Selasa, 24 Desember 2019 Hari Biasa Khusus Adven IV Bacaan I : 2 Sam. 7: 1-5. 8b-12.16 Bacaan Injil : Luk. 1: 67-79
ALKISAH di sebuah kerajaan, hiduplah seorang raja yang tamak dan haus akan harta. Raja ini selalu mengumpulkan pundi-pundi dari rakyatnya. Suatu ketika datanglah seorang pertapa ke kerajaan tersebut. Raja ini menyambutnya dengan baik. Dengan bangga, sang raja mengajak si pertapa berkeliling dan memperlihatkan istananya yang megah. Ketika selesai berkeliling, pertapa itu berkata kepada raja, “Ini sempit”. Raja pun merasa terhina dan keesokannya dia membangun istana itu lebih besar lagi. Kemudian datang lagi pertapa itu ke kerajaannya, dan raja mengajak berkeliling istana kembali untuk memperlihatkan bangunan barunya. Pertapa itu berkata lagi, “Ini kecil”. Merasa terhina kembali, raja pun membuat istananya semakin besar. Namun semakin besar dan semakin tinggi istana itu dibangun, justru istana itu pun runtuh. Raja pun sedih akan peristiwa tersebut. Padahal, yang dimaksud oleh pertapa itu tentang ‘sempit’ dan ‘kecil’ adalah hati dan pribadi sang raja.
Bacaan pada hari menjelang malam Natal ini mengingatkan kita tentang bagaimana kita membangun pribadi dan hati kita. Bacaan pertama mengisahkan tentang Daud yang mempertanyakan kepada Nabi Natan mengapa dia tinggal di dalam kerajaan mewah, sementara Allah tinggal di sebuah tenda. Kala itu, Daud hanya melihat bangunan yang kasat mata. Karena itu, ia membandingkan kerajaannya dengan Bait Allah. Dia merasa seharusnya Bait Allah pun mempunyai tempat yang megah.
Nabi Natan pun mengingatkan Daud dengan mengatakan “…Lihatlah segala sesuatu yang dikandung hatimu..” Perkataan ini mengandung nasihat untuk tidak hanya melihat dari penampilan, fisik, atau apapun yang kelihatan. Daud mempertanyakan tempat atau singgasana Allah. Akan tetapi, apakah di dalam hatinya Allah sungguh hadir? Bacaan Injil pun menegaskan kembali bahwa Allah tidak melihat penampilan. Allah tidak melihat apa yang dilihat secara fisik, tetapi Allah melihat hati.
Dalam menyambut kelahiran Yesus, kita perlu berbenah diri. Berbenah diri itu bukan soal merapikan pakaian ketika menyambut kedatangan-Nya. Tetapi ada hal penting lainnya, yakni bagaimana kita menyiapkan pribadi dan hati kita. Ketika kita siap untuk menyambut kelahiran Yesus, artinya kita pun siap untuk menyambut kedatangan-Nya di hati kita. Maka, melihat ke dalam diri kita jauh lebih penting dibandingkan melihat ke luar.
Menjadi kurang baik ketika kita datang ke Gereja untuk merayakan Natal dengan baju baru dan rambut klimis, tetapi sebelumnya kita bertengkar dengan tetangga kita, atau marah ketika mobil kita disenggol. Maka saat ini, marilah kita menyambut kelahiran Anak Manusia dengan membenahi hati dan pribadi kita.
[Fr. Constantin Reynaldo Adja Mosa]