Paroki Santo Markus-Depok Timur pada hari Minggu (20/3/2022) menjadi paroki yang mengadakan rekoleksi sinode. Rekoleksi sinode pada hari ini bertema kemasyarakatan. Bertempat di SMP Mardi Yuana-Depok, kegiatan diawali dengan registrasi peserta yang berjumlah 75 orang dan panitia yang berjumlah 51 orang.
RD Gregorius Agus Edi Cahyono selaku Pastor Paroki Santo Markus mengatakan dalam sambutannya bahwa suasana sukacita untuk berkumpul yang menggerakkan umat adalah buah dari Roh Kudus. Mengutip perkataan dari Santo Paulus, yaitu “sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata kata tentang apa kami lihat dan dengar sendiri (kis 4:20)”. Proses sinode ini berasal dari pengalaman kita dalam hidup sehari-hari dan pengalaman tadi tentunya harus dibawa dalam terang Roh Kudus di dalam kehidupan bermasyarakat.
Membuka Diri Terhadap Roh Kudus
Dalam sesi pengantar yang disampaikan oleh fasilitator dikatakan bahwa rekoleksi dimaksudkan untuk menghidupkan semangat jalan bersama, menyegarkan iman umat, rekoleksi juga mengingatkan karya penyelamatan Tuhan dalam himpunan keluarga Allah. Selain itu rekoleksi dimaksudkan untuk membuka diri terhadap Roh Kudus, mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik dan menemukan kesegaran baru dalam hidup beriman.

Tidak hanya itu, mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik juga menjadi tujuan rekoleksi yang dimaksudkan untuk memberi ruang pada setiap orang untuk berpartisipasi. Yaitu terlibat, menemukan, dan menyampaikan hal baik demi perkembangan Gereja baik di tingkat keuskupan maupun universal.
Tuhan Sebagai Pusat Dari Segala Sesuatu
Pada sesi Narasi Refleksi yang dibawakan oleh tim fasilitator sinode, para peserta rekoleksi sinode yang hadir diajak untuk menyadari perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini yang menyebabkan situasi yang paradok. Perubahan yang pesat dalam kehidupan manusia menimbulkan ketidakseimbangan dan menciptakan penciutan ruang refleksi pribadi dan semakin menumbuhkan distorsi nilai dalam berelasi karena tanpa perjumpaan dan kehadiran.
Atas keadaan tersebut, Gereja percaya bahwa kunci, pusat, dan tujuan seluruh sejarah manusia terdapat pada Tuhan dan oleh karenanya setiap manusia yang hendak menemukan keseimbangan dan kedamaian harus kembali kepada Tuhan. Gereja mempercayai bahwa dibalik segala perubahan yang terjadi saat ini, ada yang tetap tidak berubah, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dia yang tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama- lamanya. Dan dalam terang inilah pula gereja berusaha memahami persoalan manusia di jaman ini.
Dipanggil Untuk Mewujudkan Komitmen
Masih dalam sesi narasi refleksi, peserta diajak untuk menyadari bahwa sebagai komunio, kesatuan umat Allah, kita dipanggil untuk mewujudkan komitmen kita terhadap persoalan masyarakat dimana kita tinggal. Kita ditantang untuk membuka mata terhadap persoalan-persoalan bersama di sekitar kita, terutama persoalan-persoalan yang diderita saudara yang miskin dan terpinggirkan.

Panggilan keterlibatan umat beriman dalam masyarakat didasarkan pada pengertian bahwa Allah menciptakan orang bukan untuk sendiri-sendiri melainkan membentuk persatuan sosial. Begitu pula Ia bermaksud menguduskan dan menyelamatkan orang bukan satu per satu melainkan dalam persekutuan umat yang mengakuinya dalam kebenaran dan mengabdi kepadaNya dengan suci. Oleh karenanya setiap orang diharapkan secara aktif bertanggungjawab dan turut serta dalam mengupayakan kesejahteraan umum dan lain lain karya pelayanan yang meningkatkan kesejahteraan hidup banyak orang.
Gereja terbangun untuk memberikan kesaksian akan Yesus Kristus. Kehadirannya harus sungguh dapat dirasakan semua orang yang dijumpainya dalam perjalanan. Gereja harus mewujud dalam langkah-langkah nyata dalam perjalanannya bersama dengan semua keluarga manusia.
Hidup di tengah situasi yang paradok, dan begitu banyaknya persoalan hidup yang dirasakan di dalam masyarakat. Kita dipanggil untuk terus menjadi Garam dan Terang. Dinamika hidup dan kesukarannya, tidak boleh menyurutkan keberadaan umat beriman untuk menjadi Garam dan Terang bagi masyarakat dimana mereka tinggal.
Kebersamaan Adalah Panggilan Manusia
Usai sesi narasi refleksi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi sharing berkelompok. Peserta yang hadir dibagi ke dalam empat kelompok. Peserta didampingi oleh para tim fasilitator di masing-masing kelompok. Peserta diajak untuk mau terbuka dalam memberikan sharing. Setelah sesi sharing, dilanjutkan dengan sesi peneguhan yang dibawakan oleh RD Yosef Irianto Segu.
Dalam sesi peneguhan ini, Romo Segu menegaskan bahwa Tuhan memanggil setiap umat beriman untuk hadir dan terlibat dalam sejarah hidup manusia. Setiap umat beriman, dipanggil untuk hadir dan terlibat dalam berbagai kegembiraan dan keprihatinan yang terjadi di dalam masyarakat di mereka hidup. Kita semua dipanggil untuk berperan nyata dalam mewujudkan tatanan dunia secara bersama-sama dan bukan sendiri-sendiri. Bahwa kebersamaan adalah panggilan manusia dalam rencana Allah. Roh Kudus mengundang kita untuk “hadir”, datang dan tinggal bersama dengan semua warga masyarakat, terutama mereka yang mengalami penderitaan, dan kemudian “mengambil peran” – berusaha dengan segala karunia yang Tuhan berikan untuk memberikan kontribusi pada upaya memperbaiki keadaan yang sedang terjadi.
Kemauan Untuk Saling Mendengarkan
Usai sesi peneguhan, kegiatan rekoleksi ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang diadakan secara konselebrasi. Dipimpin oleh RD Gregorius Agus Edi Cahyono didampingi RD Marselinus Wisnu Wardhana, RD Robertus Ari Priyanto dan RD Yosef Irianto Segu.

Dalam homili yang disampaikan oleh RD Marselinus Wisnu Wardhana, Ia mengatakan bahwa sinode sebagai aksi Roh Kudus yang mengumpulkan. Sinode bukan mengutamakan hasil tapi perjumpaan sebagai tanda dari keterbukaan, kemauan dan untuk saling mendengarkan.
“Melalui perjumpaan kita mengerti identitas kita sebagai Gereja yang dipersatukan dalam baptisan yang sama. Misi Kristus bukan hanya milik aktivis saja tetapi milik setiap orang yang dibaptis. Roh Kudus menuntun kita untuk rendah hati dan bertanya pada diri sendiri tentang apa yang bisa kita lakukan untuk Gereja sebab kita diambil, dipecah dan dibagikan, ini merupakan dimensi ekaristis dari tugas perutusan kita.Tidak perlu berkecil hati, namun harus yakin bahwa dimanapun kita berada, kita hadir sebagai Gereja itu sendiri,” pungkas Sekretaris Jenderal Keuskupan Bogor tersebut.
Daniel Sianturi selaku Ketua Panitia Pelaksanaan Sinode di Paroki Santo Markus mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kehadiran dan keterlibatan para peserta rekoleksi dalam pesan penutup kegiatan. Ia pun berharap bahwa kedepannya umat di paroki ini akan lebih erat dan berdampingan untuk berjalan bersama sebagai satu kesatuan Gereja Paroki Santo Markus.
Fr Nicolaus Yudi Ardhana Mahardika & Maria Dwi Anggraeni