Bentuk Cinta?

Loading

Jumat 25 Februari 2022

Pekan Biasa VII

Bacaan I          : Yak 5 : 9-12

Mazmur           : 103 : 1-2. 3-4. 8-9. 11-12; R:8a

Bacaan Injil     : Mrk  10 : 1-12

“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (Mrk 10: 8)

Pada suatu pagi yang cerah, seorang anak bertanya kepada ayahnya, “ayah mengapa ayah menikahi ibu?” Ayah yang baik tersebut menjawab “aku menikahi ibumu karena aku mencintai dia.” Anak tersebut bertanya lagi kepada sang ayah, “ayah, apakah itu cinta?” Aku tidak pernah melihat di toko-toko, di pasar, di swalayan, maupun di aplikasi belanja daring yang menjual cinta? Ayahnya menjawab, “anakku yang tercinta, cinta tidak dijual dimanapun, cinta berasal dari dalam diri kita sendiri. Cinta yang menggerakkan ayah untuk mengenal ibumu dan mempersuntingnya menjadi istri ayah.”

            Saudara-saudari terkasih, sering kali dalam kehidupan sehari-hari ini kita layaknya anak kecil tersebut yang bertanya apakah itu cinta?, bagaimana bentuk cinta?, untuk apa cinta? Masih banyak pertanyaan lain yang terkait dengan cinta, akan tetapi pada dasarnya pertanyaan itu muncul karena kita sebagai manusia menginginkan untuk dicintai dan mencintai. Perasaan dicintai menjadi salah satu motivasi yang mampu menggerakkan manusia untuk mengusahakan yang terbaik dalam hidupnya. Perasaan dicintai pula yang memampukan manusia untuk keluar dari dirinya sendiri. Selain itu, kadangkala cinta itu tidak mengenal logika. Cinta yang kadangkala tidak mengenal logika menunjukan betapa dahsyatnya kekuatan cinta itu. Akan tetapi, kembali kepada pertanyaan seperti apakah bentuk cinta itu?

            Yesus dalam bacaan hari ini menunjukan kepada kita bentuk cinta itu. Yesus menunjukan kesetiaan menjadi salah bentuk dasar cinta. Kesetiaan kita terhadap pasangan kita, kesetiaan kita terhadap panggilan kita masing-masing menjadi aplikasi bentuk cinta yang kadangkala tidak kita sadari. Yesus menghendaki agar kita mampu untuk setia terhadap apa yang menjadi komitmen kita. Bukan perkara yang mudah untuk dapat setia terhadap komitmen yang telah kita pilih. Banyak tantangan yang akan melanda bahtera rumah tangga dan bahkan hendak memisahkan kita dari komitmen kita. Akan tetapi, dengan kekuatan cinta yang luar biasa dan dengan penyertaan Tuhan maka kita senantiasa dimampukan untuk setia dalam komitmen kita. Menjadi suatu pertanyaan reflektif bagi kita bersama, sudahkan kita menghadirkan Tuhan dalam komitmen kita sehingga kita mampu melewati tantangan tersebut?

Fr. Vincent Pratama D.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!