Jumat, 11 Februari 2022
Pekan Biasa V
Hari Orang Sakit Sedunia
Bac I. 1Raj. 11:29-32; 12:19;
Bac. Injil Mrk 7:31-35
Seperti yang kita ketahui bahwa orang yang tuli berarti orang dengan gangguan pendengaran. Hari ini kita mendengar bahwa Yesus menyembuhkan orang tuli dan gagap yang dibawa kepada-Nya. Kemudian, Yesus memisahkannya dari orang banyak dan ingin berdua bersamanya supaya lebih akrab dan personal. Dengan begitu, Yesus dapat ‘membuka’ ketulian dan kegagapan yang menghalangi orang itu untuk berelasi dengan orang lain.
Di hari ini pula, Gereja juga memperingati hari orang sakit sedunia. Di kesempatan kali ini, dapat merefleksikan bahwa sebenarnya kita semua juga sakit. Kita juga terkadang sakit Tuli dan gagap. Kita terkadang tuli terhadap Tuhan yang selalu berbicara kepada kita. Dia hadir melalui orang-orang yang berada disekitar kita. Banyak sekali orang-orang yang memerlukan bantuan dari kita, tapi terkadang kita menutup telinga dan berpura-pura tuli sehingga kita besikap acuh tak acuh. Hal seperti itu akan memunculkan banyak alasan untuk tidak mendengarnya. Kita juga terkadang Gagap untuk mewartakan belas kasih Allah kepada sesama. Entah mungkin karena takut, malu, minder atau alasan lain. Karenanya kita jarang membantu orang lain dan tidak bisa melihat Tuhan dalam diri orang lain.
Ketika kita menjadi tuli dan gagap akan menyebabkan tidak dapat berelasi dengan sesama, kita tidak peduli dengan orang-orang disekitar kita, kita acuh dan tidak mau tau, kita sibuk dengan diri sendiri, dan egoisme karena kita begitu sibuk dengan hal-hal duniawi, kita sibuk berselancar di dunia maya, sampai menjadi lupa akan banyak hal, kita tidak tau apa yang terjadi di sekeliling kita, dan parahnya lagi kita tuli akan panggilan Tuhan.
Oleh karena itu, dikesempatan yang baik ini, mari kita datang dan menyambut Yesus. Kedatangan Yesus bukan tanpa alasan. Yesus datang untuk menyembuhkan orang dengan kuasa nama-Nya. Sebab, tuli dan gagap membuat kita untuk bersikap acuh tak acuh terhadap perkembangan dunia yang semakin lama semakin signifikan. Ketika kita sembuh kita dapat meneladan Yesus untuk mendekati mereka yang “tuli dan gagap”. Sebab, mereka sudah lebih dari setengah hidupnya di dunianya sendiri tanpa ada orang lain. Kita bisa mendekati mereka secara personal dan hangat untuk membuka ketulian dan kegagapan mereka terhadap relasi mereka di dunia nyata. Karena dunia nyata lebih membutuhkan mereka.