Senin, 21 Februari 2022
Pekan BIasa VII
1Ptr 5:1-4;
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6;
Mat 16:13-19
Dalam Katekismus Gereja Katolik No. 1656, keluarga disebut ecclesia domestica untuk memberi penekanan pada tugas serta tanggung jawab orangtua sebagai pelaku pertama dan utama dalam mendidik iman anak. Orangtua diharapkan dapat menjadi pewarta sekaligus teladan iman bagi anak-anak yang Allah percayakan kepada mereka. Oleh karena itu, berdasarkan amanat Gereja tersebut, tugas untuk mendidik anak tidak boleh disepelekan atau bahkan dikesampingkan. Kehidupan keluarga harus selalu menjadi ungkapan kasih Allah kepada jemaat-Nya.
Santo Petrus melalui bacaan pertama hari ini hendak mengingatkan kita terhadap tugas penggembalaan yang kita emban dari Allah. Setiap orang setidak-tidaknya dipercayakan untuk melaksanakan tugas penggembalaan dari lingkup yang paling kecil, yaitu keluarga kita masing-masing. Dalam amanatnya tersebut, Santo Petrus menghimbau supaya setiap orang yang disehari tugas penggembalaan perlu menjalankannya seturut dengan kehendak Allah sendiri (1 Ptr 5:2). Secara lebih konkret, tugas ini dapat diwujudkan dalam setiap tindakan kasih Yesus yang penuh ketulusan, pengorbanan dan kecintaan terhadap keluarga kita masing-masing.
Pesan yang senada juga dapat kita temukan dalam bacaan Injil hari ini. Yesus menyerahi Santo Petrus amanat untuk menjadi fondasi bagi berdirinya Gereja Kristus supaya tidak jatuh kepada alam maut (Mat 16:18). Dalam hal ini, kita diajak untuk bersama-sama merenungkan bahwa setiap tugas penggembalaan yang kita emban sudah seharusnya diarahkan kepada kehidupan. Oleh karena itu, setiap orangtua kembali diingatkan akan tugas penggembalaan mereka yang seharusnya membawa keluarga kepada kehidupan dan bukan kepada kebinasaan.
Secara lebih lanjut, permenungan kita kali ini semakin ditegaskan dalam peringatan Santo Petrus Damianus. Dari kisah hidupnya, kita bisa bejalar bahwa masa depan yang cerah tidak ditentukan oleh kehancuran dalam kehidupan keluarga. Poin yang perlu digarisbawahi adalah iman akan Yesus Kristus (khusunya pada kebangkitan-Nya) dapat membawa pengharapan bagi setiap umat yang mengimaninya. Oleh karena itu, pada satu sisi, kehidupan keluarga harus selalu diusahakan terutama oleh orangtua. Akan tetapi, di satu sisi lain, masa depan setiap anggota keluarga tidak harus selalu bergantung kepadanya. Dengan demikian, keluarga dapat menjadi ungkapan nyata kasih Allah kepada umat manusia.
Fr. Martin Pangestu