Keuskupan Sufragan Bogor – Selasa, 18 Januari 2022. Cuaca yang sedikit mendung tak menyurutkan niat para Imam se-Keuskupan Sufragan Bogor untuk berkumpul di Wisma Soverdi Tugu Wacana, Cisarua. Temu Imam yang dilakukan kali ini adalah pertemuan besar pertama kali selama masa pandemi. Hadir sekitar 60 Imam dari seluruh wilayah di Keuskupan Sufragan Bogor.
Tea time di sore hari mengawali serangkaian acara, lalu dimulai dengan pembukaan oleh RD Marselinus Wahyu Dwi Harjanto di aula. Untuk mendalami tahun ini sebagai tahun Ekaristi, para Imam belajar bersama tentang Ekaristi dalam pandangan Henri Nouwen yang difasilitasi oleh RD Fabianus Sebastian Heatubun. Romo Fabie memaparkan pemikiran-pemikiran Nouwen tentang Ekaristi yang bersumber dari beberapa buku. Menurut romo Fabie, Newman memandang Ekaristi lebih bersifat spiritual ketimbang teologal dan ritual. Nouwen hendak membuat Ekaristi bersifat natural dan riil. Natural dalam artian menjadi keseharian manusia di dalam kehidupan dan riil dalam artian memiliki makna spiritual dalam dunia fisikal. Setelah bergelut dengan pandangan Nouwen selama dua sesi, para Imam menutup hari pertama dengan completorium pada jam 22.00.
Rabu, 19 Januari 2022. Hari kedua temu Imam diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh RD Yohanes Anggi Witono Hadi dan RD Petrus Sunusmo Galih Widodo pada pukul 06.00. Setelah santapan rohani dan santapan jasmani, ada beberapa pengumuman dan pengarahan dari staff kuria keuskupan. Pertama, RD Andreas Arie Susanto selaku ekonom menegaskan kembali betapa pentingnya solidaritas paroki yang dilakukan per tahun dan melaporkan paroki-paroki yang sudah atau belum melakukan laporan keuangan. Kedua, RD Yohanes Suparta selaku vikjen menjelaskan bahwa sinode para uskup yang dilakukan bukan mengganti sinode keuskupan tahun 2019, menjelaskan penggantian istilah prodiakon dengan pelayan luar biasa (PLB), dan menegaskan bahwa pastor vikaris harus tergabung dalam DPP harian. Ketiga, RD Yohanes Driyanto selaku vikjud menjelaskan berbagai prosedur tentang penyelesaian kasus perkawinan. Romo Driyanto pun sempat menjawab pertanyaan para romo terkait cara dan teknis pengadilan Gereja tentang perkawinan. Setelah pengumuman dan pengarahan dari staf kuria keuskupan dilanjutkan dengan istirahat sejenak untuk minum dan snack, lalu disediakan kesempatan untuk para imam menyampaikan kegiatan, hal, dan sesuatu yang penting terkait tempatnya bertugas. Acara ditutup dengan doa dan makan bersama. Dengan demikian, kegiatan temu Imam pertama pada tahun 2022 telah selesai dan para imam pulang ke tempat tugasnya masing-masing dengan membawa sukacita karena perjumpaan yang terjadi. Harapannya adalah para Imam semakin kompak dan semangat dalam menjalankan tugas perutusan.
Fr Ignatius Bahtiar Tumanggor