Rekoleksi Sinode Para Uskup Paroki Santo Mikael-Cilegon 

Loading

KEUSKUPANBOGOR.ORG- Rekoleksi Sinode pada hari ini, Minggu 3 April 2022, diadakan di Paroki Santo Mikael-Cilegon. Rekoleksi bertema “Kemasyarakatan” dan dihadiri 62 peserta. Diawali dengan registrasi dan pembagian kelompok untuk sharing serta tarian sambutan. 

Dalam sambutannya, RD Thomas Vilkanova Saidi selaku Pastor Paroki mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak yang telah mempersiapkan terlaksananya kegiatan rekoleksi. 

Ia menuturkan bahwa rekoleksi pada hari ini merupakan saat yang tepat untuk merefleksikan diri untuk merenungkan perjalanan sebelumnya. Pelaksanaan rekoleksi membangun semangat persaudaraan yang didasari akan iman akan Yesus Kristus yang mendampingi hidup. Bersama Yesus, kita dikuatkan dan dimampukan dalam setiap tantangan hidup yang ada. Bimbingan Roh Kudus yang akan senantiasa menyertai dalam kehidupan menggereja. 

“Semoga dapat berekoleksi dengan baik dan semoga kita mau membuka diri dan mendengarkan sesama dalam bimbingan Roh Kudus agar dapat merenungkan diri sebagai anggota Gereja yang mau berjalan bersama,” Harapnya. 

RD Robertus Untung Hatmoko selaku tim dari keuskupan yang turut hadir dalam rekoleksi pada hari ini mengatakan dalam sambutannya bahwa Roh Kudus berkarya dalam diri setiap orang. Pribadi yang dipenuhi oleh Roh Kudus adalah pribadi yang bersukacita dan bersemangat dalam menjalani kehidupannya.

Mengutip pernyataan dari Bapa Paus Fransiskus, Romo Untung mengatakan bahwa Bapa Paus ingin seluruh umat beriman yang telah dibaptis secara Katolik di seluruh dunia dilibatkan dalam Sinode Para Uskup. Semua umat diajak untuk merasakan karya Roh Kudus. 

Lebih lanjut, Vikaris Episkopal (Vikep) Pendidikan Keuskupan Bogor tersebut mengatakan bahwa Keuskupan Bogor merayakan Sinode Para Uskup dengan mengadakan rekoleksi. Hal tersebut bertujuan agar umat senantiasa merasakan kehadiran Roh Kudus untuk dapat mengalami perjumpaan dengan sesama sebagai teman seperjalanan menuju Gereja Sinodal yang mau membangun tindakan-tindakan baru untuk membangun Gereja masa depan. 

Usai sambutan-sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan Ibadat Pembuka yang dipimpin oleh RD Yustinus Joned Saputra dan Bapak Thomas Suharjono. 

Mengambil Peran Dalam Perkembangan Gereja

Dalam sesi pengantar yang dibawakan oleh Bapak Don Bosco selaku fasilitator sinode. Mengawali pengantar, Bapak Don Bosco memperkenalkan para fasilitator sinode Keuskupan Bogor, disampaikan juga mengenai arahan proses rekoleksi agar para peserta mengetahui alur selama rekoleksi dan menjelaskan bahwa rekoleksi dimaksudkan untuk menghidupkan semangat “Jalan Bersama” yaitu menyegarkan iman dan untuk menguatkan semangat sebagai “teman seperjalanan”. Rekoleksi juga menjadi jalan dalam membuka diri terhadap Roh Kudus dan merupakan tujuan rekoleksi diadakan. Rekoleksi menjadi saat untuk bersama-sama membiarkan diri untuk dibimbing dan mendengar Roh Kudus, melepaskan dominasi otak/pikiran, memberi ruang lebih pada suara hati. 

Hal lain yang disampaikan adalah bahwa dengan mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik juga menjadi tujuan rekoleksi yang dimaksudkan untuk memberi ruang pada setiap orang untuk berpartisipasi. Yaitu terlibat, menemukan, dan menyampaikan hal baik demi perkembangan Gereja baik di tingkat keuskupan maupun universal.

Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa perlu mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik adalah juga bagian dari tujuan rekoleksi ini yang dimaksudkan untuk memberi ruang pada setiap orang untuk berpartisipasi. Yaitu terlibat, menemukan, dan menyampaikan hal baik demi perkembangan Gereja baik di tingkat keuskupan maupun universal.

Peserta diharapkan mengikuti proses rekoleksi dengan jujur dan apa adanya, menumbuhkan sikap rendah hati, dan kebaruan dan keterbukaan hati serta membuka diri untuk mendengarkan. Peserta juga diingatkan untuk tidak berprasangka terhadap lain dan tidak terbuai dengan perasaan sudah cukup dan sudah bisa, melainkan untuk mau bertumbuh di dalam Roh Kudus menuju kebaikan bersama. 

Menemukan Keseimbangan

Narasi Refleksi dibawakan oleh Bapak Ari Nurcahyo, para peserta diajak untuk menyadari saat ini terjadi berbagai situasi paradoks yang diakibatkan berbagai perubahan dunia yang dimaksud di mana banyak bangsa begitu berlimpah harta-kekayaan, akan tetapi juga terdapat begitu banyak penghuni dunia tersiksa karena kelaparan dan kekurangan, dan tak terhitunglah jumlah mereka yang sama sekali tidak berpendidikan. Dunia begitu dimudahkan dalam upaya menjalin kesatuan dan solidaritas lintas bangsa melalui media sosial, tetapi sementara itu juga sangat banyak yang merasa tersingkirkan bahkan kesepian.

Alat-alat komunikasi yang semakin canggih, memudahkan pemberitaan peristiwa-peristiwa maupun penyebaran cara-cara berpikir dan berperasaan dengan sangat cepat, sambil tanpa disadari menciptakan penciutan ruang refleksi pribadi, dan semakin menumbuhkan distorsi nilai dalam berelasi – karena tanpa perjumpaan dan kehadiran.

Perubahan yang pesat dalam kehidupan manusia saat ini, nyatanya menimbulkan ketidakseimbangan karena kegagalan manusia meramunya dalam sintesa yang serasi. Terjadi ketidakseimbangan antara pemusatan perhatian pada upaya mencari kemudahan-kemudahan praktis dengan nilai-nilai moral suara hati.

Ketidakseimbangan yang melanda dunia dewasa ini sangat berhubungan dengan ketidakseimbangan yang lebih mendasar yang berakar dalam hati manusia. Manusia menderita perpecahan di dalam dirinya dan hal itulah pula yang menimbulkan pertentangan yang cukup berat dalam masyarakat.

Atas keadaan tersebut, Gereja percaya bahwa kunci, pusat dan tujuan seluruh sejarah manusia terdapat pada Tuhan dan oleh karenanya setiap manusia yang hendak menemukan keseimbangan dan kedamaian harus kembali kepada Tuhan. Gereja mempercayai bahwa dibalik segala perubahan yang terjadi saat ini, ada yang tetap tidak berubah, yaitu Tuhan, Yesus Kristus. Dia yang tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. Dan dalam terang inilah pula gereja berusaha memahami persoalan manusia di jaman ini.

Membentuk Persatuan Sosial

Masih dalam sesi narasi refleksi, peserta diajak untuk merefleksikan bahwa panggilan keterlibatan umat beriman dalam masyarakat didasarkan pada pengertian bahwa Allah menciptakan orang bukan untuk sendiri-sendiri melainkan membentuk persatuan sosial. Begitu pula Ia bermaksud menguduskan dan menyelamatkan orang bukan satu per satu melainkan dalam persekutuan umat yang mengakuinya dalam kebenaran dan mengabdi kepadaNya dengan suci.

Oleh karenanya setiap orang diharapkan secara aktif bertanggungjawab dan turut serta dalam mengupayakan kesejahteraan umum dan lain lain karya pelayanan yang meningkatkan kesejahteraan hidup banyak orang. Gereja terbangun untuk memberikan kesaksian akan Yesus Kristus. Kehadirannya harus sungguh dapat dirasakan oleh semua orang yang dijumpainya dalam perjalanan. Gereja harus mewujud dalam langkah-langkah nyata dalam perjalanannya bersama dengan semua keluarga manusia.

Setelah sesi narasi refleksi, peserta diajak untuk melakukan renungan secara pribadi dan bergabung dengan kelompok yang sudah terbagi menjadi empat kelompok untuk melakukan sharing bersama.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan sesi sharing berkelompok. Ada 4 kelompok yang terdiri dari beberapa kelompok usia yaitu BIR, OMK dan dewasa untuk melakukan sharing. Kegiatan sharing dilakukan di tempat yang terpisah agar dapat terfokus. 

Persekutuan Orang Beriman

Sesi sharing ditutup dengan sesi peneguhan yang dibawakan oleh RD Marselinus Wisnu Wardhana yang menyampaikan kepada peserta bahwa Roh Kudus senantiasa membimbing dan menyertai Gereja untuk tumbuh. Sebagai orang-orang yang dibaptis, maka itu artinya kita masuk dalam persekutuan orang beriman. Tidak perlu merasa sendirian karena kita semua disertai Tuhan dalam kehidupan kita. Betapapun sederhana tindakan kita, kita telah melaksanakan misi sebagai orang yang telah dibaptis. 

Peran sebagai pribadi yang berpartisipasi dalam communio termasuk dalam misi kita. Kristus memilih pribadi-pribadi yang saling melengkapi sebagai Gereja maka hargailah perbedaan sebagai keniscayaan bagi Tuhan. 

“Dalam konteks sharing yang telah dilakukan, melalui sharing, kita mendengarkan satu sama lain dan melakukan perjumpaan. Dengan Roh Kudus yang hadir dalam diri kita, maka Roh Kudus yang akan berkarya. Dalam sharing ditemukan banyak hal yang menguatkan, maka marilah melibatkan Roh Kudus dalam kehidupan ini,” Tutur Romo Marsel. 

Peranan Sebagai Garam dan Terang

Perayaan Ekaristi menjadi puncak dari kegiatan rekoleksi pada hari ini. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh RD Robertus Untung Hatmoko, dan didampingi oleh RD Marselinus Wisnu Wardhana, RD Thomas Vilkanova Saidi, dan RD Yustinus Joned Saputra. 

Dalam homili yang disampaikan oleh RD Robertus Untung Hatmoko, dikatakan bahwa rekoleksi sinode yang dilaksanakan di Paroki Santo Mikael-Cilegon ini menyadarkan kita semua bahwa kita telah menjadi garam dan terang. Perlu disadari dan hendaknya dihayati peranan garam dan terang di tengah masyarakat. 

“Menjadi garam dan terang memberikan sukacita terhadap orang-orang di sekitar kita dan memulainya di Gereja kita sendiri. Kita harus membangun persekutuan yang didasari oleh Roh Kudus. Hidup dan matinya Gereja, tergantung dari bagaimana menghidupi Gereja. Dalam bacaan Injil tadi, Yesus memberi keteladanan menjadi garam dan terang di tengah masyarakat. Keteladanan Yesus ini dapat memampukan kita untuk menjadi pribadi yang disadarkan sebagai garam dan terang. Semoga kita disadarkan oleh Roh Kudus dalam berperan sebagai garam dan terang sehingga mampu menghadirkan sukacita dan membuahkan hal baik di tengah masyarakat,” Ujar Romo Untung. 

Akhir Dari Rangkaian Sinode Para Uskup di Tingkat Paroki 

Paroki Santo Mikael-Cilegon menjadi Paroki terakhir yang melaksanakan rekoleksi dalam rangkaian Sinode Para Uskup yang dilaksanakan di Keuskupan Bogor.

RD Thomas Vilkanova Saidi, sebelum berkat penutup mengatakan rasa syukurnya karena pelaksanaan Sinode merupakan sebuah peristiwa besar yang mengingatkan akan peran sebagai garam dan terang.

Sebagai orang-orang pilihan Tuhan karena baptisan yang telah diterima, kita menjadi umat yang terpilih dan istimewa karena Tuhan tidak pernah meninggalkan dan senantiasa menyertai. 

“Melalui rekoleksi ini, kita akan merasa optimis karena kita sungguh memiliki peran dan makna dalam Gereja Sinodal,” Tutupnya. 

Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!