Kamis, 26 Desember 2019 Pesta St. Stefanus, Martir Pertama Bacaan 1 : Kis 6:8-10;7:54-59 Mazmur : Mzm 31:3cd-4.6,8ab,16bc,17 Injil : Mat 10:17-22
HARI ini Gereja merayakan pesta St. Stefanus, martir pertama. Memang saat ini kita masih mengalami sukacita Natal. Tetapi, tendensi untuk menikmati keadaan yang menyenangkan bisa membawa kita lupa diri terhadap apa yang terjadi dalam hidup. Melalui perayaan St. Stefanus ini, kita diajak untuk tidak terlalu larut dalam euforia natal yang bisa jadi menjadikan kita lupa diri terhadap kepedulian sosial. Semangat Natal hendaknya membawa kita semakin menyadari apa yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari, dan peka terhadap lingkungan di sekitar kita.
Apa yang terjadi pada St. Stefanus bisa saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat menjadi Stefanus yang dihakimi dan dibunuh, atau mungkin kita malah menjadi orang-orang yang menghakimi dan membunuh Stefanus. Kita bisa saja dihakimi karena keteguhan iman kita kepada-Nya dan akibat dari karya-karya misi yang kita perbuat. Kita bisa saja menghakimi dan menyebarkan isu-isu yang merusak persaudaraan dengan sesama kita kepada orang-orang yang berbuat kasih, dengan alasan mereka tidak sealiran dengan kita, sesat dan tidak jelas, dan lain sebagainya. Kita bisa saja dibunuh dan membunuh, tetapi yang mati bukanlah fisik semata, melainkan jiwa dan karakternya. Kita bisa saja dibunuh melalui penghakiman, tetapi dengan menghakimi kita juga bisa membunuh.
Tendensi untuk dihakimi dan menghakimi akan terus ada di setiap waktu. Sekarang pilihan ada dalam diri kita, apakah kita mau untuk mengampuni sesama kita yang telah membunuh lewat penghakiman, ataukah secara tidak sadar kita malah menjadi pembunuh bagi stefanus-stefanus yang lain dengan cara menghakimi sesama kita. Maka dari itu, masih dalam semangat Natal ini, kita diajak untuk melihat orang lain, siapa pun itu, sebagai ciptaan Allah yang luhur.
[Fr. Michael Randy]