Rangkaian kegiatan Sinode Para Uskup tingkat parokial terus berlanjut. Kali ini kegiatan rekoleksi sinode dilaksanakan di Paroki Santa Maria Para Malaikat-Cipanas pada hari Minggu, 30 Januari 2022. Pada kesempatan ini, refleksi sinode bertema tentang kemasyarakatan.
Kegiatan diawali dengan registrasi peserta yang berjumlah kurang lebih sekitar 100 orang yang tercatat. Lalu kegiatan diawali dengan sambutan dari RP Ignatius Widiaryoso, OFM selaku Pastor Paroki Santa Maria Para Malaikat-Cipanas. Dalam sambutannya, Ia mengatakan pertemuan ini adalah dalam rangka Sinode Para Uskup sedunia. Ini adalah momentum yang sangat penting dan umat yang hadir saat ini dipilih untuk berperan dalam kebaikan Gereja Universal.

Bapak Anton Sulis selaku Ketua SC Sinode Para Uskup Tingkat Keuskupan Bogor dalam sambutannya menjelaskan kerangka sinode yang dilaksanakan dalam tingkat Parokial. Dalam Sinode ini, Bapa Paus mengajak seluruh umat Katolik di seluruh dunia ikut terlibat dalam setiap prosesnya. Proses yang dilakukan dimulai dari beberapa tingkat. Pertemuan ini begitu penting bukan hanya bagi Keuskupan tapi juga Gereja Universal. Ia pun berharap agar semua peserta yang hadir dapat menyediakan diri untuk benar-benar hadir dan berpartisipasi dalam perjumpaan ini.

Kegiatan dilanjutkan dengan ibadat pembuka yang dipimpin oleh RP Athanasius Maria, CSE dan Sr Grace, KYM.
Memberi Ruang Pada Setiap Pribadi
Dalam sesi pengantar yang disampaikan oleh Sr Grace, KYM dikatakan bahwa rekoleksi dimaksudkan untuk menghidupkan semangat jalan bersama, menyegarkan iman umat, rekoleksi juga mengingatkan karya penyelamatan Tuhan dalam himpunan keluarga Allah. Selain itu rekoleksi dimaksudkan untuk membuka diri terhadap Roh Kudus, mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik dan menemukan kesegaran baru dalam hidup beriman.
Sr Grace juga mengatakan bahwa pertemuan rekoleksi ini memberi ruang pada setiap pribadi untuk keterlibatan hal-hal baik demi perkembangan Gereja. Mulai dari paroki, Keuskupan dan Gereja Universal. Kita dapat ikut andil dalam tugas perutusan ini. Diharapkan para peserta yang mengikuti rekoleksi ini dapat mendapatkan kekuatan dari Roh Kudus agar mampu menemukan pembaruan dalam diri khususnya dalam hal kebaikan.

Yang tak kalah penting dalam mengikuti rekoleksi adalah sikap rendah hati sehingga mampu mendengarkan Roh Kudus, mampu mendengarkan orang lain ketika sharing. Pada akhirnya kita semua mampu melihat situasi selama ini dalam terang jalan bersama. Selama proses rekoleksi kita mencari pembaruan untuk membangun iman kita. Keterbukaan hati juga adalah hal penting yang mesti dimiliki untuk dapat menerima pendapat orang lain akan sesuatu dan menghindari prasangka buruk terhadap orang lain.
Menemukan Keseimbangan dan Kedamaian
Dalam Narasi Refleksi yang dibawakan oleh RD Yosef Irianto Segu, peserta sinode yang hadir diajak untuk menyadari dan merenungkan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini yang menyebabkan situasi paradok. Perubahan yang pesat dalam kehidupan manusia menimbulkan ketidakseimbangan dan menciptakan penciutan ruang refleksi pribadi dan semakin menumbuhkan distorsi nilai dalam berelasi karena tanpa perjumpaan dan kehadiran.

Atas keadaan tersebut, Gereja percaya bahwa kunci, pusat, dan tujuan seluruh sejarah manusia terdapat pada Tuhan dan oleh karenanya setiap manusia yang hendak menemukan keseimbangan dan kedamaian harus kembali kepada Tuhan. Gereja mempercayai bahwa dibalik segala perubahan yang terjadi saat ini, ada yang tetap tidak berubah, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Gereja Terbangun Untuk Memberikan Kesaksian
Masih di dalam refleksi yang dibawakan, peserta diajak untuk menyadari bahwa sebagai komunio, kesatuan umat Allah, kita dipanggil untuk mewujudkan komitmen kita terhadap persoalan masyarakat dimana kita tinggal. Kita ditantang untuk membuka mata terhadap persoalan-persoalan bersama di sekitar kita, terutama persoalan-persoalan yang diderita saudara yang miskin dan terpinggirkan.
Gereja terbangun untuk memberikan kesaksian akan Yesus Kristus. Kehadirannya harus sungguh dapat dirasakan semua orang yang dijumpainya dalam perjalanan. Gereja harus mewujud dalam langkah-langkah nyata dalam perjalanannya bersama dengan semua keluarga manusia.
Hidup di tengah situasi yang paradok, dan begitu banyaknya persoalan hidup yang dirasakan di dalam masyarakat. Kita dipanggil untuk terus menjadi Garam dan Terang. Dinamika hidup dan kesukarannya, tidak boleh menyurutkan keberadaan umat beriman untuk menjadi Garam dan Terang bagi masyarakat dimana mereka tinggal.
Bimbingan Roh Kudus
Kegiatan dilanjutkan dengan doa dan renungan pribadi setelah itu dilanjutkan sesi sharing berkelompok. Kelompok dibagi menjadi 4 yang terdiri dari berbagai kelompok usia yaitu BIA, BIR, OMK, Dewasa dan Lansia. Kelompok-kelompok yang telah terbagi tersebut melakukan sharing di tempat berbeda. Tampak antusiasme umat ketika membagikan pengalaman iman yang mereka rasakan.
Sesi sharing ditutup dengan sesi peneguhan yang dibawakan oleh RP Athanasius Maria, CSE Dalam sesi peneguhan ini Pater Athan mengatakan bahwa para peserta yang hadir berkumpul dalam iman dan meminta bimbingan Roh Kudus. Menjadi hal yang baik ketika semua peserta terbuka dengan bimbingan Roh Kudus dalam rekoleksi yang dijalani pada hari ini.
“Hal ini yang harus kita syukuri dalam hidup kita. Kita juga diharapkan agar terus mengikuti bimbingan Roh Kudus dalam kehidupan kita baik dalam mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidup kita maupun perkara kecil. Selain itu kita berkumpul memperlihatkan bahwa kita ini adalah satu. Gereja Tubuh Mistik Kristus dimana Kristus sebagai kepala dan kita anggota-anggotanya. Kita diharapkan memiliki hati yang senantiasa tergerak oleh belas kasihan sebagaimana Yesus sendiri yang selalu tergerak oleh belas kasihan. Maka setialah menjadi saksi keselamatan Kristus. Roh Kudus lah yang memampukan kita untuk sungguh-sungguh berelasi dengan Allah, ” Tutur Pater Athan.
Yesus Adalah Model Ideal Yang Dapat Kita Imani
Setelah sesi peneguhan berakhir, kegiatan dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi diadakan secara konselebrasi yang dipimpin oleh RP Athanasius Maria, CSE dan didampingi oleh RP Ignatius Widiaryoso, OFM, RD Yustinus Joned Saputra, dan Fr Diakon Wolfgang Amadeus Mario Sara.

Dalam homili yang disampaikan oleh RP Athanasius Maria, CSE mengatakan bahwa dalam konteks rekoleksi hari ini, saat kita memberi nasihat terkadang ada saja yang menolak. Dalam Injil yang kita dengarkan hari ini, Yesus mengalami penolakan ketika ada di bait Allah. Ada orang-orang yang menolak Dia dan ada yang berani-beraninya menantang Dia.
Pengalaman yang dialami Yesus dapat kita maknai adalah Dia ingin mengambil bagian dalam kehidupan manusia dan ikut merasakan penderitaan. Hal ini mengajarkan kita sebagai pengikut Kristus yang menghadapi tantangan dan penolakan dapat terus meminta kekuatan kepada Yesus Kristus.
Lebih lanjut dalam homilinya, Pater Athan mengatakan bahwa Yesus adalah model ideal yang dapat kita imani. Karena Dia tidak pernah membuat kecewa. Selain itu, kita perlu memahami untuk mengatasi kekecewaan akan penolakan dengan menyadari bahwa segala apapun yang kita lakukan harus berdasarkan kasih. Ketika kita melakukan sesuatu maka perlulah menanyakan pada diri sendiri, apakah yang aku lakukan ini dilandasi oleh kasih kepada Tuhan?
Setelah Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan foto bersama antara para Pastor, panitia Sinode dan para peserta yang hadir.

Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor
Terimakasih ulasannya , semakin jelas dan memahami makna sinode hari ini , membangkitkan semangat untuk lebih menjadi pribadi yg lebih peka dan peduli thdp sesama dlm masyarakat dalam wujud yg nyata, minimal mjd pribadi yg lebih baik mencerminkan kasih Kristus