Flobamora yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor yang lalu dilanjutkan dengan Tari Ge Mu Fami Re yang mengajak Mgr. Paskalis dan segenap umat dan para undangan untuk turut bergoyang bersama.
Tidak hanya umat Paroki Santo Matias, namun juga warga sekitar turut berkenan untuk mengisi acara. Para ibu di lingkungan sekitar gereja berkolaborasi dengan para lansia “Simeon Hanna” membawakan beberapa lagu sambil bermain angklung. Kehadiran para ibu yang berhijab serta Pendeta Didi selaku Ketua Forum Komunikasi Kristiani di Cinere, semakin menguatkan jalinan kerukunan antarumat beragama yang sangat baik.
Untuk memeriahkan perayaan ini, aula dihiasi dengan banyak kupu-kupu. Dekorasi bertema kupu-kupu menjadi analogi dari umat Paroki Santo Matias yang telah bermetamorfosis dari ulat dan kepompong menjadi kupu-kupu. Hal ini nampak keindahan kerja sama baik antarumat maupun dengan warga di sekitar.
Kini, umat Paroki Santo Matias terdiri dari 5 wilayah, 25 lingkungan, 1.200 KK dan 4.400 jiwa. Semoga semangat Bhinneka Tunggal Ika senantiasa mewarnai kehidupan menggereja dan bermasyarakat, sehingga umat semakin mengasihi Allah dan sesama.
Penulis : Stephanie Annette Siagian
Editor : RD David