Renungan Harian
Selasa, 23 Juli 2019
Hari Biasa, Pekan Biasa XVI
Pesta St. Brigita, St. Apolinaris
Bacaan : Kel 14:21-15:1, Mat 12:46-50
Ada beberapa peristiwa di negeri kita yang hampir saja merusak keutuhan persaudaraan kita sebagai bangsa. Syukurlah, persaudaraan sebagai anak bangsa tetap terjalin erat dan utuh. Walau kita tidak memiliki hubungan kekerabatan secara genetika, dan apalagi kita memiliki banyak perbedaan, entah itu suku, agama, budaya, ras, dll., namun kita tetaplah satu saudara sebangsa dan setanah air. Semangat membangun persaudaraan sejati selalu kita gaungkan. Memang itulah yang diajarkan oleh Yesus kepada kita.
Dari Injil harian pada hari ini kita dapat mempelajari bahwa Yesus ternyata memiliki banyak saudara, baik itu yang “sedarah” atau bukan. Namun bagi Yesus, hubungan persaudaraan tidak diukur dengan hubungan sesama keturunan lahiriah. Yesus menegaskan bahwa jalinan persaudaraan sebagai sesama atau anggota keluarga bukanlah fokus utama dari tugas pewartaanNya. Pewartaan yang dilakukan Yesus adalah untuk semua orang, siapa pun atau dari mana pun mereka. Tidak peduli itu anggota keluarga, famili atau kerabat dekatNya sekali pun. Tuhan menegaskan kepada kita bahwa yang patut disebut saudara atau saudariNya adalah hanya mereka yang mendengarkan dan melaksanakan kehendak Allah.
Itulah pokok ajaran Yesus yang harus kita pahami. Sekali pun, melalui Sakramen Baptis, kita disatukan dalam persaudaraan dalam Gereja katolik yang satu, kudus dan apostolik, tetapi jika kita tidak mau melaksanakan ajaran dan kehendak Allah dan sabda Yesus, maka kita bukanlah saudaraNya. Jadi hal yang utama adalah kehendak Allah yang menjadi dasar kita disebut sebagai saudara Yesus.
Dalam Yesus kita memang bersaudara. Tetapi apakah relasi persaudaraan kita denganNya sungguh didasari atas kemampuan kita mengerti dan melaksanakan kehendak Allah Bapa dan sabdaNya? Adakah kita mau mewujudkan persaudaraan sejati di tengah masyarakat yang majemuk?
Datanglah ya Roh Kudus dan ajarilah aku untuk mengerti akan kehendak Allah Bapa dan sabda Yesus, sehingga aku layak menjadi saudara Yesus. Semoga aku mampu membangun persaudaraan sejati dalam semangat ajaran sabda Yesus. Amin.
(Penulis : Antoni Purbi)