Rekoleksi Sinode Para Uskup Stasi Kristus Raja-Hambalang

Loading

Minggu, 16 Januari 2022 Sinode Para Uskup Tingkat Parokial kembali berlanjut. Bertempat di Stasi Kristus Raja-Hambalang, tema refleksi sinode hari ini adalah kemanusiaan dan dihadiri kurang lebih sekitar 57 orang peserta. Bertempat di Aula Stasi, kegiatan diawali dengan registrasi peserta dan pembagian peserta ke beberapa kelompok. 

Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 WIB yang diawali dengan sambutan yang diberikan oleh RD Aloysius Tri Harjono selaku Pastor Stasi Kristus Raja-Hambalang dan Ketua SC Sinode yaitu Bapak Anton Sulis. Pesan yang diberikan adalah peserta diajak untuk membuka ruang hati untuk mendengarkan Roh Kudus dalam membimbing selama proses rekoleksi ini. Kegiatan pun dilanjutkan dengan ibadat pembuka yang dipimpin oleh RD Yosef Irianto Segu dan Fr Gerald Prayugo. 

Menjadi Jalan Dalam Membuka Diri Terhadap Roh Kudus

Dalam sesi pengantar yang diberikan oleh fasilitator sinode disampaikan arahan proses rekoleksi agar peserta mengetahui alur selama rekoleksi dan menjelaskan bahwa rekoleksi dimaksudkan untuk menghidupkan semangat “Jalan Bersama” yaitu menyegarkan iman umat dan untuk menguatkan semangat sebagai “teman seperjalanan” bagi umat lain. Rekoleksi sinode ini mengingatkan bahwa karya penyelamatan Tuhan bekerja dalam himpunan keluarga umat Allah-bukan orang per orang. 

Selain itu, rekoleksi juga menjadi jalan dalam membuka diri terhadap Roh Kudus dan merupakan tujuan rekoleksi diadakan. Rekoleksi menjadi saat untuk membiarkan diri untuk dibimbing dan mendengar Roh Kudus, melepaskan dominasi otak/pikiran, memberi ruang lebih pada suara hati. 

Selain itu, mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik juga menjadi tujuan rekoleksi yang dimaksudkan untuk memberi ruang pada setiap orang untuk berpartisipasi. Yaitu terlibat, menemukan, dan menyampaikan hal baik demi perkembangan Gereja baik di tingkat keuskupan maupun universal.

Semangat Solidaritas dan Subsidiaritas

Setelah sesi pengantar, kegiatan dilanjutkan dengan sesi narasi refleksi yang dibawakan oleh Bapak Yohanes Ari Nurcahyo. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk melihat kembali mengenai kemiskinan Kristus adalah tanda cinta kasih-Nya terhadap manusia. Tanda bahwa Gereja adalah Gereja Kristus adalah jika pewartaan Gereja itu berpusat pada orang miskin dan kecil. Kemiskinan Gereja berarti Gereja bersama dengan Kristus menyatukan diri dengan orang miskin yang oleh Kristus disebut “Saudara-Ku”

Seruan Gereja terkait orang miskin adalah tentang semangat solidaritas dan subsidiaritas. Mereka yang mendapatkan banyak membagikannya bagi mereka yang beroleh sedikit. Mereka yang berkuasa menggunakan kekuasaannya untuk melindungi yang lemah. Mereka yang lemah saling mendukung untuk saling menguatkan.

Gereja yang Solider 

Mengikuti Yesus berarti mengikuti sikap Yesus dan terutama sikap Allah sendiri, yang bersolider dengan manusia yang menderita dan berdosa. Salah satu sikap Yesus yang mencolok adalah solidaritas-Nya terhadap semua orang terutama mereka yang sakit dan menderita, dengan pendosa, dengan mereka yang lapar, bahkan Ia solider sampai mati di Kayu Salib. 

Kekhasan solidaritas kristiani adalah bahwa kesetiakawanan itu kelihatan dalam sikap kita berhadapan dengan orang kecil yang miskin dan lemah, dan bukan dalam sikap kita terhadap orang kaya dan orang berkuasa. Mengapa setiakawan dengan orang kaya atau berkuasa bukan solidaritas yang diharapkan Yesus? Menurut Yesus, solidaritas yang sebenarnya kelihatan dimana kita tidak dapat mengharapkan balasan dari kebaikan kita itu. Sedangkan kesetiakawanan kita dengan orang kaya atau berkuasa selalu terbuka kemungkinan adanya balasan. 

Mengapa Allah berpihak kepada orang miskin dan bukan orang kaya atau orang berkuasa? Jawabannya, bukan karena orang miskin memiliki sifat-sifat yang istimewa. Allah berada di pihak kaum miskin sebab mereka adalah orang yang tak berdaya dan tak seorang pun yang membela mereka. Karena itu, keberpihakan kita kepada orang miskin diambil tidak berdasarkan suatu gembaran ideal mengenai orang miskin, seakan akan pada mereka akan kita temukan segala kebajikan yang kita tidak temukan pada orang kaya dan orang berkuasa, melainkan karena kita konsekuen pada komitmen kita dengan Allah sendiri yang berpihak orang miskin.

Menjadi “teman perjalanan” Bersama yang Miskin 

Menjadi teman seperjalanan mengandaikan kemampuan diri untuk berempati dan memahami orang lain dengan penuh kesabaran dan kepedulian. Mengandaikan kesiapan hati untuk menerima kenyataan bahwa – kadangkala hal yang kita rasa baik dilakukan bagi orang lain, ternyata belum tentu diterima dengan pengertian yang sama. Tidak jarang berbagai pengorbanan yang kita lakukan dengan berbagai jerih payah juga dihargai atau diperhitungkan. Menjadi “teman” bagi orang miskin atau terpinggirkan memang tidaklah mudah, tetapi tetap harus diperjuangkan oleh karena panggilan untuk berpihak kepada yang miskin adalah panggilan Gerejawi, dan bagian dari komitmen perutusan kita sebagai umat terbaptis.

Setelah sesi narasi refleksi, kegiatan dilanjutkan dengan sharing masing-masing kelompok. Kelompok dibagi menjadi tiga dan setiap kelompok terdiri dari lansia, dewasa umum, OMK dan BIA. Dalam setiap kelompok ada satu orang fasilitator yang mendampingi dan satu orang notulis yang mencatat isi sharing yang berlangsung. Ketika sharing kelompok, umat antusias untuk sharing dengan arahan dari fasilitator, terutama pertanyaan arahan tentang kemanusiaan. Perihal ekonomi dan sosial jadi perhatian khusus bagi beberapa umat. Pengalaman iman umat di-sharing-kan sebagai penguat iman mereka dan terlebih untuk perkembangan Gereja

Jangan Berhenti Berbuat Baik

Setelah sesi sharing selesai, peserta diajak memasuki sesi peneguhan yang diberikan oleh RD Yosef Irianto Segu dan Bapak Anton Sulis. Peneguhan dilakukan didalam kelompok yang dimaksudkan agar lebih intens. Dalam sesi peneguhan, Romo Segu mengajak peserta untuk memperkuat diri kita dan jangan berhenti untuk berbuat baik. Peran kita dalam tugas pelayanan Gereja sebagai bentuk partisipasi dalam hidup menggereja. Kita perlu menyadari bahwa peran Roh Kudus sangat penting dalam kehidupan kita. Kita semakin dikuatkan, diteguhkan, dari situlah kita diproses, diperkaya, dan dikuatkan oleh Roh Kudus. Mendengarkan Roh Kudus berarti kita berempati dengan apa yang kita dengarkan dan menggunakan hati nurani untuk mendengarkan Roh Kudus

Senada dengan peneguhan yang diberikan oleh Bapak Anton Sulis, Ia mengajak peserta untuk belajar rendah hati. Walau kita berbeda satu sama lain, namun harus saling mengasihi. Perjumpaan harus dilakukan, jumpai saudaramu karena disitu ada Kristus. Selalu melibatkan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Bicara dengan Roh Kudus sebagai identitas Katolik. Serta fokus pada kuasa yang disertakan dengan kita yakni Roh Kudus.

Satu Bagian Dalam Gereja

Rangkaian kegiatan sinode hari ini ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang dilakukan secara konselebrasi dan dipimpin oleh RD Yohanes Suparta yang didampingi oleh RD Aloysius Tri Harjono, RD Yustinus Joned Saputra dan RD Yosef Irianto Segu. 

Dalam homili yang disampaikan, RD Yohanes Suparta berpesan agar kita tetap percaya bahwa Tuhan selalu beserta kita, melalui iringan Roh Kudus kita akan semakin mengarahkan diri dan disatukan dalam komunitas Gereja. Melalui sinode, kita hadir bukan hanya sebuah kewajiban untuk berpartisipasi, tetapi dengan rekoleksi sinode ini kita menjadi satu bagian dalam Gereja.

Lebih lanjut, Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor tersebut berharap agar sinode tidak hanya berhenti pada hari ini, tetapi kita semua harus tetap senantiasa berjalan bersama menuju kebaikan.  

Perjumpaan yang Berkesan 

“Kami mengucapkan terimakasih kepada para fasilitator, para romo, panitia dan umat yang telah berpartisipasi dalam rekoleksi ini. Perjumpaan ini menjadi sebuah peristiwa yang sangat berkesan. Suka, duka menjadi satu dalam sebuah komunitas Gereja, dan menuju pada kasih Allah yang senantiasa kita bagikan kepada orang-orang yang kita jumpai,” ujar RD Aloysius Tri Harjono dalam pesan penutup. Setelah Perayaan Ekaristi, kegiatan ditutup dengan foto bersama antara para Pastor, panitia dan para peserta sinode.

Fr Gerald Prayugo & Maria Dwi Anggraini

One thought on “Rekoleksi Sinode Para Uskup Stasi Kristus Raja-Hambalang

  1. Pajuan P says:

    Puji Syukur Kepada Tuhan Kita Dalam Nama Yesus Kristus, Rekoleksi Sinode para Uskup di Gereja Kristus Raja Hambalang telah Terlaksana dengan Baik.
    Dukungan semua pihak yg ikut ambil bagian, Kami haturkan Terima kasih
    Alam pun sangat mendukung.
    Kiranya Api Roh Kudus senantiasa Menyala didalam Hati setiap Umat hingga dapat mewujudkan yatakan JALAN BERSAMA dengan sesama juga dengan semua ciptaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!