Kamis 07 April 2022
Hari Biasa Pekan Prapaskah V
Bacaan I: Kejadian 17:3-9
Mzm. 105:4-5,6-7,8-9
Bacaan Injil: Yohanes 8:51-59
Saudara-saudara terkasih, saya memiliki cerita tentang kesetiaan. Sepasang suami Istri hidup diperkotaan. Suatu hari sang istri ketahuan selingkuh dengan mantan pacarnya. Sang suamipun memaafkannya. Kedua kalinya sang istri ketahuan selingkuh dengan rekan kerja suaminya. Sang suamipun tetap memaafkanya. Ketiga kalinya sang istri selingkuh dengan teman dekat suaminya. Sang suami tetap juga memaafkanya. Sang istripun heran melihat sikap suaminya yang terus memaafkannya. Sang istripun bertanya kepada suaminya kenapa tetap memaafkannya? Suaminya menjawab bahwa saya tidak hanya berjanji kepadamu. Akan tetapi saya juga berjanji kepada Allah yang memberikanmu.
Saudara-saudara terkasih, kesetiaan sangat dibutuhkan bukan karena saat damai. Melainkan karena banyak tantangan dan cobaan. Cobaan dan tantangan adalah sebuah sarana untuk menguji kesetiaan kita. Saudara-saudara terkasih sebagai orang beriman kita dituntut untuk setia. Akan tetapi menjadi orang setia bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan proses panjang selama kita hidup di dunia. Maka sebagai orang beriman, hidup itu adalah kesetiaan itu sendiri. Janji dalam kehidupan menjadi sulit untuk setia tanpa ada cinta atau kasih. Cinta kasih adalah pondasi dasar untuk setia. Cinta membuat seseorang setia kepada janjinya.
Tanpa cinta, kesetiaan menjadi beban bagi hidup kita. Oleh karena itu, kesetiaan tidak bisa dilepaskan dari cinta. Sebab cinta membuat kita semakin setia. Semakin kuat cintanya semakin kuat kesetiaannya. Saudara-saudara terkasih marilah kita mengingat kisah adam jatuh ke dalam dosa. Kita menyadari bagaimana manusia mengawali ketidaksetiaannya kepada Allah. Adam memakan buah pengetahuan sebagai simbol manusia melanggar janjinya kepada Allah. Akan tetapi, Allah tetap setia untuk mengasihi manusia. Allah menghukum mereka dan tidak membinasakan mereka. Bahkan kerena Allah tetap setia mengasihi manusia. Allah tetap menyertai manusia dari Adam sampai sekarang.
Dari kisah Adam kita dapat menyadari bahwa jatuh ke dalam dosa adalah pengingkaran janji kita kepada Allah. Namun di masa prapaskah ini kita menyadari betapa pentingnya pertobatan. Pertobatan adalah salah satu cara manusia memulihkan janjinya kepada Allah. Kerinduan Allah kepada manusia adalah pertobatan. Pertobatan berarti kita kembali ke jalan yang benar yaitu kehendak Allah. Kita melakukan pertobatan mengandaikan bahwa kita tidak lagi tinggal dalam dosa. Maka saudara-saudara yang terkasih, di masa prapaskah ini kita diajak untuk terus-menerus bertobat. Sebab pertobatan adalah tanda kita mengasihi Allah dan pertobatan sebagai tanda kita untuk kembali setia kepada Allah.
Fr Lamro Siregar