Caringin – keuskupanbogor.org : Dijumpai secara personal usai memberikan materi paparan bagi para peserta Sinode II Keuskupan Bogor yang tengah berlangsung di Kinasih Resort and Conference, Romo Magnis memberikan tanggapannya atas jalannya Sinode II Keuskupan Bogor (jumat, 6/12).
“Saya senang bahwa Sinode II Keuskupan Bogor berlangsung bottom-up. Bukan perintah-perintah dari atas”, ungkap imam yang sering menggunakan kemeja batik ini.
Sinode II Keuskupan Bogor yang digagas Bapa Uskup Mgr. Paskalis mengajak antara umat awam, imam dan seluruh elemen gereja di keuskupan untuk berjalan dan berpikir bersama.
Sinode II Keuskupan Bogor berlangsung kurang lebih selama satu tahun. Setidaknya tercatat ada 25 pertemuan mulai dari sinode tingkat paroki, dekenat, omk, dan sinode para imam, dan sinode pendidikan. Melibatkan sekurangnya 8473 umat (belum termasuk panitia) dalam seluruh rangkaiannya.
Romo Magnis hadir memberikan buah-buah pemikiran kritisnya terkait kehidupan gereja dalam tanda-tanda zaman yang tengah dihadapi saat ini. “Umar Katolik tidak akan menjadi mayoritas. Kita dipanggil bukan untuk jumlah, tetapi kualitas”, ungkap imam Yesuit yang dianugerahi gelar bintang oleh Bapak Presiden Jokowi ini.
“Gereja harus hadir bersama orang miskin. Gereja tidak boleh terjebak dalam bangunan-bangunan megah”, pesannya dengan tegas. Romo Magnis pun mengibaratkan gereja seperti sebuah rumah sakit yang hadir dalam pertempuran/perang.
Buah-buah pikiran Romo Magnis yang disampaikan dalam dua sesi sinode ini memberikan panduan arah dan pemikiran terkait dengan butir-butir reksa pastoral yang akan dirumuskan nanti sebagai hasil sinode.
Kerja sama antara umat awam, imam dan seluruh elemen gereja tentunya akan membawa sebuah kesegaran baru dalam reksa pastoral Keuskupan Bogor. “Bukan hanya tugas imam, tetapi tugas kita bersama”, pesan Bapa Uskup Mgr Paskalis kepada seluruh peserta sinode.
Sinode ini masih berlangsung hingga dengan esok hari. Mari kita dukung dan doakan agar sinode ini berjalan baik dan lancar.
(RD David)