6 November 2021
Hari biasa
Hari Sabtu Imam
Rm. 16:3-9,16,22-27;
Mzm. 145:2-3,4-5,10-11;
Luk. 16:9-15.
BcO Yeh. 1:3-14,22-2:8
Sepintas saya teringat dengan pesan orang tua yang berkata kepada saya “jika kamu tidak jujur dalam mengelola milik orang lain, siapa yang akan mempercayakan harta sejati kepadamu?”. Pesan dari orang tua saya adalah pesan yang berkaitan dengan kejujuran. Kejujuran menjadi media untuk setia pada peristiwa yang kita anggap ‘remeh-temeh’. Jika kita saja cenderung sudah tidak setia pada hal yang sederhana, maka kita pun juga akan merasa cenderung sulit untuk setia pada perkara yang besar. Dan hal yang paling sederhana adalah kejujuran.
Sabda Tuhan hari ini memberikan sebuah tawaran yang menuntut kejujuran kita. Kejujuran yang dituntut dari kita adalah tentang cara kita dalam mengelola milik Tuhan. Sadar atau tidak, Tuhan telah mempercayakan segala sesuatunya ke dalam ‘genggaman’ kita. Kita berhak untuk menguasai, memanfaatkan, dan menyimpannya hanya untuk kepentingan kita sendiri. Tetapi, apakah demikian cara kita bersikap dalam mengelola milik Tuhan?. Saya rasa tidak. Justru, ketika kita sudah menerima segala sesuatu dari Tuhan, kita hendaknya perlu untuk meneruskan pemberian Tuhan kepada sesama.
Nah, dari kesadaran akan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita, ternyata ‘tawaran’ itu penuh resiko. Tawaran yang sewaktu-waktu selalu mengahantui kita untuk dapat berbuat curang dan bertindak tidak jujur. Akan tetapi, meskipun ‘tawaran’ itu penuh resiko, kita memiliki Tuhan yang Mahakuasa. Ia yang akan membantu kita untuk menjalankan tugas-tugas dari-Nya. Ketika tugas yang diberikan-Nya penuh dengan resiko, berarti Tuhan memiliki kepercayaan yang besar kepada kita untuk ambil-bagian dan untuk mengelola seluruh milik-Nya. Ingat, semuanya itu punya Tuhan. Bersyukurlah, peliharalah dan bagikanlah.
Fr. Benedictus Raditya