Rekoleksi Sinode Para Uskup Bagi Para Frater dan Seminaris Keuskupan Bogor

Loading

Rekoleksi Sinode Para Uskup diadakan bagi para Seminaris Seminari Menengah Stella Maris dan para Frater Seminari Tinggi Petrus Paulus pada hari Sabtu, 23 April 2022 di Aula Magnificat Lantai 4 Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor. Kegiatan ini dihadiri oleh 76 peserta

Kegiatan dimulai dengan registrasi dan dibuka oleh Rektor Seminari Tinggi Santo Petrus Paulus yaitu RD Nikasius Jatmiko.
Dalam sambutannya, Romo Jatmiko mengatakan bahwa kehadiran para seminaris dan frater dalam sinode penting untuk turut membangun Gereja universal. Ia juga mengingatkan akan dua aspek penting yang dimiliki Gereja yaitu hierarki dan spiritual, di mana diharapkan keduanya dapat semakin diteguhkan melalui sharing-sharing yang dilakukan pada hari ini.

Melengkapi sambutan yang disampaikan oleh Romo Jatmiko, RD Aloysius Tri Hardjono, mewakili RD Yohanes Suparta pun turut menyampaikan sambutan yang menekankan pada pentingnya semangat berjalan bersama. Secara khusus, bagi para frater dan seminaris yang tengah menjalani tahapan formasi, diharapkan rekoleksi sinode ini menjadi motivasi untuk menjalani panggilan mereka dengan setia dan penuh sukacita. Tidak hanya itu, Gereja juga ingin turut mendengar suara serta harapan mereka, sehingga kian memperkaya warna Gereja.

Agar rekoleksi sinode ini dapat berjalan dengan lancar, kegiatan dilanjutkan dengan Ibadat Pembuka yang dipimpin oleh Bapak Thomas Suhardjono untuk menyiapkan hati para frater dan seminaris untuk siap mendengarkan tuntunan Roh Kudus. Selanjutnya, Bapak Don Bosco Doho melanjutkan rangkaian acara dengan menyampaikan pengantar untuk mendukung proses serta kelancaran rekoleksi pada hari ini.

Dalam pengantar ini dijelaskan mengenai alur rekoleksi yang bertujuan untuk menghidupi semangat berjalan bersama, melepaskan segala atribut serta kesibukan studi baik sebagai frater maupun seminaris serta mendengarkan tuntunan Roh Kudus. Penekanan pada makna transformasi menjadikan peran serta kerterlibatan aktif dari setiap pihak untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman serta refleksinya secara jujur terbuka tanpa pretensi supaya dapat saling meneguhkan sebagai teman perjalanan.

Setelah sesi pengantar, kegiatan dilanjutkan dengan narasi refleksi yang bertema transformasi pastoral yang disampaikan oleh FX Bayu Cahyono.

Dalam narasi ini, peserta diajak untuk merefleksikan mengenai panggilan hidup yang dijalani sebagai para frater dan seminaris yang tengah menjalani langkah awal panggilan. Mereka diingatkan untuk tetap waspada terhadap tantangan-tantangan yang akan dihadapi sepanjang perjalanan, di mana salah satunya adalah kecenderungan untuk memberi perhatian yang berlebihan terhadap kebebasan dan keinginan untuk menyenangkan diri sendiri. Rasa individualitas yang tinggi serta redupnya semangat pelayanan menjadi indikator dari hal tersebut.

Narasi refleksi pun mengarahkan peserta untuk merefleksikan pertanyaan-pertanyaan dalam keheningan batin secara pribadi. Jawaban-jawaban tersebut menjadi materi yang kemudian dibagikan dalam sharing kelompok-kelompok yang didampingi oleh fasilitator. Terdapat 5 kelompok kecil di mana diskusi serta sharing pengalaman bergulir dengan hangat serta saling mewarnai dan menguatkan satu sama lain.

Setelah sharing berkelompok, kegiatan dilanjutkan dengan sesi peneguhan yang diberikan oleh RD Yohanes Suparta selaku Vikaris Jendral Keuskupan Bogor untuk menegaskan kembali akan benang merah refleksi yang telah dibagikan dalam tuntunan Roh Kudus.

“Kesadaran menjadi kunci,” demikian beliau membuka peneguhan pada siang itu. Terdapat kecenderungan akan sebuah persepsi bahwa iman harus dihayati dengan melakukan sesuatu yang besar, hal ini adalah sesuatu yang keliru. “Kita sering kali lupa bahwa kita mempunyai Allah sebagai tempat bersandar, untuk pasrah. Self-surrender. Ada Allah tempat kita berlindung. Karena itulah, apapun yang kita lakukan adalah bentuk persembahan diri”

Dalam peneguhan tersebut, beliau juga menegaskan akan pentingnya melibatkan Roh Kudus dalam merefleksikan segala sesuatu, sehingga pengalaman hidup sehari-hari tidak terhenti pada sekedar pengalaman normatif, tapi pengalaman iman yang menghidupkan. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga menguatkan semua rekan berjalan bersama.

“Semoga kita selalu ingat, bahwa Gereja adalah communio, paguyuban. Tidak pernah berdiri sendiri. Kita tidak pernah berjalan seorang diri” harapnya.

Usai peneguhan, kegiatan rekoleksi ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RD Aloysius Tri Hardjono dan RP Agustinus Anton Widharto, OFM, didampingi oleh Diakon Wolfgang Amadeus Mario Sara.

Dalam homili yang disampaikan RP Agustinus Anton Widharto, OFM ditekankan sabda Yesus tentang pesan damai sejahtera yang diberikan bagi para murid. “Damai sejahtera bagi kamu dan terimalah Roh Kudus!” menjadi bekal dan kekuatan bagi Gereja untuk terus berjalan hingga kini. Beliau kembali menekankan akan pentingnya berjalan bersama dalam kebaikan, persatuan, serta kesetiaan menjalankan panggilan menuju kekudusan.

Iman dan kepercayaan bukanlah proses sekali jadi, demikian Romo Anton berkata. “Tetaplah berjalan walau kadang kita mengalami keraguan, kita percaya bahwa Roh Kudus akan menuntun sepanjang jalan”

Komsos Keuskupan Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!