Jumat sesudah Rabu Abu
Yes 58:1-9a
Mzm 51: 3-4. 5-6a, 18-19
Mat 9:14-15
Hal berpuasa sering kali menjadi perbincangan yang tidak akan pernah habis. Karena tidak sedikit agama-agama yang mengajarkan bagaimana puasa sangat penting dalam kehidupan beriman orang beragama. Kekatolikan sendiri mengajarkan bahwa puasa merupakan bentuk kecintaan terhadap Yesus sebagai Tuhan dan penebus dosa umat manusia. Melalui puasa, umat katolik diajak untuk mendalami makna penderitaan Yesus. Melalui mati raga, umat katolik diajak menuju kekudusan yang telah diajarkan Yesus, “Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah Tuhan, Allahmu” (Im 20:7)
Injil hari ini bercerita tentang bagaimana murid-murid Yohanes menanyakan perihal berpuasa. Mereka bertanya kepada Yesus, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” lalu Yesus menjawab, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita ketika mempelai itu bersama dengan mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa” Injil ini memberikan kepada kita maksud Yesus tentang berpuasa ketika ia sudah wafat dan bangkit.
Kutipan diatas memiliki arti yang mendalam. Ada 3 hal yang perlu kita sadari bersama. Pertama adalah, tanda kerinduan orang percaya akan kedatangan Tuhan. Kedua, persiapan bagi kedatangan Kristus. Ketiga, perkabungan karena Kristus tidak ada. Kita pasti akan merasa sedih ketika ditinggal oleh orang yang paling kita cintai. Tetapi karena iman kita yang percaya akan kebangkitan, hal itu tentu saja menjadi kekuatan bagi kita sendiri, untuk bisa menanti dengan penuh sukacita.
Oleh karena itu, pada masa prapaskah ini kita diajak untuk menyadari ketiga hal tersebut. Prapaskah sejatinya adalah tentang berpuasa dan berpantang, tetapi juga kita diajak untuk benar-benar merindukan Tuhan dalam hati kita. Lebih daripada itu, kita juga harus memiliki iman tentang kebangkitan. Karena kebangkitan dan kedatangan Tuhan inilah kita dipersiapkan menyongsong sosok Allah dalam wujud Yesus Kristus yang mau hadir di tengah kita. bahkan rela hingga wafat di kayu salib.
Fr Mateus Elbert