Kamis, 10 Februari 2022
Pw. Santa Skolastika
Bacaan:1 Raja-raja 11:4-13
Mazmur: 106:3-4. 35-36. 37.40
Injil: Markus 7:24-30
Bacaan hari ini mengajak kita untuk melihat kembali relasi (komunikasi) kita dengan Allah. Ajakan itu ditampilkan melalui percakapan antara Yesus dan seorang perempuan yang berasal dari Siro-Fenisia. Dalam Injil dikatakan bahwa seorang perempuan menghampiri Yesus dan tersungkur di bawah kaki-Nya, lalu meminta kepada Yesus supaya berkenan mengusir roh jahat yang merasuki anaknya. Akan tetapi, permintaan perempuan itu tidak langsung dikabulkan oleh Yesus.
Yesus melakukan itu karena Ia hendak mengetahui terlebih dahulu bahwa seberapa besar dan seberapa dalam wanita tersebut mengenal Yesus dan percaya kepada-Nya. Sebab perempuan itu mendatangi Yesus ketika sedang berada dalam kesulitan. Untuk menguji keyakinan perempuan itu, maka Yesus berkata kepada wanita itu demikian; “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
Sikap perempuan tersebut dapat dikatakan bahwa relasi dirinya dengan Allah hanya terjalin dan dibutuhkan ketika sedang berada dalam situasi sulit. Padahal relasi manusia dan Allah tidak hanya sebatas itu melainkan harus melampaui itu. Kita membutuhkan Allah seperti halnya kita membutuhkan napas kehidupan yang senantiasa kita butuhkan setiap saat. Allah mesti ditempatkan dalam keseluruhan hidup kita. Relasi itu dibangun dalam sepanjang hidup kita.
Meski demikian, perempuan itu kemudian menyadari bahwa relasi dirinya dan Allah memang tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. Itu sebabnya ia berkata kepada Yesus dengan rendah hati demikian; “Benar Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Ketika Yesus mendengar jawaban perempuan itu, maka Ia berkata kepada perempuan itu; “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Yesus mengatakan itu bukan karena Ia melihat perkataan perempuan itu yang semata-mata bagus, tetapi melihat kedalaman hati dan keterbukaan seluruh diri serta penyerahan diri secara total. Keterbukaan dirinya dan penyerahan yang total kepada Yesus yang membuka jalan untuk kesembuhan anaknya. Semuanya itu terjadi karena didasari oleh rasa percaya dan keyakinan (iman) yang teguh bahwa Yesus mampu menyelamatkan.
Fr. Vabianus Louk