Rabu, 22 April 2020, Pekan II Paskah Bacaan I : Kis. 5: 17-26 Mazmur : Mzm. 34: 2-3.4-5.6-7.8-9 Injil : Yoh. 3: 16-21
Suatu ketika, ada anak kecil seorang diri di pinggir jalan. Banyak orang melewati tanpa menghiraukan dia. Tiba-tiba sepasang suami istri menghampiri anak tersebut dan secara ramah bercakap-cakap. Sepasang suami istri tersebut mengajak anak itu untuk makan di rumah makan terdekat. Si anak ini menolak karena takut diculik, dan ingat pesan ibunya agar menolak ajakan orang yang baru dikenal. Padahal, sepasang suami istri ini sudah memperhatikan dan mengawasi anak ini sejak lama. Mereka merasa iba karena anak ini selalu ngamen di pinggir jalan dan tidak sekolah.
Hari ini kita mendengar percakapan Yesus dengan Nikodemus, seorang Farisi yang bertobat. Sekali lagi, Yesus menyatakan siapa diri-Nya dan untuk untuk apa Ia datang ke dunia. Allah yang amat menyayangi dan mengasihi dunia tidak tega melihat dunia hidup berkubang dalam dosa dan kejahatan, sehingga Ia mengutus Putera-Nya turun ke dunia. Yesus, Putera Allah mempunyai tugas utama, yaitu menyelamatkan dunia dari segala dosa dan kejahatan, bukan menghakimi dan menghukum. Lewat peristiwa Paskah yang baru saja kita rayakan, Yesus mendamaikan dunia dengan Allah. Hal itu terjadi semata-mata karena belas kasih Allah yang sungguh besar kepada kita.
Hal yang baik telah diberikan Allah kepada kita, yakni Yesus Kristus yang menyelamatkan dengan mengorbankan diri-Nya sendiri. Oleh karena itu, Allah meminta kita percaya kepada-Nya agar kita tidak hidup di dalam dosa dan binasa. Hal yang baik nan besar tersebut amat disayangkan jika ditolak. Penolakan terjadi tatkala kita belum sungguh-sungguh memahami bahwa Allah itu baik, atau belum sadar sepenuhnya akan kebaikan Allah yang sudah terjadi dalam hidup kita. Ketika penolakan terjadi maka yang datang bukanlah terang dan rahmat, melainkan gelap dan kutuk. Kebaikan Allah menjadi tidak ada artinya lagi karena sudah nyaman dengan dosa dan kejahatan. Allah tidak menghendaki penolakan tersebut, karena pengorbanan Yesus bukanlah hal yang sia-sia.
Percaya dan menerima bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan jika tanpa bukti nyata. Kali ini Allah telah memberikan bukti nyata, yaitu Yesus yang turun ke dunia. Tidak ada lagi alas an bagi kita untuk tidak percaya bahwa Allah memang maharahim dan mahabaik. Pengalaman-pengalaman dalam hidup ketika senang maupun susah menunjukkan kasih Allah yang senantiasa menyertai manusia. Terkhusus dalam pandemic Covid-19 ini, Allah pun tetap mengasihi manusia dan tidak membiarkan manusia berjuang sendirian. Allah meminta kita untuk percaya dan yakin bahwa karena belas kasih-Nya, manusia akan selamat. Semoga kita tidak menyia-nyiakan kasih Allah yang begitu besar.
[Fr. Ignatius Bahtiar]
Ya Tuhan, terima kasih atas kasih-Mu yang begitu besar kepada kami. Ampunilah kami yang sering lupa dan menolak Engkau. Semoga kami semakin dapat menyadari kasih-Mu yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Amin.