‘Kernet’ Surga

Loading

Sabtu, 8 Februari 2020
Hari Biasa, Pekan Biasa IV
Bacaan I : 1 Raj 3:4-13
Bacaan Injil : Mrk 6:30-34

SEORANG pewarta tidak lepas dari katekese mengenai surga. Ia menaksir situasi dan bagaimana pengalaman Kerajaan Bapa di Surga sana melalui pembelajaran akan Kitab Suci dan ajaran Gereja. Tetapi tidak bisa dimungkiri, terkadang pewarta pun bisa dikatakan berprestasi karena banyak orang yang tertarik dan mengikuti, namun ternyata lupa akan keselamatan bagi dirinya sendiri.

Saudara-saudari yang terkasih, saya teringat sebuah permenungan ketika melakukan perjalanan dari Cianjur menuju kota Bogor. Saat itu saya memilih naik angkutan umum yang biasa disebut colt mini. Hal yang menarik, ada seorang kernet yang menawarkan jasa angkutannya kepada calon penumpang dengan bujukan-bujukan manis, serta memberi pengharapan. Semisal, “Ayo, dek Bogor…Bogor langsung berangkat”. Setelah saya naik, kernet tersebut hanya meminta biaya perjalanan dan tidak ikut naik, lalu hasil yang diperoleh saat itu dibagi rata untuk dirinya, supir, serta beberapa preman di sekitar situ. Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, bagaimana jika hidup seorang pewarta seperti kernet tersebut? Ia mewartakan kendaraan menuju surga, tapi tidak ikut naik.

Pada bacaan Injil hari ini, Markus menampilkan sosok Yesus yang sangat dikagumi oleh banyak orang. Yesus tidak pernah jemu-jemu memeras keringat dan banting tulang untuk mewartakan sabda. Sabda yang Ia tawarkan bukan sekadar janji-janji yang tidak terlihat, melainkan Pribadi-Nya sendiri, yang termanifestasi dalam segala tindakan, kata-kata, mukjizat dan pengorbanan-Nya. Sahabatku, Yesus tidak pernah membiarkan murid-Nya berjalan sendiri, dalam segala peristiwa yang para murid alami Yesus selalu berserta mereka. Maka nyatalah dalam diri Yesus nama immanuel yang diberikan kepada-Nya, yang artinya Allah beserta kita.

Saudara-saudari yang terkasih, ini sebuah permenungan bagi kita semua. Bahwasanya, mungkin kita selalu berkobar-kobar untuk mewartakan Kerajaan Allah, tapi malah lupa untuk menghidupi-Nya. Meminjam istilah kernet di atas, kita lupa ikut masuk kendaraan. Bacaan pertama mengingatkan kita pada kisah Raja Salomo yang dengan kerendahan hati memohon dan meminta kepada Allah agar senantiasa membimbing hati dan pikirannya untuk selalu dapat mempertimbangkan kebijakan yang bijaksana. Pewartaan yang sejati harus nampak lewat tindakan, bukan hanya kata-kata.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, belas kasih Allah dapat kita peroleh satu-satunya hanya lewat inisiatif dari manusia (bdk Mat 6:34). Marilah kita terus senantiasa memohon kepada Allah agar hati dan pikiran kita senantiasa selaras dengan kehendak-Nya. Bukan hanya menawarkan dan mewartakan kerajaan Surga, tapi berjalan bersama menuju ke Kerajaan Bapa.

[Frater Petrus Damianus Kuntoro]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Enable Notifications OK No thanks