Kamis, 25 November 2021
Pekan Biasa XXXIV
Bacaan I : Dan. 6: 12-28
Bacaan Injil : Luk. 21: 20-28
Sebagai manusia, kita memang memiliki kehendak bebas. Kehendak untuk ‘membuat’ segalanya ada. Dengan otak dan pikiran ‘liar’nya, manusia dapat membuat segalanya menjadi nyata atau sesuai perhitungan. Dengan kapasitas atau kemampuan yang kita miliki, kita mampu menciptakan segala sesuatu. Imajinasi kita mampu ‘melampaui’ realitas yang ada. Ya memang, tidak semua dari imajinasi kita dapat diwujudnyatakan. Akan tetapi, dengan hanya memikirkannya saja artinya kita mampu melakukan hal itu. Namun, menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah semua hal dapat dicapai dengan kapasitas otak kita? Bagaimana dengan iman kita?
Dalam Injil Lukas yang menceritakan tentang bagaimana iman dan harapan sebagai seorang murid Kristus sangat penting. Perkataan Yesus tentang ‘Yerusalam akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu’ seharusnya adalah perkataan yang membuat dua ekstrem. Bila kita tidak siap menerima itu kita akan kehilangan iman kita. Sementara bila kita siap dan memiliki iman serta pengharapan yang teguh kita akan kuat menghadapi itu semua. Ditambah lagi bahwa kita dalam dunia menghadapi berbagai macam perbedaan yang mungkin dari banyaknya perbedaan itu ada yang menggoyahkan iman kita. Di sinilah pentingnya iman.
Iman akan Yesus Kristus ini sangat dibutuhkan. Karena Dialah yang menjadi sumber keselamatan kita sebagai murid-Nya. Memang tidaklah mudah mengimani Kristus dengan konteks Indonesia yang plural ini. Namun di sanalah tantangannya. Bila kita mengimani Yesus atau mewartakan Yesus di dalam komunitas kita sendiri, itu menjadi sesuatu yang biasa. Yang menjadi luar biasa adalah bagaimana kita mengimani dan mewartakan Kristus di tengah-tengah pluralnya masyarakat Indonesia. Tetapi perlu diingat bahwa bukan berarti kita mengkristenkan mereka yang bukan Kristen, melainkan kita mengamalkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan begitu, orang yang melihatnya akan berkata “Oh seperti ini toh orang-orang katolik”. Menghormati perbedaan, mengamalkan cinta kasih, saling memberi, dan lain sebagainya. Mengikuti Kristus tidaklah mudah. Maka dari itu diperlukan iman yang kuat dan tangguh untuk tetap mengikuti-Nya. Beranikah kita mengimani-Nya di tengah-tengah pluralnya negara kita ini?
Fr. Constantin Reynaldo Adja Mosa