- Rabu, 19 Februari 2020, Pekan Biasa VI
- Bacaan I : Yak. 1: 19-27
- Mazmur :Mzm. 15:2=3ab.acd-4ab.5
- Injil : Mrk. 8: 22-26
Seorang pria baru saja keluar dari penjara karena masa tahanannya sudah habis. Ia merasa senang karena sudah tidak mendekam di penjara lagi, namun proses rehabilitasi lebih lanjut membuat ia kesal. Ia merasa proses rehabilitasi akan menyia-nyiakan waktunya. Terpaksa, ia pun mengikuti proses rehabilitasi selama berbulan-bulan. Ia merasa beberapa hal dari dirinya berubah dan dapat melupakan sedikit-demi sedikit kebiasaan buruk di masa lalunya.
Injil hari ini menceritakan Yesus yang menyembuhkan orang buta di Betsaida. Rasanya penyembuhan ini menjadi istimewa karena ada tahapan yang Yesus lalui dan tempat khusus yang dibutuhkan. Yesus tidak serta merta langsung menyembuhkan orang buta itu. Yesus mulai dengan memegang tangan orang buta itu, membawa keluar kampung, meludahi matanya, dan yang terakhir meletakkan tangan di atas orang buta itu. Itulah serangkaian proses penyembuhan yang Yesus lakukan. Yesus pun menyembuhkan orang buta itu di luar kampung dan menyuruh jangan masuk ke kampung lagi setelah sembuh.
Segala sesuatu yang baik pasti membutuhkan proses, tak terkecuali untuk menghilangkan hal-hal buruk pun membutuhkan proses. Proses tak serta merta membuat usaha tampak gagal karena waktu yang diambil cukup lama. Terkadang orang-orang tak tahan dengan proses karena waktunya yang lama dan usaha yang lebih, sehingga cenderung mengambil jalan pintas atau instan. Kisah penyembuhan orang buta di Betsaida merupakan proses suatu hal yang buruk dari lepas dari seseorang. Tahap demi tahap dilalui orang buta itu karena percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan kebutaannya. Ketabahan dan kesabaran orang buta tersebut membuahkan hasil, yakni kesembuhan. Ia bersyukur atas kesembuhan tersebut dengan cara tidak kembali ke masa lalunya yang buruk di dalam kampung. Ketabahan dan kesabaran menjadi kunci dalam menjalani proses. Janganlah kita langsung melihat pada hasilnya saja, tapi perlu juga melihat prosesnya.
perkembangan zaman yang begitu pesat menciptakan budaya instan. Sistem shortcut, menjadikan manusia melupakan tahap dan proses yang harus dilewati. Hari ini, kita diingatkan untuk senantiasa bertekun dalam proses, dialog: mendengarkan sabda Tuhan dan membiarkan diri kita diselamatkan oleh Tuhan. Marilah kita sungguh menyadari proses itu sebagai suatu tahap perjumpaan dengan Tuhan. Fr. Ignatius Bahtiar.
Tuhan Yesus, Engkau begitu sabar dalam mengajarkan kami melewati berbagai proses hidup yang berpuncak pada kesembuhan, keselamatan. Bantu dan sertailah kami untuk senantiasa bertekun dalam setiap tahap dan proses tersebut. Karena Engkaulah Tuhan dan Penyelamat kami. Amin