Senin 23 Desember 2019 Bacaan I : Maleakhi 3: 1-4;4:5-6 Bacaan Injil : Lukas 1: 57-66
WAKTU kita masih kecil, kita kerap kali ditanya “sudah besar mau jadi apa?” dan kita pun menjawabnya dengan jawaban berupa cita-cita. Cita-cita ini menjadi harapan bagi kita. Namun juga orang tua pun kerap kali mempertanyakan mau jadi apa nanti anak ini? Dan orang tua pasti menjawab sendiri, semoga anak ini nanti jadi anak yang hebat.
Kelahiran Yohanes sangat dinantikan oleh Elisabeth dan Zakaria. Anak yang lahir itu yaitu Yohanes sudah direncanakan Allah dan disiapkan bagi tugas panggilan yang akan diberikan kepadanya. Panggilan itu adalah tujan hidupnya, yaitu menyiapkan jalan untuk Tuhan.
Pertanyaan “menjadi apakah anak ini nanti?” adalah pertanyaan yang kembali hendak mengingatkan kita akan panggilan hidup dan tujuan hidup. Ketika seorang manusia lahir ke dunia ini ada suatu rencana yang telah ditetapkan oleh Tuhan, di mana kita dalam kebebasan hati bisa memilih mengikuti rencana Tuhan atau tidak. Roh Kudus memimpin hati nurani kita untuk mengikuti rencana Tuhan itu, di mana tujuan akhirnya adalah demi kemuliaan Tuhan –“Ad Maiorem Dei Gloriam”. Namun terkadang kita beberapa kali mungkin keluar dari jalur rencana yang disiapkan oleh Tuhan, dan justru jatuh ke dalam dosa.
Oleh sebab itu, Gereja menyediakan Sakramen Rekonsiliasi agar setiap manusia mau datang kepada-Nya dan kembali ke dalam rencana yang telah Allah siapkan bagi kita. Lewat Sakramen Rekonsiliasi, kita dikembalikan ke dalam jalur karya keselamatan Allah. Marilah kita sekarang kembali merenungkan panggilan dan tujan hidup pribadi masing-masing, apakah telah sesuai dengan rencana Allah yang selalu didengungkan di dalam setiap hati manusia.
[Fr. Albertus Aris Bangkit Sihotang]