“Adat Istiadat”

Loading

Rabu, 08 Februari 2022

Pekan Biasa V

Bac I. 1Raj. 8:22-23,27-30

Mzm. 84:3,4,5,10,11

Bac Injil. Mrk. 7:1-13

          Manusia dan adat istiadat merupakan satu kesatuan. Manusia lahir dalam adat istiadat, begitu pula adat istiadat yang lahir berkat manusia. Keduanya merupaka satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada yang lebih mendahului, keduanya lahir dengan bersamaan. Adat istiadat pada tataran selanjutnya membawa manusia semakin menjadi manusia. Seluruh nilai yang terkandung dalam adat isitiadat selalu menjadi titik awal akan refleksi kehidupan yang lebih baik. Di dalam adat istiadat, setiap manusia diajak untuk membangun komunitas yang baik dan selalu bertumbuh dan berkembang.

          Namun dalam Injil hari ini, kita semua diajak untuk menilik kembali nilai tertinggi dalam kehidupan. Apakah adat istiadat merupakan nilai terringgi dalam kehidupan? Adat istiadat merupakan sebuah kiat-kiat atau cerminan bagaimana manusia hidup di tengah keberagaman. Dalam hal ini, adat istiadat bukan sebuah nilai tertinggi di dalam kehidupan, melainkan sebagai salah sau cara manusia hidup di tengah keberagaman yang ada. Melihat kembali pertanyaan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat kepada Yesus “mengapa murid-murid Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis? Hal ini menjadi pertanda bahwasannya orang Farisi dan ahli Taurat menjunjung tinggi nilai adat istiadat, dan dianggap sebagai nilai tertinggi di dalam kehidupan. Mereka semua jatuh dalam kungkungan nilai adat istiadat yang dianggap sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan. Mereka semua telah mengesampingkan perintah Allah dan bertahan pada perintah manusia.

          Seperti hal nya manusia yang hidup dalam adat istiadat, begitu pula adat istiadat yang lahir berkat manusia. Injil hari ini telah menggambarkan fenomena dunia kiwari. Manusia berlomba-lomba untuk mempertahankan apa yang telah mereka bangun dan bentuk. Manusia berlomba-lomba menyatakan dirinya dan seluruh nilai yang di pegang olehnya adalah yang paling “benar”. Manusia semakin mengasingkan dirinya dari sang utama dari seluruhnya. Allah dan seluruh perintah-Nya merupakan yang utama dari seluruh “ada” yang lahir selanjutnya. Manusia semakin berusaha untuk melupakan yang utama yakni Allah dan selruh perintah-Nya. Manusia kiwari hidup dengan kebenaran yang telah dibangun oleh dirinya sendiri dan komunitasnya. Manusia  melarikan diri dari nilai tertinggi dalam kehidupan.

          Melalui Injil hari ini, kita semua disadarkan kembali tentang nilai tertinggi dalam kehidupan. Adat istiadat bukan sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan manusia. Allah dan Perintah-Nya merupakan nilai tertinggi dalam kehidupan seluruh manusia. Allah merupakan “Sang Ada” yang menghadirkan seluruh ada-ada lainnya dalam kehidupan manusia. Manusia harus kembali menyadari keberadaannya merupakan  berkat dari Allah. Hal ini seharusnya membawa manusia dapat memaknai seluruh perintah Allah merupakan nilai tertinggi dalam kehidupan. Hal ini bukan berarti mengajak seluh manusia untuk meninggalkan nilai adat istiadat. Melainkan untuk mengajak manusia semakin menyadari adat istiadat sebagai kiat-kiat hidup berkomunitas dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, perintah Allah merupakan nilai tertinggi dalam kehidupan manusia. Pada tataran selamjutnya, melalui perintah Allah, manusia semakin menemukan dirinya. Melalui perintah Allah, manusia semakin menemukan jalan menuju kebenaran tertinggi dalam kehidupannya.

Mario Antonio Raja Patu Lewar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks