Selasa, 19 November 2019 Pekan Biasa XXXIII Bacaan I : 2 Mak. 6: 18-31 Bacaan Injil : Luk. 19: 1-10
PERNAHKAH kita kehilangan benda, hewan, atau orang yang kita sayangi? Dari ketiga hal ini, kita pasti pernah merasa kehilangan salah satunya atau mungkin ketiganya. Saat itu terjadi, mungkin kita merasa sedih, bingung harus mencari di mana, atau bahkan kecewa kenapa harus kehilangan. Ketika merasa kehilangan sesuatu, naluri kita tentunya menuntun kita untuk mencarinya. Misalnya saat kita kehilangan benda yang kita sayangi, kita pasti mencari benda itu. Kala kehilangan orang yang kita cintai, tentu kita merasa rindu dan berharap untuk bertemu dengan orang tersebut. Kita memberikan usaha terbaik kita untuk mengobati perasaan kehilangan itu.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang Zakheus. Ketika itu, Zakheus berusaha melihat seperti apa sosok Yesus dengan naik ke atas pohon. Usaha yang ditunjukkannya pun tidak sia-sia. Yesus menyadari kehadiran Zakheus, dan bahkan memanggilnya untuk menumpang di rumahnya.
Dengan pekerjaannya sebagai pemungut cukai, Zakheus tahu bahwa apa yang dilakukannya telah merugikan banyak orang. Orang-orang memberikan label ‘orang berdosa’ dan enggan bergaul dengannya. Akibatnya, ia hidup dalam keadaan terisolasi dari Tuhan dan sesamanya. Pada akhirnya, sapaan Yesus lah yang membawanya pada kesadaran akan keterpisahan itu. Menyadari kesalahannya, Zakheus berusaha untuk berubah. Usaha yang dia tunjukkan dan perubahan sikap setelah kedatangan Yesus ke rumahnya membawanya kepada keselamatan.
Di dalam kehidupan kita, pasti kita pernah mengalami peristiwa kehilangan seperti ilustrasi di atas. Kita mengeluarkan usaha yang besar untuk menemukannya. Namun saat kita berada dalam titik terendah hidup kita, dan Tuhan terasa jauh bahkan hilang, apakah kita melakukan usaha yang sama besarnya seperti ketika kita kehilangan orang, benda, ataupun hewan yang kita cintai? Kalau belum, itu artinya kita belum sepenuhnya mencari Tuhan. Yesus selalu ‘melintas’ di hidup kita; Ia tidak pernah jauh. Saat hidup kita dilanda kegaduhan dari ‘orang banyak’, terkadang kitalah yang terlalu fokus dengan diri sendiri, tidak mau ‘memanjat pohon ara’, hingga akhirnya Yesus pun seolah tak nampak.
Orang yang sepenuh hati mencari Tuhan itu ditandai dengan sikap yang selalu siap berusaha dan siap berubah untuk hidup lebih baik. Zakheus telah menunjukkan kedua sikap tersebut. Sebagai orang yang selalu mengklaim diri kita sebagai murid Kristus, apakah kita mau melakukan hal tersebut? Kita berusaha menemukan Tuhan setiap waktu, dan tidak putus asa mencari-Nya ketika kita merasa kehilangan-Nya. Kita juga harus siap berubah ketika Tuhan telah dengan rela datang dan memanggil kita untuk hidup sesuai ketetapan-Nya. (Fr. Constantin Reynaldo Adja Mosa)
Yesus yang murah hati, terima kasih atas seluruh kerelaan dan pengorbanan-Mu bagi kami orang berdosa ini. Janganlah mengabaikan seruan kami ya Tuhan, dan semoga kasih-Mu memperbarui kesiapan kami untuk hidup kudus seturut kehendak-Mu setiap hari. Amin.