KEUSKUPANBOGOR.ORG- Kegiatan Rekoleksi Sinode pada hari Sabtu, 26 Maret 2022 diadakan di Paroki Santo Matias-Cinere. Tema refleksi sinode yang diusung adalah Transformasi Pelayanan Gereja. Diadakan di aula paroki, kegiatan ini dihadiri 75 orang peserta.
Setelah diawali dengan registrasi, kegiatan dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. RD FX. Suyana selaku Pastor Paroki Santo Matias-Cinere dalam sambutan yang Ia sampaikan, Ia berterima kasih kepada para fasilitator dan para peserta yang hadir pada rekoleksi pada hari ini.
Sementara itu, RD Yohanes Suparta selaku Ketua Umum Penyelenggara Sinode Para Uskup di Keuskupan Bogor mengatakan dalam sambutannya Ia mengatakan bahwa Bapa Paus melihat masa pandemi ini sebagai berkat untuk Gereja bagi semua tidak hanya untuk para Imam. Ini juga jadi kebiasaan jemaat Gereja perdana dahulu yang adalah berkumpul dan berdoa.
“Kita dilibatkan karena dengan baptisan kita diberikan anugerah Roh Kudus. Kita diminta ambil bagian dalam hidup Gereja dalam Misa kekudusan Gereja. Bersyukurlah dapat ambil bagian dalamnya. Kita diajak untuk mendengarkan Roh Kudus dan merayakan perjumpaan ini. Kita sebagai anggota Gereja mempunyai harapan tumbuh dan berkembang tentu dari rekoleksi ini. Apa yang tumbuh, baik dan berguna tentu diinginkan sebagai anggota Gereja,” tutur Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor tersebut.
Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan ibadat pembuka yang dipimpin oleh RD Yohanes Anggi Witono Hadi.
Memberi Ruang Untuk Berpartisipasi
Dalam sesi pengantar yang disampaikan oleh Bapak Bayu selaku fasilitator sinode dikatakan bahwa rekoleksi dimaksudkan untuk menghidupkan semangat jalan bersama, menyegarkan iman umat, rekoleksi juga mengingatkan karya penyelamatan Tuhan dalam himpunan keluarga Allah. Selain itu rekoleksi dimaksudkan untuk membuka diri terhadap Roh Kudus, mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik dan menemukan kesegaran baru dalam hidup beriman.
Masih dalam penjelasan, disampaikan bahwa rekoleksi dimaksudkan untuk memberi ruang pada setiap orang berpartisipasi dengan menemukan, menyampaikan dan terlibat dalam hal-hal baik demi perkembangan Gereja. Baik demi perkembangan Gereja di tingkat keuskupan maupun di tingkat universal.
Selain itu, rekoleksi juga menjadi jalan dalam membuka diri terhadap Roh Kudus dan merupakan tujuan rekoleksi diadakan. Rekoleksi menjadi saat untuk membiarkan diri untuk dibimbing dan mendengar Roh Kudus, melepaskan dominasi otak/pikiran, memberi ruang lebih pada suara hati.
Tidak hanya itu, mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik juga menjadi tujuan rekoleksi yang dimaksudkan untuk memberi ruang pada setiap orang untuk berpartisipasi. Yaitu terlibat, menemukan, dan menyampaikan hal baik demi perkembangan Gereja baik di tingkat keuskupan maupun universal.
Pertobatan Seluruh Gereja
Dalam narasi refleksi yang dibawakan oleh Ibu Rini dikatakan bahwa Gereja harus menjadi Gereja yang ke luar yaitu komunitas murid yang misioner, Gereja yang mengambil inisiatif, melibatkan diri, mendampingi, dan menghasilkan buah.
Tentang “mengambil inisiatif”, Tuhan memberi contoh dengan lebih dulu mencintai tanpa gentar mengambil langkah pertama, bergerak menemui, mencari yang jauh, mendatangi orang di jalan dan mengundang yang terkucilkan.
Tentang “melibatkan diri”, seperti Yesus membasuh kaki para murid. Komunitas penginjil melalui karya sehari-hari melibatkan diri dalam kehidupan orang lain, mendekatkan yang berjarak, dan merendahkan diri.
Tentang “mendampingi”, seperti Yesus yang menyertai manusia di setiap langkah atau prosesnya,yang mungkin keras dan panjang, kesabaran yang tidak lagi memperhitungkan batas.
Untuk semua itu, kita memerlukan pertobatan yang terus menerus dan upaya bersama untuk membuat perubahan atau transformasi. Bukan kebetulan bahwa gereja duniawi disebut oleh tradisi sebagai gereja peziarah, yaitu gereja dalam perjalanan, kita masih di pengasingan jauh dari Tuhan (2 Kor 5:6), seperti yang diingatkan oleh Konsili Vatikan II (Lumen Gentium, 48). Orang Katolik harus pertama-tama pergi mencari Tuhan agar kemudian mengalami pertobatan sebagai bekal utama karya perutusannya.
Paus Fransiskus membuat seruan yang kuat untuk pertobatan seluruh Gereja. Pertobatan sebagai syarat untuk pewartaan Injil. Hilangnya otoritas dan sentralitas kekatolikan di dunia kontemporer bukanlah kekalahan, tetapi kesempatan untuk kembali ke Injil.
Gereja Ada Karena Diutus
Dalam sesi narasi refleksi ini dituturkan bahwa Paus Fransiskus menegaskan secara jelas bahwa identitas dan ciri dasar Gereja adalah misioner. Gereja ada karena diutus. Gereja harus berani untuk keluar, tidak tinggal diam dan tenggelam di dalam, atau berpusat pada diri sendiri. Lebih baik melihat Gereja yang kotor, memar, dan lelah karena keluar, berada di jalanan dunia, daripada sakit dan lesu karena diam di dalam, tidak beranjak dari tempat nyamannya. Gereja harus berani mentransformasi diri dalam hal nilai hidup dan pelayanan-pelayanan dengan terang nasihat Injil.
Orang Katolik adalah orang yang pertama-tama menemukan sukacita Injil, mengalaminya secara batiniah, dan membaca kembali kehidupannya sendiri dalam terang Sabda dan wajah Kristus. Kemudian, dia keluar dari dirinya sendiri, menuju orang lain: “Sukacita Injil yang memenuhi kehidupan komunitas para murid adalah sukacita perutusan” (EG 21).
Mempersembahkan Yang Terbaik Untuk Gereja
Setelah sesi narasi refleksi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi sharing. Sharing dilakukan secara berkelompok dan terdapat 4 kelompok. Setelah sesi sharing, dilanjutkan dengan sesi peneguhan yang dibawakan oleh RD Yohanes Anggi Witono Hadi.
Romo Anggi dalam peneguhan ya mengatakan kepada para peserta yang hadir bahwa menghidupkan semangat jalan bersama juga bisa dicapai dengan menghargai perbedaan yang ada.
Dengan talenta yang ada mari mempersembahkan yang terbaik untuk Gereja. Bersama Gereja kita semakin disegarkan dan berjumpa Tuhan serta melalui Roh Kudus yang menyertai hidup sehari-hari, kita semakin dibentuk menjadi pribadi yang berperan nyata.
Selain itu, berperanlah dalam Gereja dan masyarakat sekitar demi membentuk persekutuan sebagai murid Kristus. Mari juga setia menjadi saksi Kristus di dunia. Saksi Kristus tentu dibuktikan dengan karya baik yang kita lakukan dlm hidup sehari-hari.
Seusai sesi peneguhan, kegiatan dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi yang diadakan secara konselebrasi dan dipimpin oleh RD Yohanes Suparta yang didampingi oleh RD F.X Suyana, RD Yohanes Anggi Witono Hadi dan Fr Diakon Wolfgang Amadeus Mario Sara.
Dalam kesempatan Perayaan Ekaristi Romo Parto mengatakan bahwa gambaran pribadi yang mau berjalan bersama ialah menjadikan perbedaan untuk tetap membuat kita saling memikirkan bahkan melakukan sesuatu demi kepentingan Gereja dan memperhatikan keuskupan ini dalam Gereja. Partisipasi yang dimunculkan melalui sinode ini menjadi bukti bahwa kita semua mencintai keuskupan ini dan untuk itulah kita berjalan dan bergerak bersama. Allah mengasihi keduanya yakni perbedaan itu.
Fr Wolfgang Amadeus Mario Sara